Anda di halaman 1dari 26

Asuhan Keperawatan HIV / AIDS

Pada Anak
Nama Kelompok:
Amelia Sari
Ezra Ledya Sinaga
Marya Agustina
M.Abdul Karim
Nurtri Arbina Oktaviana RG Dosen Pembimbing :
Suvma Ayu Pirli Aguscik

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2013-1014
Definisi
AIDS adalah penyakit AIDS (Acquired
yang berat yang ditandai immunodeficiency
oleh kerusakan imunitas syndrome) adalah
seluler yang disebabkan kumpulan gejala penyakit
oleh retrovirus (HIV) atau akibat menurunnya
penyakit fatal secara system kekebalan tubuh
keseluruhan dimana secara bertahap yang
kebanyakan pasien disebabkan oleh infeksi
memerlukan perawatan Human
medis dan keperawatan Immunodeficiency virus
canggih selama (HIV). (Mansjoer,
perjalanan penyakit. 2000:162)
(Carolyn, M.H.1996:601)
Etiologi
• bayi yang lahir dari ibu dengan
pasangan biseksual,
Penyebab penyakit AIDS adalah • bayi yang lahir dari ibu dengan
HIV yaitu virus yang masuk dalam pasangan berganti,
kelompok retrovirus yang • bayi yang lahir dari ibu atau
biasanya menyerang organ-organ pasangannya penyalahguna obat
vital sistem kekebalan tubuh intravena,
manusia. • bayi atau anak yang mendapat
transfusi darah atau produk darah
berulang,
• anak yang terpapar pada infeksi
1. faktor risiko untuk tertular HIV HIV dari kekerasan seksual
pada bayi dan anak adalah : (perlakuan salah seksual), dan
• anak remaja dengan hubungan
seksual berganti-ganti pasangan.
Lanjutan...
2.Cara Penularan  Selama persalinan (intrapartum)
Penularan HIV dari ibu kepada Selama persalinan bayi
bayinya dapat melalui: dapat tertular darah atau cairan
servikovaginal yang mengandung
HIV melalui paparan
 Dari ibu kepada anak dalam trakeobronkial atau tertelan pada
kandungannya (antepartum) jalan lahir.
Ibu hamil yang terinfeksi
HIV dapat menularkan virus  Bayi baru lahir terpajan oleh
tersebut ke bayi yang cairan tubuh ibu yang terinfeksi
dikandungnya. Cara transmisi ini
dinamakan juga transmisi secara
vertikal. Transmisi dapat terjadi Pada ibu yang terinfeksi HIV,
melalui plasenta (intrauterin) ditemukan virus pada cairan
intrapartum, yaitu pada waktu vagina 21%, cairan aspirasi
bayi terpapar dengan darah ibu. lambung pada bayi yang
dilahirkan.
Lanjutan...
 Bayi tertular melalui
pemberian ASI

Transmisi pasca
Ketuban pecah lebih dari persalinan sering terjadi
4 jam sebelum persalinan akan melalui pemberian ASI (Air
meningkatkan resiko transmisi susu ibu). ASI diketahui banyak
antepartum sampai dua kali mengandung HIV dalam
lipat dibandingkan jika jumlah cukup banyak.
ketuban pecah kurang dari 4 Konsentrasi median sel yang
jam sebelum persalinan. terinfeksi HIV pada ibu yang
tenderita HIV adalah 1 per 10
4 sel, partikel virus ini dapat
ditemukan pada componen sel
dan non sel ASI.
Manifestasi Klinis
 Manifestasi nonspesifik berupa :
 gagal tumbuh
Manifestasi klinis infeksi HIV  berat badan menurun
pada anak bervariasi dari  anemia,
asimtomatis sampai penyakit  panas berulang,
berat yang dinamakan AIDS. AIDS
pada anak terutama terjadi pada  limfadenopati, dan
umur muda karena sebagian  hepatosplenomegali
besar (>80%) AIDS pada anak
akibat transmisi vertikal dari ibu Gejala yang menjurus
ke anak. Lima puluh persen kasus kemungkinan adanya infeksi HIV
AIDS anak berumur < l tahun dan adalah adanya infeksi
82% berumur <3 tahun. oportunistik, yaitu infeksi dengan
Meskipun demikian ada juga bayi kuman, parasit, jamur, atau
yang terinfeksi HIV secara vertikal protozoa yang lazimnya
belum memperlihatkan gejala tidak memberikan penyakit pada
AIDS pada umur 10 tahun. anak normal.
Lanjutan..
Manifestasi klinis lainnya
yang sering ditemukan pada anak Manifestasi klinis yang lebih
adalah pneumonia interstisialis tragis adalah yang dinamakan
limfositik, yaitu kelainan yang ensefalopati kronik yang
mungkin langsung disebabkan mengakibatkan hambatan
oleh HIV pada jaringan paru. perkembangan atau kemunduran
ketrampilan motorik dan daya
 Manifestasi klinisnya berupa intelektual, sehingga terjadi
 hipoksia, retardasi mental dan motorik.
Ensefalopati dapat merupakan
 sesak napas, manifestasi primer infeksi HIV.
 jari tabuh, dan Otak menjadi atrofi dengan
 limfadenopati. pelebaran ventrikel dan
 Secara radiologis terlihat adanya kadangkala terdapat kalsifikasi.
infiltrat retikulonodular difus Antigen HIV dapat ditemukan
bilateral, terkadang dengan pada jaringan susunan saraf pusat
adenopati di hilus dan atau cairan serebrospinal.
mediastinum
PUSAT UNTUK KLASIFIKASI CONTROL PENYAKIT INFEKSI HIV PADA ANAK

Kelas P-O: infeksi intermediate

Bayi <15 bulan yang lahir dari ibu yang terinfeksi tetapi tanpa tanda infeksi HIV

Kelas P-1: infeksi asimtomatik

Anak yang terbukti terinfeksi, tetapi tampa gejala P-2; mungkin memiliki fungsi imun normal (P-1A)
atau abnormal (P-1B)

Kelas P-2: infeksi sitomatik

P-2A: gambaran demam nonspesifik (>2 lebih dari 2 bulan) gagal berkembang, limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali, parotitis, atau diare rekuren atau persistem yang tidak spesifik.

P-2B: penyakit neurologi yang progresif

P-2C: Pneumonitis interstisial limfoid

P-2D: infeksi oportunistik menjelaskan AIDS, infeksi bakteri rekuren, kandidiasis oral persisten,
stomatitis herpes rekuren, atau zoster multidermatomal.

P-2E: kanker sekunder, termasuk limfoma non-Hodgkin sel-B atau limforma otak

P-2F: penyakit end-organ HIV lain (hepatitis, karditis, nefropati, gangguan hematologi)
Patofisiologi

HIV secara khusus Mekanisme infeksi HIV


menginfeksi limfosit dengan yang menyebabkan penurunan
antigen permukaan CD4, yang sel CD4 ini tidak pasti,
bekerja sebagai reseptor viral. meskipun kemungkinan
Subset limfosit ini, yang mencakup infeksi litik sel CD4
mencakup limfosit penolong itu sendiri; induksi apoptosis
dengan peran kritis dalam melalui antigen viral, yang
mempertahankan dapat bekerja sebagai
responsivitas imun, juga superantigen; penghancuran
meperlihatkan pengurangan sel yang terinfeksi melalui
bertahap bersamaan dengan mekanisme imun antiviral
perkembangan penyakit. penjamu dan kematian atau
Mekanisme infeksi HIV yang disfungsi precursor limfosit
menyebabkan penurunan sel atau sel asesorius pada timus
CD4. dan kelenjar getah bening.
Komplikasi
 Neurologik
 ensefalopati HIV atau disebut
pula sebagai kompleks dimensia
 Oral Lesi AIDS (ADC; AIDS dementia
complex). Manifestasi dini
Karena kandidia, herpes mencakup gangguan daya ingat,
simplek, sarcoma Kaposi, HPV sakit kepala, kesulitan
oral, gingivitis, peridonitis Human berkonsentrasi, konfusi progresif,
Immunodeficiency Virus (HIV), perlambatan psikomotorik, apatis
leukoplakia oral, nutrisi, dan ataksia. stadium lanjut
dehidrasi, penurunan berat mencakup gangguan kognitif
badan, keletihan dan cacat. global, kelambatan dalam respon
Kandidiasis oral ditandai oleh verbal, gangguan efektif seperti
bercak-bercak putih seperti krim pandangan yang kosong,
dalam rongga mulut. hiperefleksi paraparesis spastic,
psikosis, halusinasi, tremor,
inkontinensia, dan kematian.
 dll
Pemeriksaan Penunjang
 Tes untuk diagnose infeksi HIV  Tes antigen P 24 (polymerase
Menurut Hidayat (2008) chain reaction) atau PCR . Bila
diagnosis HIV dapat tegakkan pemeriksaan pada kulit, maka
dengan menguji HIV. Tes ini dideteksi dengan tes antibodi
meliputi (biasanya digunakan pada bayi
 ELISA, latex lahir dengan ibu HIV. (positif
agglutination Penilaian Elisa untuk protein virus yang
dan latex agglutination bebas)
dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya  Kultur HIV(positif; kalau dua
infeksi HIV atau tidak, bila kali uji-kadar secara berturut-
dikatakan positif HIV harus turut mendeteksi enzim
dipastikan dengan tes western reverse transcriptase atau
blot. antigen p24 dengan kadar
 Western blot ( positif) yang meningkat)
Lanjutan...
Tes untuk deteksi gangguan system imun.
LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami
penurunan)
CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan
kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen)
Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan
dengan berlanjutnya penyakit).
adar immunoglobulin (meningkat)
Penatalaksanaan
 Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang
terinfeksi HIV antara lain:
 Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup,
hidup sehat dan mencegah kemungkinan terjadi infeksi
 Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain
serta keganasan yang ada.
 Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti
golongan dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang
dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA
virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
 Mengatasi dampak psikososial
Lanjutan..
 Pengobatan b) Obat profilaksis lain adalah
preparat nistatin untuk
antikandida, pirimetamin untuk
toksoplasma, preparat sulfa
a) Pengobatan medikamentosa untuk malaria, dan obat lain yang
mencakupi pemberian obat-obat diberikan sesuai kondisi klinis
profilaksis infeksi oportunistik yang ditemukan pada penderita.
yang tingkat morbiditas dan
mortalitasnya tinggi. Riset yang
luas telah dilakukan dan c) Pengobatan penting adalah
menunjukkan kesimpulan pemberian antiretrovirus atau
rekomendasi pemberian ARV. Riset mengenai obat ARV
kotrimoksasol pada penderita HIV terjadi sangat pesat, meskipun
yang berusia kurang dari 12 bulan belum ada yang mampu
dan siapapun yang memiliki kadar mengeradikasi virus dalam
CD4 < 15% hingga dipastikan bentuk DNA proviral pada
bahaya infeksi pneumonia akibat stadium dorman di sel CD4
parasit Pneumocystis jiroveci memori.
dihindari.
Lanjutan..
 Pencegahan b) Saat melahirkan. Penggunaan
antiretroviral(Nevirapine) saat
Penularan HIV dari ibu ke persalinan dan bayi baru
bayi dapat dicegah melalui : dilahirkan dan persalinan
sebaiknya dilakukan dengan
metode sectio caesar karena
a) Saat hamil. Penggunaan terbukti mengurangi resiko
antiretroviral selama penularan sebanyak 80%.
kehamilan yang bertujuan agar
vital load rendah sehingga c) Setelah lahir. Informasi yang
jumlah virus yang ada di dalam lengkap kepada ibu tentang
darah dan cairan tubuh kurang resiko dan manfaat ASI
efektif untuk menularkan HIV.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 4. Riwayat Kesehatan
1. Idensitas klien meliputi: a. Riwayat Kesehatan
nama/nama panggilan,tempat Sekarang
tanggal lahir/usia, jenis b. Riwayat Kesehatan Lalu
kelamin, agama, paendidikan, (khusus untuk anak 0-5
alamat, tanggal masuk, tanggal tahun)
pengkajian.  Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan
2. Identitas Keluhan selama hamil
penanggungjawab
Riwayat terkena sinar tidak
ada
3. Keluhan Utama Kenaikan berat badan
Orangtua klien mengeluhkan selama hamil
anaknya batuk- batuk disertai Imunisasi
sesak napas.
Lanjutan..
 Post Natal
Kondisi Bayi : BB lahir.. kg,
 Natal PB.. cm
Kondisi anak saat lahir:
Tempat melahirkan baik/tidak
Lama dan jeni Penyakit yang pernah dialami …
persalinan setelah imunisasi
Penolong persalinan Kecelakaan yang pernah
dialami: ada/tidak ada
komplikasi selama persalinan Imunisasi
ataupun setelah persalinan
(sedikit perdarahan daerah Alergi
vagina). Perkembangan anak dibanding
saudara-saudara
Lanjutan..
5. Riwayat Kesehatan Keluarga 8. Riwayat Nutris
Adakah anggota keluarga yang
mengidap HIV : missal, ibu. a. Pemberian ASI
6. Riwayat Imunisasi 1. Pertama kali di susui : berapa jam
Jenis imunisasi apa saja yang pernah setelah lahir
diberikan, waktu pemberian dan 2. Cara Pemberian : Setiap Kali
reaksi setelah pemberian. Missal; menangis dan tanpa menangis
imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, 3. Lama Pemberin : berapa menit
Hepatitis.
7. Riwayat Tumbuh Kembang 4. Diberikan sampai usia berapa
a) Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB
masuk RS :.. Cm b. Pemberian Susu Formula :missal;
b) Perkembangan tiap tahap ( SGM
berapa bulan)
Berguling, duduk, merangkak, berdiri, c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap
berjalan, senyum kepada orang lain, usia sampai nutrisi saat ini
bicara pertama kali, berpakaian tanpa
bantuan .
Lanjutan...
4. Riwayat Psiko Sosial 10. Reaksi Hospitalisasi
a) Anak tinggal di mana, keadaan a) Pengalaman Keluarga tentang
Lingkungan, fasilitas rumah. Sakit dan rawat inap

b) Hubungan antar anggota b) Pemahaman anak tentang sakit


kelurga baik dan rawat Inap

c) Pengasuh anak adalah orang tua, 11. Aktivitas sehari-hari


pengasuh,dll Kaji sebelum sakit dirumah dan
selama dirawat dirumah sakit
9. Riwayat spiritual tentang: nutrisi, cairan, eliminasi,
Kegiatan ibadah, tempat ibadah. istirahat/tidur, personal hygiene,
aktivitas/mobilisasi, rekreasi.

12. Pemeriksaan Fisik


Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
secret.

2. Pola napas tidk efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi


paru

3. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari


hipotalamus sekunder terhadap reaksi antigen dan antibody

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan dan


pengeluaran sekunder karena kehilangan nafsu makan dan diare

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kekambuhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan,
kandidiasis oral.
No Dx. Kep Tujuan dan Intervensi Rasional
criteria hasil
1 Bersihan jalan nafas Tupan: 1. Auskultasi area Penurunan aliran
tidak efektif Jalan nafas kembali paru,catat area udara terjadi pada area
berhubungan dengan efektif/normal penurunan/tidak ada konsolidasi dengan cairan.
akumulasi secret Tupen : setelah dilakukan aliran udara dan bunyi
tindakan selama 1x24 jam napas adventisius
anak menunjukan yang
efektif dengan criteria hasil: 2. kaji ulang tanda-tanda Pernapasan dangkal dan
-Mempertahankan vital (irama dan gerakan dada tidak
kepatenan jalan napas frekuensi, serta simetris terjadi karena
dengan bunyi napas gerakan dinding dada) ketidaknyaman gerakan
bersih/jelas. dinding dada.
- Klien merasa nyaman
ketika bernapas 3. Bantu pasien latihan Napas dalam
- Tidak ada sekret napas sering. memudahkan ekspansi
maksimum paru/jalan
napas lebih kecil
2. Pola napas Tupan : pola napas 1. Kaji frekuensi 1. Kecepatan
tidak efektif kembali efektif kedalaman biasanya
berhubungan Tupen : setelah pernapasandan meningkat.
dengan dilakukan tindakan ekpansi paru.
penurunan selama 2x24 jam pola
ekspansi paru napas kembali norma 2. Catat upaya 2. Dispnue dan
l, dengan criteria pernapasa terjadi
hasil: peningkatan kerja
- klien Menunjukan nafas.
pola nafas efektif
3. Auskuttsi bunyi 3. Bunyi nafas
dengan frekuensi dan
napas dan catat menurun / tidak ada
kedalaman dalam
adanya bunyi bila jalan nafas
rentang normal
seperti ronkhi. obstruktif sekunder
- klien mengatakan
tidak sesak lagi. terhadap pendarahan.
3 Hipertermi Tupan : suhu tubuh klien 1. Pertahankan Lingkungan yang
berhubungan kembali normal lingkungan sejuk, sejuk membantu
dengan Tupen : setelah dilakukan dengan menggunakan menurunkan suhu tubuh
pelepasan pyrogen tindakan selama 1x24 jam piyama dan selimut dengan cara radiasi.
dari hipotalamus suhu tubuh menurun dengan yang tidak tebal.
sekunder terhadap criteria;
reaksi antigen dan - Anak akan 2. Pantau suhu tubuh 2. Peningkatan suhu
antibody mempertahankan anak setiap 1-2 jam, secara tiba-tiba akan
suhu tubuh yang normal bila terjadi mengakibat an kejang.
- Klien mampu peningkatan secara
menunjukkan TTV yang tiba-tiba.
normal :
- suhu 36’50C,
- Nadi : 80x/m, 3. Beri 3. Antimikroba mungkin
- P : 20x / m dn antimikroba/antibiotik disarankan untuk
- TD : 110/80 mmHg jika disaranka. mengobati organisme
penyebab.
4 Kekurangan Tupan: keseimbangan 1. Ukur dan catat Dokumentasi yang akurat
volume cairan pemasukan dan akan membantu dalam
cairan tubuh adekuat pengeluaran. Tinjau mengidentifikasi
berhubungan Tupen : ulang catatan intra pengeluaran cairan.
dengansekunder setelah dilakukan tindakan operasi.
karena kehilangan selama 1x24 jam kebutuhan
nafsu makan dan cairan dapat terpenuhi 2. Pantau tanda-tanda Hipotensi, takikardia,
diare dengan criteria: vital. peningkatan pernapasan
- Tidak ada tanda-tanda Mengindikasikan
dehidrasi. 3. Letakkan pasien pada kekurangan cairan.

- turgor kulit normal, posisi yang sesuai, 3. Elevasi kepala dan


membran mukosa lembab tergantung pada posisi miring akan
- dan pengeluaran urine kekuatan pernapasan.. mencegah terjadinya
yan sekunder aspirasi dari muntah.
1. Kolaborasi, berikan
cairan parenteral,
produksi darah dan
atau plasma
ekspander.
5 Perubahan nutrisi Tupan: Pasien mendapatkan 1. Berikan makanan dan 1. Untuk memenuhi
kurang dari nutrisi yang Optimal kudapan tinggi kalori kebutuhan tubuh
kebutuhan tubuh Tupen: setelah dilakukan dan protein.
berhubungan tindakan selama 1x24 jam
dengankekambuha kebutuhan nutrisi klien
n penyakit, diare, terpenuhi. dengan kriteria 2. Beri makanan yang 2. Untuk mendorong agar

kehilangan nafsu hasil: disukai anak anak mau makan

makan, kandidiasis - anak mengkonsumsi


oral jumlah nutrien yang cukup
- Nafsu menyusu meningkat 3. Perkaya makanan 3. Untuk

- BB meningkat atau dengan suplemen memaksimalkan

normal sesuai umur nutrisi. kualitas asupan makanan

Kolaboratif : obat anti


jamur sesuai instruksi Untuk mengobati
kandidiasis oral
TERIMA KASIH
-

Anda mungkin juga menyukai