Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1

ISU LEGAL, ETIK DAN BIOETIK DALAM KEPERAWATAN ANAK


Untuk memenuhi mata kuliah keperawatan Kontemporer

Dosen pengampu :
Ibu Anik Rustiyaningsih, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An

Disusun oleh :
Ami Novianti Subagya 17/418386/PKU/16878
Cindy Puspita S.H.J 17/418388/PKU/16880
Isra Nara Potabuga 17/418394/PKU/16886
Ito Wardin 17/418395/PKU/16887
Khalida Ziah S 17/418396/PKU/16888
Ni Nyoman Udiani 17/418405/PKU/16997

MAGISTER KEPERAWATAN, FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
TOPIK : ISU TERKINI DALAM KEPERAWATAN ANAK

Kasus :

Headlines News

Seorang perawat tidak mempunyai ijazah spesialis keperawatan anak, tetapi dia sudah bekerja
sebagai perawat di bangsal anak selama 10 tahun. Saat ini perawat tersebut keluar dari institusi
tempatnya bekerja dan membuka praktik “Moms & Baby Spa” secara mandiri. Saat melakukan
tindakan SPA bayi karena keteledoran, bayinya tenggelam ketika ditinggalkan berenang. Isu
tersebut masuk dalam surat kabar headline news “Legal dan Etik praktik Keperawatan Anak”

Step 1

Legal : sesuai dengan peraturan perundang-undangan, aksi atau regulasi yang mengatur
tentang profesi, jelas dan dalam bentuk tertulis

Kode etik : berhubungan dengan moral, sesuai dengan standar pelayananan dan profesi.

Step 2

Daftar pertanyaan:

1. Berdasarkan kasus termasuk malpraktik atau kelalaian?


2. Bagaimana undang-udang mengatur legal dan etik dalam praktik kep, anak?
3. Apa saja kode etik kep, anak?
4. Kewajiban/ standar perawat dalam membuka praktik keperawatan?
5. Bagaimana peran organisasi dalam menanggapi kasus tersebut?
6. Bagaimana alur penyelesaian, dan bgaimana cara melakukan pendelagasian maupun
supervisi terhadap kasus?
7. Syarat untuk menjadi keperawatan spesialis anak seperti apa?
8. Bagaimana kompetensi dari masing-masing jenjang karir?
Step 3

1. Apa saja kode etik kep, anak?


Aturan yang mengatur dalam lingkup praktik keperawatan, yang mengatur perawat-
perawat, pasien-perawat, perawat-organisasi profesi, perawat-masyarakat.
Lihat pada buku kode etik keperawatan

2. Kewajiban/ standar perawat dalam membuka praktik keperawatan?

Perawat harus punya sertifikat keahlian, mengurus SIPP, punya STR, punya rekomendasi
dari PPNI dan pemerintah daerah atau kota , Memasang papan nama praktik
keperawatan,

3. Bagaimana undang-udang mengatur legal dan etik dalam praktik kep, anak?
 UU no 38. Tahun 2014 tentang keperawatan dan UU no 36 tentang kesehatan
 Dalam melaksanakan praktk keperawatan harus sesuai dengan kode etik
keperawatan dan memperhatikan prisip etik keperawatan.
 Dalam menjalankan praktik keperawatan harus mempunyai STR, SIPP dan
maksimal melaksanankan praktik keperawatan pada dua tempat.
 Ners harus mengikuti uji kompetensi, sehingga bisa mendapatkan STR,
 Syarat perpanjangan STR harus mengikuti beberapa pelatihan atau seminar untuk
menambah SKP

4. Bagaimana kompetensi dari masing-masing jenjang karir?


D3 : vocasional
Ners :
Spesialis

KKNI? Proses?
PM (Perawat Manager), PK (Perawat Klinis). PP (Perawat Peneliti)
Tingkatan perawat Manager
PK (Perawat Klinik)
PK 1 : pendidikan minimal D3 keperawatan dan memiliki sertifikat ujikomp, minimal
berpengalaman kerja 2 tahun, Ners 0 tahun. (untuk ners UKNI) (Untuk D3 ukomp)
Kompetensi : mampu melakukan praktik keperawatan kebutuhan dasar
PK 2 : D3 minimal mempunyai pengalaman kerja 5 tahun dan harus punya sertifikat
PK 1
Ners (2 tahun dan lulus PK 1),
Kompetensi : mampu melakukan praktik keperawatan kebutuhan dasar dan kasus
emergency
PK 3 : D3 minimal 7 tahun, lulus PK 2
Ners 5 tahun, lulus PK
Kompetensi, PK 1, PK 2 dan harus mempu untuk melakukan penelitian
PK 4 : D3 ninimal 10 tahun, lulus PK 3
Ners 7 tahun, lulus PK 3
Spesialis keperawatan anak 0 tahun
Kompetensi :
PK 5 : Spesialis Keperawatan anak minimal 1 tahun
Kompetensi :

PP (Perawat Peneliti)
PP minimal perawat dengan PK 3

PM (Perawat Manager)
Minimal PK 4 dan bertugas
Contoh : Manager kasus (PM)

Karu (PM)

PN (Primary Nurse), AN (Associated Nurse)


5. Syarat untuk menjadi keperawatan spesialis anak seperti apa?
Minimal adalah perawat S1 ners dengan melanjutkan pendidikan formal Magister
Keperawatan anak (2 tahun) dan spesialis keperawatan anak minimal 3 tahun.

Untuk mengikuti Mom’s and Baby Spa : termasuk kedalam pendidikan informal, boleh
dikalkukan oleh semua kalangan yang mempunyai kompetensi dalam bidang tersebut,

6. Berdasarkan kasus termasuk malpraktik atau kelalaian?


Kelalaian, karena perawat meninggalkan pasien dikolam
Malpraktik : kelalaian (melakukan yang seharusnya dilakukan, dan tidak melakukan yang
seharusnya tidak dilakukan), incompeten,
Malpraktik : Tidak sesuai kompeten, profesi, SOP  pidana,
Kelalaian :  perdata
Pada kaus termasuk malpraktik, karena menyebabkan kecacatan/kematian

7. Bagaimana peran organisasi dalam menanggapi kasus tersebut?


Didalam suatu penanganan suatu kasus
Observasi dulu permasalahan, dampingi perawat, berikan sanksi dan sesuai
dengan UU Keperawatan
Penyelesaian berdasarkan hukum : secara pidana, perdata, atau mediasi
 Isu etik : Pencabutan sementara izin praktik
 Isu Legal : STR dan SIPP dicabut
 Hukum : Berupa Pidana (kurungan penjara)
 Peran organisasi : menjadi pendamping

8. Bagaimana alur penyelesaian, dan bgaimana cara melakukan pendelagasian maupun


supervisi terhadap kasus?
Alur penyelesaian masalah :
Misal : di rumah sakit
KaRu : dengan melibatkan komite Keperawatan, bagian etik,
Jika ruangan tidak tertangani, naik ke kepala SEksi, kemudian TOP manajer,
Komite juga dapat melibatkan OP (Propinsi)

Tingktan organisasi : Pengaduan, penyelidikan,

Kode etik
Step 4 keperawatan,

Mind Maping :

Isu legal dan


Standar praktik Keperawatan etik, bioetik
Kompetensi
/jenjang karir

Malpraktik

- alur peyelesaian/
penangan

Step 5

LO (Learning Objective) :

o Memahami Standar praktik Keperawatan Anak


o Memahami Jenjang pendidikan dan karir serta kompetensi perawat anak
o Memahami kode etik keperawatan anak
o Memahami Isu legal, etik dan bioetik dalam keperawatan anak, salah satunya
adalah konsep malpraktik dan penanganannya
STEP 7

1. Memahami Standar Praktik Keperawatan Anak

Menurut Jordanian Pediatric Nursing Council (2017) Standar Nasional keperawatan


anak terdiri dari dua domain yaitu standar profesi dan standar praktik. Setiap domain terdiri
dari beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat anak. Standar tersebut
diatas jabarkan seperti berikut ini:

1. Standar Profesional

a) Kinerja

Kinerja berkaitan dengan tanggung jawab profesional, hukum dan etika, akuntabilitas,
kegiatan pengembangan, sertifikasi dan akreditasi, dengan kebijakan dan pedoman
organisasi

b) Pengetahuan dan penelitian

Dalam hal ini dengan berbasis bukti, pengetahuan, keterampilan, penilaian, pemikiran
kritis dan analisis, dan penilaian diri dalam praktik klinis, pendidikan, dan penelitian.

c) Kolaborasi dan hubungan interpersonal

Hal ini berkaitan dengan komunikasi dan kolaborasi profesional dengan anak-anak,
keluarga, individu, kelompok, rekan kerja, rekan kerja, dan tim perawatan kesehatan
interdisipliner dalam praktik klinis, pendidikan, dan penelitian

d) Kepemimpinan dan pemanfaatan sumber daya

Dalam hal ini keterampilan kepemimpinan dan manajemen perawat anak-anak yang
memanfaatkan sumber daya yang sesuai untuk merencanakan dan menyediakan layanan
yang aman, efektif dan bertanggung jawab secara finansial dalam praktik keperawatan
klinis, pendidikan, dan penelitian.

2. Standar Praktik
Standar Praktik keperawatan anak berfokus pada anak yang menyediakan perawatan
yang komprehensif, sistematis, berdasarkan evidence based, kompeten serta melibatkan
keluarga dalam perencanaan dan pemberian asuhan keperawatan (Family Centered Care).
Standar praktik keperawatan anak terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa,
menentukan outcome, implementasi dan evaluasi.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Menurut National Association of Pediatric Nurse
Practitioner and Society of Pediatric Nurses (2015) standar praktik keperawatan anak terdiri dari
yaitu standar profesional dan standar praktik yaitu dapat dilihat pada tabel berikut :

Standar Praktik Standar Profesional


Standard 1. Assessment Standard 7. Ethics

Standard 2. Diagnosis Standard 8. Education

Standard 3. Outcomes Identification Standard 9. Evidence-based Practice and

Standard 4. Planning Research

Standard 5. Implementation Standard 10. Quality of Practice

Standard 5a. Coordination of Care Standard 11.Communication

Standard 5b. Health Teaching and Standard 12. Leadership

Health Promotion Standard 13. Collaboration

Standard 5c. Consultation Standard 14. Professional Practice


Evaluation
Standard 5d. Prescriptive Authority
and Treatment Standard 15. Resource Utilization

Standard 6. Evaluation Standard 16. Environmental Health

Standard 17. Advocacy

Standar praktik keperawatan juga diatur dalam UU RI no. 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan khususnya BAB V terkait praktik keperawatan pasal 28 yaitu :

1. Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat lainnya


sesuai dengan Klien sasarannya.
2. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Praktik Keperawatan
mandiri dan Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

3. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada kode etik,
standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional.
4. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada prinsip
kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau Keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau Keperawatan
dalam suatu wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri

2. Memahami Kode Etik Keperawatan

A. Kode Etik Keperawatan di Indonesia (PPNI)


1 Perawat dan Klien
Berikut ini hal-hal yang perlu anda perhatikan dalam menjaga hubungan antara
perawat dan klien.
a. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan
agama yang dianut serta kedudukan sosial. Artinya perawat tidak pandang bulu
dalam melayani pasiennya.
b. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama klien.
c. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
d. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
2 Perawat dan Praktek
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai seorang perawat terhadap
praktek keperawatan.
a) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui
belajar terus-menerus
b) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
c) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
d) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku profesional.
3 Perawat dan Masyarakat
Hal yang perlu anda perhatikan dalam meningkatkan hubungan anda sebagai
perawat dengan masyarakat adalah dimana perawat mengemban tanggung jawab
bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
4 Perawat dan Teman Sejawat
Hal-hal di bawah ini harus menjadi perhatian anda agar hubungan dengan teman
sejawat tetap harmonis.
a) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun
dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.
b) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
5 Perawat dan Profesi
a) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
b) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan
yang bermutu tinggi.
B. Kode Etik Keperawatan Internasional (International Council of Nurses, 1973)
Kode etik keperawatan menurut ICN (1973) menegaskan bahwa keperawatan bersifat
universal. Keperawatan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Kode etik keperawatan
yang dirumuskan oleh ICN diadopsi oleh kode etik keperawatan hampir seluruh negara
di dunia. Berikut adalah rumusannya:
1) Perawat melaksanakan pelayanan dengan menghargai hakikat manusia dan keunikan
klien, tidak membedakan sosial ekonomi, keadaan pribadi, atau hakikat masalah
kesehatan
2) Perawat menyelamatkan hak klien dengan memelihara hak klien
3) Perawat menyelamatkan klien atau masyarakat bila asuhan dan keamanan kesehatan
klien dijamah oleh orang yang tidak berwenang, tidak sesuai etik, atau tidak resmi
4) Perawat bertanggung jawab atas kegiatan dan pertimbangan keperawatan kepada
seseorang
5) Perawat membina kompetensi keperawatan
6) Perawat menggunakan pertimbangan akan kualifikasi kompetensi orang yang akan
diminta konsultasi atau diberi tanggung jawab dan menerima delegasi tugas
7) Perawat turut serta dalam usaha profesi untuk mengadakan dan membina keadaan
tugas tenaga kerja yang memungkinkan untuk mencapai kualitas keperawatan yang
tinggi
8) Perawat turut serta dalam kegiatan pengembangan profesi ilmu pengetahuan
9) Perawat turut serta dalam usaha profesi untuk melindungi umum dari informasi yang
salah dan penyajian yang salah untuk memelihara integrasi keperawatan
10) Perawat berkolaborasi dengan anggota profesi kesehatan dan warga lain dalam
meningkatkan usaha nasional dan masyarakat untuk memperoleh kebutuhan kesehatan
masyarakat.
2. Memahami jenjang karir dan pendidikan serta kompetensi perawat anak

A. Jenjang pendidikan tinggi


Jenjang pendidikan tinggi Tertuang dalam : (1) Peraturan presiden republik indonesia
nomor 8 tahun 2012 tanggal 17 januari 2012 tentang Deskripsi Jenjang Kualifikasi KKNI
(2) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2013 Tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan
Tinggi.
 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang pendidikan tinggi
merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan capaian pembelajaran dari jalur pendidikan
nonformal, pendidikan informal, dan/atau pengalaman kerja ke dalam jenis dan
jenjang pendidikan tinggi.
 KKNI terdiri dari 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari Kualifikasi 1 sebagai
kualifikasi terendah dan Kualifikasi – 9 sebagai kualifikasi tertinggi
 Jenjang kualifikasi adalah tingkat capaian pembelajaran yang disepakati secara
nasional, disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan dan/atau pelatihan yang
diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan Pendidikan keperawatan terdiri dari :
a. Pendidikan tinggi Keperawatan terdiri atas: pendidikan vokasi; pendidikan akademik;
dan pendidikan profesi (pasal 5).
b. Pendidikan vokasi merupakan program diploma keperawatan (pasal 6).
c. Pendidikan akademik terdiri atas: program sarjana Keperawatan;program magister
Keperawatan; dan program doktor Keperawatan (pasal 7)
d. Pendidikan profesi terdiri atas:program profesi Keperawatan; dan program spesialis
Keperawatan (8).

B. Jenjang karir perawat


Pengembangan sistem jenjang karier professional perawat di Indonesia secara
utuh terdiri dari 4 bidang meliputi Perawat Klinik (PK), Perawat Manajer (PM), Perawat
Pendidik (PP), dan Perawat Peneliti/Riset (PR). Setiap bidang memiliki 5 level, dimulai
level generalis, dasar kekhususan, lanjut kekhususan, spesialis, dan
subspesialis/konsultan. Untuk menjadi perawat manajer level I, dipersyaratkan memiliki
kompetensi perawat klinis level II. Untuk menjadi perawat pendidik level I,
dipersyaratkan memiliki kompetensi perawat klinis level III. Untuk menjadi perawat
peneliti level I, dipersyaratkan meiliki kompetensi perawat klinis level IV. Berikut
merupakan bagan jenjang karir perawat:
3. Memahami praktik mandiri keperawatan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang


Keperawatan, praktik keperawatan juga diatur pada pasal 18, 19, 20 dan 21. Berikut adalah
penjelasannya :
Pasal 18 Pada pasal 18 terdiri dari 5 ayat yang mengatur praktik keperawatan, yaitu :
(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki STR.
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Konsil
Keperawatan setelah memenuhi persyaratan.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan;
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan
e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
(4) STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5
(lima) tahun.
(5) Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
meliputi:
a. memiliki STR lama;
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi;
e. telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya;
f. memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan,
dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.

Pasal 19 (1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIPP.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang
di kabupaten/kota tempat Perawat menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2),
Perawat harus melampirkan:
a. salinan STR yang masih berlaku;
b. rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat; dan
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(5) SIPP masih berlaku apabila:
a. STR masih berlaku; dan
b. Perawat berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam SIPP.
Pasal 20 (1) SIPP hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.
(2) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Perawat
paling banyak untuk 2 (dua) tempat.
Pasal 21 Perawat yang menjalankan praktik mandiri harus memasang papan nama
Praktik Keperawatan

Sesuai dengan kasus untuk peraturan legal terkait dengan prakti mandiri SPA, terdapat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan SPA pada Pasal 13:
(1) Setiap terapis SPA harus memiliki STPT yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
(2) Untuk mendapatkan STPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terapis SPA harus
mengajukan permohonan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam
Formulir 1 kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat secara kolektif atau
sendiri, disertai dengan persyaratan yang meliputi:
a. biodata terapis, menggunakan contoh Formulir 2 sebagaimana terlampir;
b. fotokopi KTP;
c. rekomendasi dari asosiasi SPA yang berbadan hukum berdasarkan kualifikasi Kerja
Nasional Indonesia;
d. fotokopi sertifi kat/ijazah kompetensi terapis yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi
kompetensi (LSK) dan atau Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP);
e. surat pengantar Puskesmas setempat;
f. pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar; izin teknis dari tempat bekerja atau
rencana tempat kerja.

Selain itu, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang
Pelayanan Kesehatan Tradisional yaitu pada pasal 1 yang menjelaskan beberapa poin berikut ini
:
1) Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang
manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris.

2) Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer adalah penerapan kesehatan tradisional


yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta manfaat dan
keamanannya terbukti secara ilmiah.

3) Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap atau pengganti.

4) Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat.

5) Surat Terdaftar Penyehat Tradisional yang selanjutnya disingkat STPT adalah bukti tertulis
yang diberikan kepada penyehat tradisional yang telah mendaftar untuk memberikan
Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris.

6) Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan Tradisional yang selanjutnya disingkat STRTKT
adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk memberikan Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer.

7) Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan Tradisional, yang selanjutnya disingkat SIPTKT adalah
bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga kesehatan tradisional dalam rangka pelaksanaan
pemberian Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.
8) Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

9) Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang


menyelenggarakan pengobatan/perawatan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.

10) Panti Sehat adalah tempat yang digunakan untuk melakukan perawatan Kesehatan
Tradisional Empiris.

11) Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

12) Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

13) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

4. Memahami isu, legal, etik dan bioetik dalam keperawatan anak, yang salah satunya
tentang malpratik dan kelalaian

A. Malpraktik dan Negligence (kelalaian)

Keterangan gambar :

Malparaktik terdiri 3 jenis yaitu miscondut, negligence dan incompetent


a. Misconduct : kesengajaan melanggar ketentuan etik/disiplin/hukum
b.
dan tidak melakukan yang seharusnya dilakukan(Omisi) sebagai pengemban profesi
kesehatan
Tingkatan Negligence
 Kelalaian ringan (Culpa Levis) tidak melakukan sesuatu yang secara wajar
dilakukan /melakukan sesuatu yang secara wajar tidak dilakukan orang lain
dalam situasi dan kondisi tersebut
 Kelalaian berat (Culpa Lata) sadar dan dengan sengaja melakukan sesuatu yang
sepatutnya tidak dilakukan
c. Incompetence: kekurang mahiran

Pintu masuk Malpraktik adalah melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan :
a. Standar Kompetensi*,
b. Standar Profesi Perawat,
c. Standar Prosedur Operasional,
d. Standar Pelayanan.
(*Pelanggaran administrasi merupakan pintu masuk Malpraktik).
B. Penyelesaian sengketa dalam pemberian pelayanan kesehatan
Berikut merupakan bagan ranah sengketa pelayanan kesehatan

Keterangan :
Pelanggaran praktik pelayanan kesehatan dapat masuk kedalam isu etik atau isu
didiplin atau isu hukum. Isu etik akan ditangani secara langsung oleh MKEK (Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia) dengan mengeluarkan keputusan berupa
teguran, pencabutan izin praktik baik secara tetap maupun sementara bagi tenaga
kesehatan yang melakukan pelaggaran dalam pemberian pelayanan kesehatan. Contoh
kasus isu etik seperti aborsi, eutanasia,
Isu disiplin akan ditangani secara langsung oleh MKDKI (Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia) yang akan memberikan keputusan berupa peringatan
tertulis, rekomendasi pencabutan STR dan SIP, dan Kewajiban mengikuti pelatihan atau
latihan.
Jika pelanggaran praktik pelayanan masuk ke dalam isu hukum, maka akan diadili
di tingkat pengadilan negeri. Hal ini dapat dilakukan dengan ADR (Alternative Dispute
Resolution/ Alternative Penyelesaian Sengketa) atau dengan memberikan keputusan
berupa penjara/kurungan/denda/ganti rugi/teguran/pencabutan. ADR dapat dilakukan
dengan memberikan mediasi dengan jalan mediasi yaitu melalui perdamian dan atau
kompensasi.
Tenaga kesehatan bisa melakukan tindakan kelalaian jika telah memenuhi 4
persyaratan yang ada dalam tindakan malpraktik yaitu :
- Duty to use due care  Tenaga kesehatan dan pasien telah memiliki keterkaitan
hubungan yang sudah ada semenjak peristiwa (malpraktik) itu terjadi dalam hal ini
tenaga kesehatan yang digugat mempunyai kewajiban dikarenakan adanya hubungan
kontraktual.
- Dereliction  Tenaga kesehatan melakukan pelanggaran kewajiban (wanprestasi)
atau adanya penyimpangan yang terjadi selama proses pemberian pelayanan
kesehatan.
- Damage (injury)  Tenaga kesehatan melakukan tindakan yang menyebabkan
cedera pada pasien yang menyebabkan kompensasi kerugian yang foreseable.
- Direct causation  Pelayanan kesehatan atau tindakan yang diberikan pada pasien
disebabkan langsung oleh tenaga kesehatan itu sendiri yang menyebabkan kerugian
pada pasien akibat pelanggaran kewajiban yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(adanya hubungan sebab akibat) dan adanya hubungan langsung antara kerugian itu
dengan kelalaian melaksanakan kewajiban (direct causation).

Penyelesaiannya masalah sengketa pelayanan kesehata juga dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut ( Utami 2016) :
1 Litigasi (Lembaga Peradilan)
a. Menghadapi gugatan/tuntutan hukum di Pengadilan :
1) Penggugat/penuntut harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan/tuntutan bahwa
tergugat (perawat) bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami
pasien/keluarga.
b. Pembelaan Perawat :
1) Pada perkara perdata (tuduhan civil malpractice, gugatan ganti rugi)  yang
dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat.
2) Bila tuduhan kepada perawat merupakan criminal malpractice, maka tenaga
perawatan dapat melakukan :
a) Informal defence, dgn mengajukan bukti untuk menangkis/menyangkal bahwa
tuduhan yang diajukan tidak berdasar/tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang
ada.
 perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, tetapi
merupakan risiko medik (risk of treatment),
 Tidak mempunyai sikap batin (mens rea)
sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.
b) Formal/legal defence, melakukan pembelaan dengan mengajukan/menunjuk pada
doktrin-doktrin hukum, menyangkal tuntutan, menolak unsur pertanggung
jawaban/melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari
pertanggungjawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah
pengaruh daya paksa.

2 Penyelesaian Non Litigasi ( Diluar Pengadilan)


a. UU RI No. 36 Thn 2009 Ttg Kesehatan, Pasal 29 :
Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan
profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi
b. UU RI No. 36 Thn 2014 Ttg Tenaga Kesehatan, Pasal 78 :
Dalam hal Tenaga Kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan
profesinya yang menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan kesehatan,
perselisihan yang timbul akibat kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu
melalui penyelesaian sengketa di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
c. UU RI No. 38 Thn 2014 Ttg Keperawatan, Pasal 36 :
Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundangundangan.
3 PERMA No.1/2008 tentang MEDIASI
a. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan para pihak dengan bantuan mediator.
b. Mediasi dapat memberikan akses yang lebih besar pada para pihak untuk memenuhi rasa
keadilan dengan penyelesaian saling menang.
c. Pengadilan menjadi pusat masyarakat mencari keadilan sehingga selain berfungsi
ajudikatif juga memiliki fungsi menjaga ketertiban.
d. Mediasi terbukti mrpkn cara penyelesaian sengketa yang cepat & murah.

5. Memahami penyelesaian masalah berdasarkan kasus “Headline news”

A. Analisis kasus

Berdasarkan kasus “Headline news”, kasus tersebut termasuk ke dalam jenis isu etik
yaitu tindakan malpraktik jenis negligence (kelalaian) dalam bentuk komisi yaitu melakukan
yang seharusnya tidak dilakukan. Pada kasus tersebut perawat secara sadar dan sengaja
meniggalkan bayi saat bayi sedang SPA sehingga hal ini termasuk dalam tingkatan kelalaian
berat (Culpa Lata) sadar dan dengan sengaja melakukan sesuatu yang sepatutnya tidak
dilakukan.

Dalam hal ini perawat tidak memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar praktik
dan standar profesional yang diatur dalam National Association of Pediatric Nurse Practitioner
and Society of Pediatric Nurses (2015) . Pada standar praktik, hal ini tidak sesuai sengan standar
5. yaitu implementation. Dalam pemberian pelayanan SPA seharusnya perawat selalu
mendampingi klien selama proses SPA serta memperhatikan kenyamanan serta keamanan klien.
Sedangkan pada standar profesional hal ini tidak sesuai dengan standar 7 (ethic) dan standar 10
(quality of practice). Dalam salah satu prinsip etik terdapat prinsip autonomy dimana klien
berhak mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya dari pemberi layanan. Pada kasus ini,
secara tidak langsung perawat tidak memenuhi autonomy atau hak-hak klien. Selain itu perawat
juga tidak memperhatikan pada prinsip nonmaleficiene, artinya bahwa perawat tidak memikirkan
segala resiko yang mungkin muncul jika bayi ditinggalkan saat berenang. Padahal pada prinsip
ini, perawat dituntut untu meminimalkan segala resiko yang merugikan bagi klien. Jika dilihat
dari standar kualitas dari pelayanan (standar 10), pelayanan yang diberikan kepada klien kurang
berkualitas karena tidak memperhatikan prinsip patient safety.

B. Langkah-langkah penyelesaian kasus

Pada kasus termasuk dalam kasus isu etik. Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan
menggunakan kerangka masalah dilema etik menurut Kozier yaitu dengan :

1. Mengembangkan data dasar, mengkaji siapa saja yang terlibat? yang terlibat dalam masalah
ini adalah klien, perawat dan keluarga. Kaji Apa background perawat, tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, apakah perawat mempunyai SIPP atau memiliki STPT. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan SPA pada Pasal 13 disebutkan pada ayat satu bahwa Setiap terapis SPA harus
memiliki STPT yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Mengidentifikasi konflik yang sedang terjadi : perawat meninggalkan bayi ketika sedang
berenang sehingga bayi tenggelam
3. Membuat alternatif tindakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi dari
tindakan tersebut, jika dengan isu etik belum dapat diselesaikan, maka alternatve tindakan
dapat diselesaikan melalui isu hukum,
Isu etik akan ditangani secara langsung oleh MKEK (Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Indonesia) dengan mengeluarkan keputusan berupa teguran, pencabutan izin
praktik baik secara tetap maupun sementara bagi tenaga kesehatan yang melakukan
pelaggaran dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Menentukan siapa yang terlibat dalam menentukan masalah tersebut : keluarga dan perawat
5. Mendefinisikan kewajiban perawat : perawat tidak melakukantugas sesuai dengan standar
praktik dan standar profesional keperawatan
6. Membuat keputusan
Jika tidak dapat diselesaikan secara etik, maka kasus ini dapat diselesaikan secara hukum/
Penyelesaian secara hukum dijelaskan sebagai berikut:
Alur penyelesaian dari masalah kelalaian yaitu melalui mediasi terlebih dahulu, setelah itu
baru diselesaikan secara hukum. Hal ini sesuai dengan UU No. 36 pada pasal 29 tentang
Kesehatan yang pada pasal 29 yang dalam hal ini menjelaskan tentang kelalaian yang
berbunyi :
“Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian
tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.”

Selain itu juga dalam UU RI No. 36 Thn 2014 Ttg Tenaga Kesehatan, Pasal 78 yang
berbunyi :
“Dalam hal Tenaga Kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya
yang menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan kesehatan, perselisihan yang
timbul akibat kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui penyelesaian
sengketa di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.”
Dan pada UU RI No. 38 Thn 2014 Ttg Keperawatan, Pasal 36 :
“Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundangundangan.”
Artinya penyelesaian masalah dalam dalam kasus kelalaian ini bisa dilakukan dengan
penyelesaian non ligitasi. Yaitu dengan melalui jalur mediasi. Bila proses non litigasi tidak
bisa dilakukan atau bila proses litigasi tidak bisa dihindarkan. Maka tindakan strategi
penyelesaian bisa dilakukan sesuai stategi penyelesaian litigasi.

Referensi :
Christian, B. J., Christian, B. J., & Christian, B. J. (2015). Translational Research : The
Multidimensional Scope of Pediatric Nursing With translational re-. Journal of Pediatric
Nursing, 30(1), 262–265. .

Keputusan dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia


no.011/DPP.PPNI/SK/K.S/III/2017 tentang pedoman praktik keperawatan mandiri

Kementrian Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Spa. hukor.kemkes.go.id

LS kopertis 3. 2015. Kurikulum pendidikan tinggi (KPT). Ristekdikti

Olson, L. L., & Stokes, F. (2016). The ANA Code of Ethics for Nurses With Interpretive
Statements: Resource for Nursing Regulation. Journal of Traditional and
Complementary Medicine, 7(2), 9–20

Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 40 tahun 2017 tentang pengembangan
jenjang karir profesional perawat klinis
Peraturan presiden republik indonesia nomor 8 tahun 2012 tanggal 17 januari 2012 tentang
Deskripsi Jenjang Kualifikasi KKNI

Peraturan presiden republik indonesia nomor 90 tahun 2017 tentang Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013
Tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi

Standar kompetensi perawat indonesia. 2012. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), Asosiasi Institusi Pendidikan
Diploma Keperawatan Indonesia (aipdiki)

Suryono. 2016. Tinjauan Hukum Malpraktik. Indonesia Mediation Center. Gadjah Mada
University. YOGYAKARTA

Utami, Ngesti W.,dkk. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Etika Keperawatan Dan
Keperawatan Profesional. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai