SKENARIO 1
Dosen pengampu :
Ibu Anik Rustiyaningsih, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An
Disusun oleh :
Ami Novianti Subagya 17/418386/PKU/16878
Cindy Puspita S.H.J 17/418388/PKU/16880
Isra Nara Potabuga 17/418394/PKU/16886
Ito Wardin 17/418395/PKU/16887
Khalida Ziah S 17/418396/PKU/16888
Ni Nyoman Udiani 17/418405/PKU/16997
Kasus :
Headlines News
Seorang perawat tidak mempunyai ijazah spesialis keperawatan anak, tetapi dia sudah bekerja
sebagai perawat di bangsal anak selama 10 tahun. Saat ini perawat tersebut keluar dari institusi
tempatnya bekerja dan membuka praktik “Moms & Baby Spa” secara mandiri. Saat melakukan
tindakan SPA bayi karena keteledoran, bayinya tenggelam ketika ditinggalkan berenang. Isu
tersebut masuk dalam surat kabar headline news “Legal dan Etik praktik Keperawatan Anak”
Step 1
Legal : sesuai dengan peraturan perundang-undangan, aksi atau regulasi yang mengatur
tentang profesi, jelas dan dalam bentuk tertulis
Kode etik : berhubungan dengan moral, sesuai dengan standar pelayananan dan profesi.
Step 2
Daftar pertanyaan:
Perawat harus punya sertifikat keahlian, mengurus SIPP, punya STR, punya rekomendasi
dari PPNI dan pemerintah daerah atau kota , Memasang papan nama praktik
keperawatan,
3. Bagaimana undang-udang mengatur legal dan etik dalam praktik kep, anak?
UU no 38. Tahun 2014 tentang keperawatan dan UU no 36 tentang kesehatan
Dalam melaksanakan praktk keperawatan harus sesuai dengan kode etik
keperawatan dan memperhatikan prisip etik keperawatan.
Dalam menjalankan praktik keperawatan harus mempunyai STR, SIPP dan
maksimal melaksanankan praktik keperawatan pada dua tempat.
Ners harus mengikuti uji kompetensi, sehingga bisa mendapatkan STR,
Syarat perpanjangan STR harus mengikuti beberapa pelatihan atau seminar untuk
menambah SKP
KKNI? Proses?
PM (Perawat Manager), PK (Perawat Klinis). PP (Perawat Peneliti)
Tingkatan perawat Manager
PK (Perawat Klinik)
PK 1 : pendidikan minimal D3 keperawatan dan memiliki sertifikat ujikomp, minimal
berpengalaman kerja 2 tahun, Ners 0 tahun. (untuk ners UKNI) (Untuk D3 ukomp)
Kompetensi : mampu melakukan praktik keperawatan kebutuhan dasar
PK 2 : D3 minimal mempunyai pengalaman kerja 5 tahun dan harus punya sertifikat
PK 1
Ners (2 tahun dan lulus PK 1),
Kompetensi : mampu melakukan praktik keperawatan kebutuhan dasar dan kasus
emergency
PK 3 : D3 minimal 7 tahun, lulus PK 2
Ners 5 tahun, lulus PK
Kompetensi, PK 1, PK 2 dan harus mempu untuk melakukan penelitian
PK 4 : D3 ninimal 10 tahun, lulus PK 3
Ners 7 tahun, lulus PK 3
Spesialis keperawatan anak 0 tahun
Kompetensi :
PK 5 : Spesialis Keperawatan anak minimal 1 tahun
Kompetensi :
PP (Perawat Peneliti)
PP minimal perawat dengan PK 3
PM (Perawat Manager)
Minimal PK 4 dan bertugas
Contoh : Manager kasus (PM)
Karu (PM)
Untuk mengikuti Mom’s and Baby Spa : termasuk kedalam pendidikan informal, boleh
dikalkukan oleh semua kalangan yang mempunyai kompetensi dalam bidang tersebut,
Kode etik
Step 4 keperawatan,
Mind Maping :
Malpraktik
- alur peyelesaian/
penangan
Step 5
LO (Learning Objective) :
1. Standar Profesional
a) Kinerja
Kinerja berkaitan dengan tanggung jawab profesional, hukum dan etika, akuntabilitas,
kegiatan pengembangan, sertifikasi dan akreditasi, dengan kebijakan dan pedoman
organisasi
Dalam hal ini dengan berbasis bukti, pengetahuan, keterampilan, penilaian, pemikiran
kritis dan analisis, dan penilaian diri dalam praktik klinis, pendidikan, dan penelitian.
Hal ini berkaitan dengan komunikasi dan kolaborasi profesional dengan anak-anak,
keluarga, individu, kelompok, rekan kerja, rekan kerja, dan tim perawatan kesehatan
interdisipliner dalam praktik klinis, pendidikan, dan penelitian
Dalam hal ini keterampilan kepemimpinan dan manajemen perawat anak-anak yang
memanfaatkan sumber daya yang sesuai untuk merencanakan dan menyediakan layanan
yang aman, efektif dan bertanggung jawab secara finansial dalam praktik keperawatan
klinis, pendidikan, dan penelitian.
2. Standar Praktik
Standar Praktik keperawatan anak berfokus pada anak yang menyediakan perawatan
yang komprehensif, sistematis, berdasarkan evidence based, kompeten serta melibatkan
keluarga dalam perencanaan dan pemberian asuhan keperawatan (Family Centered Care).
Standar praktik keperawatan anak terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa,
menentukan outcome, implementasi dan evaluasi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Menurut National Association of Pediatric Nurse
Practitioner and Society of Pediatric Nurses (2015) standar praktik keperawatan anak terdiri dari
yaitu standar profesional dan standar praktik yaitu dapat dilihat pada tabel berikut :
Standar praktik keperawatan juga diatur dalam UU RI no. 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan khususnya BAB V terkait praktik keperawatan pasal 28 yaitu :
3. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada kode etik,
standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional.
4. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada prinsip
kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau Keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau Keperawatan
dalam suatu wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri
Pasal 19 (1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIPP.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang
di kabupaten/kota tempat Perawat menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2),
Perawat harus melampirkan:
a. salinan STR yang masih berlaku;
b. rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat; dan
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(5) SIPP masih berlaku apabila:
a. STR masih berlaku; dan
b. Perawat berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam SIPP.
Pasal 20 (1) SIPP hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.
(2) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Perawat
paling banyak untuk 2 (dua) tempat.
Pasal 21 Perawat yang menjalankan praktik mandiri harus memasang papan nama
Praktik Keperawatan
Sesuai dengan kasus untuk peraturan legal terkait dengan prakti mandiri SPA, terdapat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan SPA pada Pasal 13:
(1) Setiap terapis SPA harus memiliki STPT yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
(2) Untuk mendapatkan STPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terapis SPA harus
mengajukan permohonan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam
Formulir 1 kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat secara kolektif atau
sendiri, disertai dengan persyaratan yang meliputi:
a. biodata terapis, menggunakan contoh Formulir 2 sebagaimana terlampir;
b. fotokopi KTP;
c. rekomendasi dari asosiasi SPA yang berbadan hukum berdasarkan kualifikasi Kerja
Nasional Indonesia;
d. fotokopi sertifi kat/ijazah kompetensi terapis yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi
kompetensi (LSK) dan atau Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP);
e. surat pengantar Puskesmas setempat;
f. pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar; izin teknis dari tempat bekerja atau
rencana tempat kerja.
Selain itu, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang
Pelayanan Kesehatan Tradisional yaitu pada pasal 1 yang menjelaskan beberapa poin berikut ini
:
1) Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang
manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris.
3) Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap atau pengganti.
4) Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat.
5) Surat Terdaftar Penyehat Tradisional yang selanjutnya disingkat STPT adalah bukti tertulis
yang diberikan kepada penyehat tradisional yang telah mendaftar untuk memberikan
Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris.
6) Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan Tradisional yang selanjutnya disingkat STRTKT
adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk memberikan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer.
7) Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan Tradisional, yang selanjutnya disingkat SIPTKT adalah
bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga kesehatan tradisional dalam rangka pelaksanaan
pemberian Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.
8) Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
10) Panti Sehat adalah tempat yang digunakan untuk melakukan perawatan Kesehatan
Tradisional Empiris.
11) Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
12) Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
13) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
4. Memahami isu, legal, etik dan bioetik dalam keperawatan anak, yang salah satunya
tentang malpratik dan kelalaian
Keterangan gambar :
Pintu masuk Malpraktik adalah melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan :
a. Standar Kompetensi*,
b. Standar Profesi Perawat,
c. Standar Prosedur Operasional,
d. Standar Pelayanan.
(*Pelanggaran administrasi merupakan pintu masuk Malpraktik).
B. Penyelesaian sengketa dalam pemberian pelayanan kesehatan
Berikut merupakan bagan ranah sengketa pelayanan kesehatan
Keterangan :
Pelanggaran praktik pelayanan kesehatan dapat masuk kedalam isu etik atau isu
didiplin atau isu hukum. Isu etik akan ditangani secara langsung oleh MKEK (Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia) dengan mengeluarkan keputusan berupa
teguran, pencabutan izin praktik baik secara tetap maupun sementara bagi tenaga
kesehatan yang melakukan pelaggaran dalam pemberian pelayanan kesehatan. Contoh
kasus isu etik seperti aborsi, eutanasia,
Isu disiplin akan ditangani secara langsung oleh MKDKI (Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia) yang akan memberikan keputusan berupa peringatan
tertulis, rekomendasi pencabutan STR dan SIP, dan Kewajiban mengikuti pelatihan atau
latihan.
Jika pelanggaran praktik pelayanan masuk ke dalam isu hukum, maka akan diadili
di tingkat pengadilan negeri. Hal ini dapat dilakukan dengan ADR (Alternative Dispute
Resolution/ Alternative Penyelesaian Sengketa) atau dengan memberikan keputusan
berupa penjara/kurungan/denda/ganti rugi/teguran/pencabutan. ADR dapat dilakukan
dengan memberikan mediasi dengan jalan mediasi yaitu melalui perdamian dan atau
kompensasi.
Tenaga kesehatan bisa melakukan tindakan kelalaian jika telah memenuhi 4
persyaratan yang ada dalam tindakan malpraktik yaitu :
- Duty to use due care Tenaga kesehatan dan pasien telah memiliki keterkaitan
hubungan yang sudah ada semenjak peristiwa (malpraktik) itu terjadi dalam hal ini
tenaga kesehatan yang digugat mempunyai kewajiban dikarenakan adanya hubungan
kontraktual.
- Dereliction Tenaga kesehatan melakukan pelanggaran kewajiban (wanprestasi)
atau adanya penyimpangan yang terjadi selama proses pemberian pelayanan
kesehatan.
- Damage (injury) Tenaga kesehatan melakukan tindakan yang menyebabkan
cedera pada pasien yang menyebabkan kompensasi kerugian yang foreseable.
- Direct causation Pelayanan kesehatan atau tindakan yang diberikan pada pasien
disebabkan langsung oleh tenaga kesehatan itu sendiri yang menyebabkan kerugian
pada pasien akibat pelanggaran kewajiban yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(adanya hubungan sebab akibat) dan adanya hubungan langsung antara kerugian itu
dengan kelalaian melaksanakan kewajiban (direct causation).
Penyelesaiannya masalah sengketa pelayanan kesehata juga dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut ( Utami 2016) :
1 Litigasi (Lembaga Peradilan)
a. Menghadapi gugatan/tuntutan hukum di Pengadilan :
1) Penggugat/penuntut harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan/tuntutan bahwa
tergugat (perawat) bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami
pasien/keluarga.
b. Pembelaan Perawat :
1) Pada perkara perdata (tuduhan civil malpractice, gugatan ganti rugi) yang
dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat.
2) Bila tuduhan kepada perawat merupakan criminal malpractice, maka tenaga
perawatan dapat melakukan :
a) Informal defence, dgn mengajukan bukti untuk menangkis/menyangkal bahwa
tuduhan yang diajukan tidak berdasar/tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang
ada.
perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, tetapi
merupakan risiko medik (risk of treatment),
Tidak mempunyai sikap batin (mens rea)
sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.
b) Formal/legal defence, melakukan pembelaan dengan mengajukan/menunjuk pada
doktrin-doktrin hukum, menyangkal tuntutan, menolak unsur pertanggung
jawaban/melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari
pertanggungjawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah
pengaruh daya paksa.
A. Analisis kasus
Berdasarkan kasus “Headline news”, kasus tersebut termasuk ke dalam jenis isu etik
yaitu tindakan malpraktik jenis negligence (kelalaian) dalam bentuk komisi yaitu melakukan
yang seharusnya tidak dilakukan. Pada kasus tersebut perawat secara sadar dan sengaja
meniggalkan bayi saat bayi sedang SPA sehingga hal ini termasuk dalam tingkatan kelalaian
berat (Culpa Lata) sadar dan dengan sengaja melakukan sesuatu yang sepatutnya tidak
dilakukan.
Dalam hal ini perawat tidak memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar praktik
dan standar profesional yang diatur dalam National Association of Pediatric Nurse Practitioner
and Society of Pediatric Nurses (2015) . Pada standar praktik, hal ini tidak sesuai sengan standar
5. yaitu implementation. Dalam pemberian pelayanan SPA seharusnya perawat selalu
mendampingi klien selama proses SPA serta memperhatikan kenyamanan serta keamanan klien.
Sedangkan pada standar profesional hal ini tidak sesuai dengan standar 7 (ethic) dan standar 10
(quality of practice). Dalam salah satu prinsip etik terdapat prinsip autonomy dimana klien
berhak mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya dari pemberi layanan. Pada kasus ini,
secara tidak langsung perawat tidak memenuhi autonomy atau hak-hak klien. Selain itu perawat
juga tidak memperhatikan pada prinsip nonmaleficiene, artinya bahwa perawat tidak memikirkan
segala resiko yang mungkin muncul jika bayi ditinggalkan saat berenang. Padahal pada prinsip
ini, perawat dituntut untu meminimalkan segala resiko yang merugikan bagi klien. Jika dilihat
dari standar kualitas dari pelayanan (standar 10), pelayanan yang diberikan kepada klien kurang
berkualitas karena tidak memperhatikan prinsip patient safety.
Pada kasus termasuk dalam kasus isu etik. Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan
menggunakan kerangka masalah dilema etik menurut Kozier yaitu dengan :
1. Mengembangkan data dasar, mengkaji siapa saja yang terlibat? yang terlibat dalam masalah
ini adalah klien, perawat dan keluarga. Kaji Apa background perawat, tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, apakah perawat mempunyai SIPP atau memiliki STPT. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan SPA pada Pasal 13 disebutkan pada ayat satu bahwa Setiap terapis SPA harus
memiliki STPT yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Mengidentifikasi konflik yang sedang terjadi : perawat meninggalkan bayi ketika sedang
berenang sehingga bayi tenggelam
3. Membuat alternatif tindakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi dari
tindakan tersebut, jika dengan isu etik belum dapat diselesaikan, maka alternatve tindakan
dapat diselesaikan melalui isu hukum,
Isu etik akan ditangani secara langsung oleh MKEK (Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Indonesia) dengan mengeluarkan keputusan berupa teguran, pencabutan izin
praktik baik secara tetap maupun sementara bagi tenaga kesehatan yang melakukan
pelaggaran dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Menentukan siapa yang terlibat dalam menentukan masalah tersebut : keluarga dan perawat
5. Mendefinisikan kewajiban perawat : perawat tidak melakukantugas sesuai dengan standar
praktik dan standar profesional keperawatan
6. Membuat keputusan
Jika tidak dapat diselesaikan secara etik, maka kasus ini dapat diselesaikan secara hukum/
Penyelesaian secara hukum dijelaskan sebagai berikut:
Alur penyelesaian dari masalah kelalaian yaitu melalui mediasi terlebih dahulu, setelah itu
baru diselesaikan secara hukum. Hal ini sesuai dengan UU No. 36 pada pasal 29 tentang
Kesehatan yang pada pasal 29 yang dalam hal ini menjelaskan tentang kelalaian yang
berbunyi :
“Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian
tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.”
Selain itu juga dalam UU RI No. 36 Thn 2014 Ttg Tenaga Kesehatan, Pasal 78 yang
berbunyi :
“Dalam hal Tenaga Kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya
yang menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan kesehatan, perselisihan yang
timbul akibat kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui penyelesaian
sengketa di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.”
Dan pada UU RI No. 38 Thn 2014 Ttg Keperawatan, Pasal 36 :
“Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundangundangan.”
Artinya penyelesaian masalah dalam dalam kasus kelalaian ini bisa dilakukan dengan
penyelesaian non ligitasi. Yaitu dengan melalui jalur mediasi. Bila proses non litigasi tidak
bisa dilakukan atau bila proses litigasi tidak bisa dihindarkan. Maka tindakan strategi
penyelesaian bisa dilakukan sesuai stategi penyelesaian litigasi.
Referensi :
Christian, B. J., Christian, B. J., & Christian, B. J. (2015). Translational Research : The
Multidimensional Scope of Pediatric Nursing With translational re-. Journal of Pediatric
Nursing, 30(1), 262–265. .
Kementrian Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Spa. hukor.kemkes.go.id
Olson, L. L., & Stokes, F. (2016). The ANA Code of Ethics for Nurses With Interpretive
Statements: Resource for Nursing Regulation. Journal of Traditional and
Complementary Medicine, 7(2), 9–20
Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 40 tahun 2017 tentang pengembangan
jenjang karir profesional perawat klinis
Peraturan presiden republik indonesia nomor 8 tahun 2012 tanggal 17 januari 2012 tentang
Deskripsi Jenjang Kualifikasi KKNI
Peraturan presiden republik indonesia nomor 90 tahun 2017 tentang Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013
Tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi
Standar kompetensi perawat indonesia. 2012. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), Asosiasi Institusi Pendidikan
Diploma Keperawatan Indonesia (aipdiki)
Suryono. 2016. Tinjauan Hukum Malpraktik. Indonesia Mediation Center. Gadjah Mada
University. YOGYAKARTA
Utami, Ngesti W.,dkk. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Etika Keperawatan Dan
Keperawatan Profesional. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.