HIRSCHSPRUNG DISEASE
DI RUANG CENDANA 4 RSUP DR. SARDJITO
Kelompok 5 :
Khalida Ziah S (17/418396/PKU/16888)
Umbu n. Njakatara (17/418424/PKU/16916)
Wa nuliana (17/418426/PKU/16918)
LATAR BELAKANG
Hirschsprung
disease ini juga
Kelainan Hirschsprung merupakan
kongenital merupakan penyebab
merupakan Di Indonesia penyakit tersering dari
suatu kelainan Jumlah kelaianan kelaianan obstruksi usus
yang dialami penderita kongenital kongenital fungsional
anak sejak lahir kelainan masih cukup yang masih pada anak-anak
dan dapat kongenital di tinggi, seperti menjadi dan
disebabkan Asia Tenggara penyakit masalah yang berkontribusi
oleh faktor mencapai 5%. hirschsprung cukup serius secara
genetik (Nurhayati, signifikan
maupun non Mardhiyah, & terhadap
genetik. Adistie, 2017). morbiditas dan
mortalitas yang
tinggi.
TUJUAN
Hirschsprung
disease
Gejala yang dapat dijumpai seperti pengeluaran Cuda et al., (2018) mengungkapkan bahwa
mekonium yang tertunda atau tidak ada, untuk mendiagnostik anak dengan hisprung
muntah, distensi abdomen, konstipasi kronis, melalui pemeriksaan radiologi yaitu dengan
gangguan makan, keletihan, penurunan berat melihat diameter colon sigmoid (~10 cm),
badan, enterecolitis, melena dan pada gambaran adanya tanda dan gejala pada anak seperti
secara radiologi ditemukan adanya pembesaran konstipasi, distensi, nyeri perut dan / atau
pada colon Granéli et al., (2017). tekanan gas.
PENATALAKSANAAN
Manajemen pra-operasi
Tindakan yang dapat dilakukan adalah penyisipan tabung lambung,
dimulainya cairan intravena, pencucian rektal, penggunaan antibiotik dan
makanan enteral jika ditoleransI (The Children Hospital at Westmead,
2017).
Tindakan Operasi
Bagi kebanyakan anak yang lahir dengan penyakit Hirschsprung, operasi
adalah pilihan yang biasa dan biasanya dilakukan segera setelah lahir.
Pembedahan biasanya menghasilkan kolostomi sementara. Kemudian
dibalikkan di kemudian hari (sering disebut penutupan ‘pull-through’).
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain; masalah kulit disekitar perianal,
diare, konstipasi, Enterocolitis atau HAEC, keterlambatan dalam
mengontrol defikasi (Rogers, 2001).
HASIL & PEMBAHASAN
HASIL PENGKAJIAN
4. Pemeriksaan Fisik :
• Tanda-tanda Vital : Suhu= 360C; Nadi= 110x/menit; Respirasi : 20x/menit
• Pemeriksaan fisik (head to toe) : Tidak ada masalah atau kelainan, kecuali pada
bagian anus tampak terpasang rectal tube.
6. Pola Eliminasi :
Di Rumah Sakit
Penggunaan alat bantu untuk BAB (rectal tube), Pola BAB: frekuensi tidak terhitung, tidak
ada keluhan, konsistensinya warnanya kuning, lunak.
Pemeriksaan penunjang : Radiologi (colon in loop) pada tanggal 18
Oktober 2018.
Hasil pemeriksaan colon in loop : menunjukkan adanya duplicating
colon tipe tubuler disertai gambaran Hirschprung disease tipe short
segment dengan zona aganglionic dari rectum hingga sigmoid dan zona
transitional di colon sigmoid aspek medial hingga colon descendens
aspek distal sepanjang 13.7 cmdan dicurigai disertai toxic megacolon.
Terapi :
• Terapi sebelumnya : IVFD RL 14cc/menit, injeksi cefotaxime 250
mg/12j, injeksi metronidazole 10mg/8j, interlac drop 1x5 tetes, zinc 1x10
mg, rectal tube menetap, irigasi dengan NaCl 0.9% pagi-sore.
• Terapi saat ini (Tanggal 24 Oktober 2018) : Cefixim 100mg/ 12 jam;
Interlac drop 1x5 tts; Zink1x10 mg per hari per oral; Rectal tube, Irigasi
pagi dan sore dengan NaCl 0.9%.
• Rencana tindakan untuk hari Jumat 26 Oktober 2018 adalah, dilakukan
tindakan pembedahan.
Diagnosa medis : Diagnosa keperawatan yang
• Susp. Residual Hirschsprung ditegakkan oleh ruangan:
disease Post Pullthrough (rectal • Resiko Jatuh
tube), • Risiko infeksi
• HAEC (Hirschsprung-Associated • Kesiapan meningkatkan manajemen
Enterocolitis). kesehatan
• Pemenuhan kebutuhan gizi
Pengkajian yang dilakukann oleh kelompok pada Dalam penelitian lain disebutkan bahwa
An. R, ditemukan bahwa anak memiliki riwayat manifestasi klasik dari HAEC adalah
post op kolostomi dan telah dirawat di RSUP distensi abdomen, demam, diare, namun
sardjito kurang lebih 2 minggu. Pada saat ada spectrum klinis secara luas dapat
kelompok melakukan pengkajian kondisi anak ditemukan muntah, pendarahan rectum,
baik. namun anak mengalami keterlambatan pada anak lesu, tinja yang kendor dan
perkembangan motoric kasar (duduk), hasil obstipasi (Gosain et al., 2018).
pemeriksaan fisik yang diperoleh TTV anak dalam
batas normal, dan status nutrisinya dalam kategori
Kondisi anak membaik karena anak sudah
normal. Pada pemeriksaan terkait pola eliminasi
mendapatkan penanganan dari RS meliputi
diperoleh frekuensi BAB anak yang tidak pemberian nutrisi, zink, antibiotic dan
terhitung dan terpasang rectal tube atas indikasi pemasangan rectal tube. Untuk pemberian
HAEC. Dimana Tanda dan gejala dari komplikasi antibiotic (cefotaxime dan metronidazole)
HAECH, yaitu seperti diare, distensi abdomen, melalui intravena, sementara zinc diberikan
muntah dan retensi feses (Schleef & Olenik, secara oral. Hal ini sejalan dengan yang
2013). dikemukakan oleh Gosain et al., (2018) bahwa
untuk meurunkan insidensi dan tingkat
keparhan HAEC maka dapat dilakukan irigasi
rectal secara rutin, pemberian metronidazole,
dan peberian probiotik selama 4 minggu.
Akurasi penegakkan diagnosa keperawatan
dalam pendokumentasian asuhan
Pengkajian terkait perkembangan anak, keperawatan di ruang Cendana 4, dinilai
kelompok menemukan anak mengalami oleh kelompok sudah sesuai namun belum
keterlambatan dalam perkembangan motoric menyertakan etiologi dan sign and
kasar, yakni anak belum bisa duduk secara symptom sehingga yang muncul adalah
mandiri. Rao & Fracp (2014) menyatakan masalah keperawatan bukan diagnosa
bahwa anak dengan hirschsprung disease keperawatan. Hal ini dilakukan oleh
dapat mengalami gangguan perkembangan perawat ruangan bukan tanpa alasan,
berupa gangguan pertumbuhan fisik pada menurut klinik instruktur, diagnosa
usia 1 tahun, keterlambatan kognitif dan keperawatan tidak ditegakkan karena dalam
bahasa. pengelolaan pasien dilakukan secara
terintegrasi oleh semua tenaga medis yakni
dokter, perawat, farmasis dan tenaga gizi.
KESIMPULAN & SARAN
KESIMPULAN
Penyakit Hirschsprung adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan tidak adanya ganglion
di kolon distal, mengakibatkan obstruksi fungsional . Penyakit ini merupakan salah satu kondisi
bedah yang paling umum pada kelompok usia anak dengan kejadian sekitar 1 dari 5.000 kelahiran
hidup. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bukti otentik tindakan yang telah
dilakukan oleh perawat. Oleh karena itu perlu di evaluasi secara berkala untuk memastikan akurasi
dalam pencatatannya serta menjamin mutu layanan. Proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, serta evaluasi harus
tercatat secara komplit di dalam dokumentasi keperawatan. Hasil evaluasi kelompok di ruang
Cendana 4 RSUP Sardjito, didapatkan dokumentasi yang sebagian besar sudah lengkap hanya saja
dalam penegakkan diagnose tidak disertai dengan etiologi dan sign and symptom. Namun hal ini
menyesuaikan dengan format perawatan yang terintegrasi yang ada dalam SNARS atau JCI.
SARAN
Sebaiknya pada penegakkan diagnose keperawatan di sertai dengan etiologi serta tanda dan
gejala.
Perkembangan dan evaluasi hasil terkait pengeluaran feses perlu ditindaklanjuti oleh pemberi
asuhan untuk menilai keberhasilan intervensi yang telah dilakukan
RS dapat menggunakan instrument atau tools berupa Bowel Function Score untuk anak-anak
dengan hirschsprung disease.
Terimakasih