Anda di halaman 1dari 29

EFEK INTERAKSI OBAT SECARA

FARMAKOKINETIK, FARMAKODINAMIK
DAN SECARA FISIOLOGI

Oleh :

Prof. Dr. Almahdy , Apt


Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses
hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh.
Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,
metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi.
Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat
diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu
interaksi.
Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat
sehingga terjadi perubahan efek.
Oral,
Sublingual,
Rectal,
Intramuscular,
Subcutan,
Inhalasi,
Topical,
Transdermal,
Intravena.
Interaksi di dalam tubuh : farmakodinamik dan interaksi
farmakokinetik.
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar obat (yang
diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama
sehingga menimbulkan efek sinergis atau antagonis.
Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih
obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi
dalam proses ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan
salah satu kadar obat dalam darah.
INTERAKSI OBAT
SECARA
FARMAKOKINETIKA
Absorbsi
Absorpsi obat dapat terjadi melalui transport pasif maupun aktif,
Absorpsi obat secara transport aktif lebih cepat dari pada secara tansport
pasif.
Obat dalam bentuk tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati
membran sel, sedangkan obat dalam bentuk terion tidak larut lemak dan
tidak dapat berdifusi.
Kompleksasi dan adsorbsi (interaksi langsung)

OBAT A OBAT B EFEK INTERAKSI


Antasida (mengandung ion Terbentuk kelat tak terabsobsi.
Tetrasiklin logam) Susu bermineral Absorbsi
2+
tetrasiklin dan logam tertentu
(mengandung logam) (Fe ) berkurang

Terbentuk kompleks kelat, absorbsi


Levodopa FeSO4 levodopa berkurang
Digoksin, Kolestiramin, Pengikatan obat A oleh obat B, absorbsi
Digitoksin kortikosteroid, tiroksin obat A berkurang
Digoksin,
Linkomisin Kaolin-pektin Sda

Bentonit (bahan pengisi


Rifampisin tablet) Sda
Perubahan pH saluran pencernaan

OBAT A OBAT B EFEK INTERAKSI


pH lambung asam,
NaHCO3 Aspirin kecepatan absorbsi
aspirin meningkat
pH lambung turun,
NaHCO3 Tetrasiklin tetrasiklin kurang larut,
absorbsi berkurang

Ketokonazol Kelarutan ketokonazol


H2-bloker (asam berkurang, absorbsi
lemah) berkurang
Perubahan motilitas atau laju pengosongan lambung

OBAT A OBAT B EFEK INTERAKSI

Parasetamol
Antikolinergik Diazepam Obat A memperlambat
Antidepresi trisiklik Fenilbutazon obat B keluar dari
Analgesik narkotik Propranolol lambung, absorbsi B terhambat
Levodopa

Antikolinergik Digoksin Obat A memperlama transit di


usus, absorbsi B meningkat

Parasetamol Obat A mempercepat obat B


Metoklopramid Diazepam keluar dari lambung, absorbsi B
Fenilbutazon cepat
Propranolol
Asam folat pada umumnya terdapat di dalam
makanan dalam bentuk poliglutamat yang sukar
terabsorbsi. Agar absorbsi mudah, maka
poliglutamat itu harus diubah menjadi
turunannya yang mudah terabsorbsi, yaitu folat.
Perubahan ini dikatalisis oleh enzim konjugase di
dalam usus. Fenomena interaksi ditemukan pada
pasien yang mengalami anemia akibat
kekurangan asam folat setelah diberi fenitoin.
Perubahan flora saluran pencernaan
Flora normal usus berperanan antara lain untuk :
Pemberian antibakteri spektrum luas akan mengubah atau
menekan flora normal sehingga mengakibatkan :

o meningkatnya aktivitas antikoagulan oral


(antagonis Vitamin K) yang diberikan bersamaan
o menurunnya efektivitas sulfasalasin
o meningkatnya bioavailabilitas levodopa dan digoksin
o menurunnya efektivitas kontrasepsi oral.
Banyak obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam terutama pada albumin,
sedangkan obat yang bersifat basa pada asam a1-glikoprotein. Oleh karena jumlah protein
plasma terbatas, maka terjadi kompetisi antara obat bersifat asam maupun antara obat
bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama.

Warfarin – Fenilbutazon
Kedua obat ini terikat kuat pada protein plasma, tetapi fenilbutazon memiliki afinitas yang
lebih besar, sehingga mampu menggeser warfarin dan jumlah/kadar warfarin bebas
meningkat. Aktivitas antikoagulan meningkat terjadi resiko pendarahan.

Warfarin – Kloralhidrat
Metabolit utama dari kloralhidrat adalah asam trikloroasetat yang sangat kuat terikat pada
protein plasma. Kloralhidrat mendesak wafrarin dari ikatan protein sehingga meningkatkan
respon antikoagulan
Akibat induksi enzim adalah peningkatan metabolisme obat, yang terjadi
karena 3 kemungkinan, yaitu :

Obat merangsang metabolismenya sendiri, karena pemberian kronis. Obat-


obat yang memiliki gejala ini antara lain barbiturat, antihistamin, fenitoin,
meprobamat, tolbutamid, fenilbutazon, dan probenesid
Obat mempercepat metabolisme obat lain yang diberikan bersamaan
Obat merangsang metabolisme sendiri dan juga metabolisme obat lain.
Akibat farmakologis dari induksi enzim ini adalah :
peningkatan bersihan ginjal
penurunan kadar obat di dalam plasma
Interaksi Farmakodinamik
Efek adisi terjadi ketika dua obat atau lebih dengan efek yang sama digabungkan dan
hasilnya adalah jumlah efek secara tersendiri sesuai dosis yang digunakan. Efek aditif ini
mungkin bermanfaat atau berbahaya terhadap klien.Hal ini dinyatakan dengan 1 +1= 2.
Salah satu contohnya barbiturate dan obat penenang yang diberikan secara berasamaan
sebelum bedah untuk membuat pasien rileks.

Efek sinergis terjadi ketika dua obat atau lebih, dengan atau tanpa efek yang sama
digunakan secara bersamaan untuk mengombinasikan efek yang memiliki outcome yang
lebih besar dari jumlah komponen aktif satu obat Saja.

Potensiasi mengambarkan efek sinergistik tertentu; suatu interaksi obat dimana hanya
satu dari dua obat yang tindakannya diperbesar oleh keberadaan obat kedua

Reaksi antagonis memiliki efek sinergisme yang sebaliknya dan menghasilkan suatu efek
kombinasi yang lebih rendah dari komponen aktif secara terpisah ( protamine yang diberikan
sebagai antidotum terhadap aksi antikoagulan dari heparin).
Interaksi farmakodinamik meliputi

1. aditif (efek obat A =1, efek obat B = 1, efek kombinasi


keduanya = 2),
2. potensiasi (efek A = 0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2),
3. sinergisme (efek A = 1, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 3)
dan
4. antagonisme (efek A = 1, efek B = 1,
efek kombinasi A+B = 0).
Tips untuk menghindari terjadinya interaksi obat yang tidak menguntungkan :
Sampaikanlah pada farmasis dan dokter tentang apa saja obat yang diminum selama ini,
meliputi obat resep, obat bebas, jamu, suplemen, vitamin, dll.
Gunakanlah obat yang hanya diresepkan khusus untuk kita.
Obat harus diminum/digunakan sesuai petunjuk (kocok dahulu, harus habis, dimasukkan
lewat anus, dsb.)
Kecuali diinstruksikan lain, minumlah obat dalam keadaan perut kosong, untuk mencapai efek
yang lebih cepat
Jika obat tidak boleh digunakan bersama makan, maka minumlah obat satu jam sebelum atau
2 jam setelah makan
Minumlah obat dengan segelas air
Hindari penggunaan alcohol dan merokok selama minum obat
Hindari konsumsi coklat dan minuman yang mengandung kafein (kopi, teh, cola) saat sedang
mengkonsumsi obat.
Jika memiliki pertanyaan tentang obat, atau mengalami gangguan akibat penggunaan obat,
segera konsultasikan dengan farmasis atau dokter.
Ketika kita berobat di rumah sakit, atau sarana kesehatan lain, tidak
jarang kita mendapatkan begitu banyak obat. Seringkali, kita bingung apa
fungsinya dan bagaimana mengkonsumsinya terutama pada orang
dengan usia lanjut. Karena banyaknya obat yang dikonsumsi, bukan tidak
mungkin akan terjadi kesalahan dalam penggunaan obat, salah satunya
adalah interaksi obat.

Obat pada dasarnya merupakan campuran zat kimia yang mampu


membantu kita untuk tercapainya tujuan kita berobat, sembuh. Namun,
ketika terjadi interaksi bisa jadi bukan kesembuhan yang kita dapat, tapi
malah bertambah penyakit atau bertambah parah.
Mungkin kita sering melihat anak-anak kecil atau bahkan
orang dewasa yang giginya menjadi jelek atau tampak
kuning, bisa jadi itu akibat mengkonsumsi antibiotik
golongan tetracyclin. Obat ini berinteraksi dengan
kalsium pada gigi. Selain merugikan dalam segi estetika,
antibiotik yang berinteraksi dengan kalsium baik pada
gigi maupun pada susu akan menurunkan kadar
antibiotik dalam tubuh sehingga antibiotik tidak mampu
melawan kuman.
Contoh lain yang sering terjadi adalah kegagalan
kontrasepsi (pil KB) akibat penggunaan antibiotik
tertentu seperti rifampicin. Rifampicin adalah salah satu
obat yang meningkatkan aktifitas enzim. Dengan
meningkatnya aktifitas enzim, obat lain yang dikonsumsi
bersamaan akan banyak yang dimetabolisme oleh enzim
sehingga kadarnya dalam tubuh berkurang. Apabila kadar
hormon (komposisi dalam pil KB) berkurang, maka fungsi
pencegahan kehamilan tidak berjalan dan dapat
menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi.
Captopril adalah salah satu obat yang paling sering
diresepkan dokter untuk menterapi hipertensi. Captopril
berinteraksi dengan makanan. Makanan akan
memperlambat penyerapan captopril ke dalam tubuh dan
kadar captopril akan berkurang secara signifikan di dalam
tubuh. Jadi ketika mengkonsumsi captopril setelah makan
atau saat perut dalam keadaan penuh maka secara
signifikan, efek penuruan tekanan darah tidak akan
terjadi. Sangat disarankan mengkonsumsi captopril saat
perut kosong.
Obat lain yang berinteraksi dengan makanan adalah
griseofulvin. Griseofulvin sulit sekali diserap didalam
tubuh. Berbeda dengan captopril, justru adanya
makanan terutama yang mengandung lemak atau susu
akan mempermudah griseofulvin untuk terserap ke
dalam tubuh. Bila tidak dikonsumsi dengan makanan
berlemak, maka sangat mungkin terjadi kegagalan
pengobatan dengan griseofulvin.
Tips untuk menghindari terjadinya interaksi obat yang tidak menguntungkan :
Sampaikanlah pada farmasis dan dokter tentang apa saja obat yang diminum selama
ini, meliputi obat resep, obat bebas, jamu, suplemen, vitamin, dll.
Gunakanlah obat yang hanya diresepkan khusus untuk kita.
Obat harus diminum/digunakan sesuai petunjuk (kocok dahulu, harus habis,
dimasukkan lewat anus, dsb.)
Kecuali diinstruksikan lain, minumlah obat dalam keadaan perut kosong, untuk
mencapai efek yang lebih cepat
Jika obat tidak boleh digunakan bersama makan, maka minumlah obat satu jam
sebelum atau 2 jam setelah makan
Minumlah obat dengan segelas air
Hindari penggunaan alcohol dan merokok selama minum obat
Hindari konsumsi coklat dan minuman yang mengandung kafein (kopi, teh, cola) saat
sedang mengkonsumsi obat.
Jika memiliki pertanyaan tentang obat, atau mengalami gangguan akibat penggunaan
obat, segera konsultasikan dengan farmasis atau dokter.

Anda mungkin juga menyukai