Anda di halaman 1dari 10

FIQIH DARAH HAID

HAID
Haidh atau haid (dalam ejaan bahasa Indonesia) adalah darah yang
keluar dari rahim seorang wanita pada waktu-waktu tertentu yang
bukan karena disebabkan oleh suatu penyakit atau karena adanya proses
persalinan, dimana keluarnya darah itu merupakan sunnatullah yang
telah ditetapkan oleh Allah kepada seorang wanita. Sifat darah ini
berwarna merah kehitaman yang kental, keluar dalam jangka waktu
tertentu, bersifat panas, dan memiliki bau yang khas atau tidak sedap.
Hukum mempelajari ilmu haidh
Fardhu’ain Bagi Wanita Yang Sudah Baligh

Wajib bagi setiap wanita yang sudah baligh untuk belajar dan mengerti permasalahan
yang berhubungan dengan haidh, nifas dan Istihadhah. Sebab mempelajari hal-hal yang
menjadi syarat keabsahan dan batalnya seseuatau ibadah adalah fardhu’ain. Sehingga
setiap wanita wajib keluar dari rumah untuk mempelajari hal tersebut sedangakan bagi
suami atau mahram tidak boleh untuk mencegahnya, manakala mereka tidak mampu
mengajarinya. Jika mampu mengajarinya maka wajib bagi mereka memberi penjelasan
dan diperbolehkan baginya untuk mencegah wanita tersebut keluar dari rumah.
Fardhu Kifayah Bagi Laki-Laki

Mengingat permasalahan haidh, nifas dan istihadhah tidak bersentuhan langsung


dengan rutinitas ibadah kaum laki-laki, maka hukum mempelajarinya adalah fardhi
kifayah. Sebab mempelajari ilmu-ilmu yang tidak berkaitan langsung dengan amaliyah
ibadah yang harus dilakukan, hukumnya adalah Fardhu Kifayah. Hal ini untuk
menegakan agama dan untuk keperluan fatwa.
Allah Ta’ala berfirman:

َْ ‫طه ْرنََ فَأ َْت ُو ُهنَ م‬


ُ ‫ن َحي‬
َ‫ْث‬ ْ َ‫ى ي‬
َ َ‫ط ُه ْرنََ فَإذَا ت‬ َ ‫ساء في ْال َمحيضَ َو‬
ََ ‫لَ َت َ ْق َربُو ُهنَ َحت‬ َْ ُ‫عنَ ْال َمحيضَ ق‬
َ ِّ‫ل ُه ََو أَذًى فَا ْعتَزلُوَاْ الن‬ ََ ‫َويَ ْسأَلُون‬
َ ‫َك‬
َِّ ‫أَ َم َر ُك َُم‬
ُ‫للا‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang (darah) haid. Katakanlah, “Dia itu adalah suatu kotoran
(najis)”. Oleh sebab itu hendaklah kalian menjauhkan diri dari wanita di tempat haidnya
(kemaluan). Dan janganlah kalian mendekati mereka, sebelum mereka suci (dari haid).
Apabila mereka telah bersuci (mandi bersih), maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepada kalian.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

َ‫ضاءَالص ََلة‬
َ َ‫َو َلَنُؤْ َم ُرَبق‬ َ َ‫َكانَ َيُصيبُنَاَذَل َكَفَنُؤْ َم ُرَبق‬
َ ‫ضاءَالص ْوم‬

Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha puasa dan
tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.”

(HR. Al-Bukhari No. 321 dan Muslim No. 335)


Darah yang keluar dihukumi haidh apabila memenuhi 4 syarat :

Darah keluar dari wanita yang usianya 9 tahun kurang 14 hari

Darah yang keluar minimal sehari semalam jika keluar terus menerus atau berjumlah 24 jam
jika keluar terputus-putus dan masih dalam waktu 15 hari dari keluarnya darah yang pertama.

Tidak lebih dari 15 hari 15 malam jika keluar terus menerus

Keluar setelah masa minimal suci, yakni 15 hari 15 malam dari haidh sebelumnya.

Darah haidh itu paling sedikit sehari semalam( 24 jam) baik keluarnya secara terus menerus
atau tidak yang masih dalam lingkup 15 hari
Batasan Haid
Menurut Ulama Syafi’iyyah batas minimal masa haid adalah sehari semalam, dan batas
maksimalnya adalah 15 hari. Jika lebih dari 15 hari maka darah itu darah Istihadhah dan
wajib bagi wanita tersebut untuk mandi dan shalat.

Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ Fatawa mengatakan bahwa tidak ada
batasan yang pasti mengenai minimal dan maksimal masa haid itu. Dan pendapat inilah
yang paling kuat dan paling masuk akal, dan disepakati oleh sebagian besar ulama, termasuk
juga Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah juga mengambil pendapat ini.
Berhentinya haid :

Indikator selesainya masa haid adalah dengan adanya gumpalan atau lendir putih (seperti keputihan)
yang keluar dari jalan rahim. Namun, bila tidak menjumpai adanya lendir putih ini, maka bisa dengan
mengeceknya menggunakan kapas putih yang dimasukkan ke dalam vagina. Jika kapas itu tidak
terdapat bercak sedikit pun, dan benar-benar bersih, maka wajib mandi dan shalat.

Sebagaimana disebutkan bahwa dahulu para wanita mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan
menunjukkan kapas yang terdapat cairan kuning, dan kemudian Aisyah mengatakan :

َ ‫لََت َ ْع َج ْلنَ َ َحتىَت َ َريْنَ َالقَصةََالبَ ْي‬


َ‫ضا َء‬

“Janganlah kalian terburu-buru sampai kalian melihat gumpalan putih.” (Atsar ini terdapat dalam
Shahih Bukhari).
ALHAMDULILLAH :)

Anda mungkin juga menyukai