Anda di halaman 1dari 14

“ PIBK

Tuna Daksa

Anak tunadaksa dapat didefinisikan
sebagai penyandang bentuk kelainan
atau kecacatan pada sistem otot,
tulang dan persendian yang dapat
mengakibatkan gangguan koordinasi,
komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan
gangguan perkembangan keutuhan
pribadi.

Sejarah
1 Pada zaman Renaissance anak anak
tunadaksa dianggap sebagai setan atau
disejajarkan sebagai makhluk jahat dan
tidak pantas untuk diberi hidup

2 Dr. William John Little


merupakan seorang ahli ilmu
kedokteran yang pertama kali
tertarik meneliti dan
menolong anak – anak yang
menunjukkan gejala spastik
diplegia pada tahun 1861. 3 Di tahun 1862 berdiri
Rumah Sakit yang menerima
pasien-pasien tunadaksa di
Boston, yang kemudian
menyebar ke negara-negara
lain.
4 di Amerika Serikat Earl Carlson 5 Pada tahun 1941, Henry
tertarik mengamati anak Weston menyelenggarakan
tunadaksa sejak lahir dan asrama bagi anak – anak
memberikan pertolongan tunadaksa. Tahun 1948,
tertentu sesuai dengan jumlah sekolah untuk anak
kebutuhan anak tunadaksa tunadaksa semakin
tersebut baik pada aspek medik bertambah.
maupun aspek sosial psikologis.

6 pada tanggal 5 Februari 1953 Dr. Seoharso mendirikan


Yayasan Penderita Anak Cacat (YPAC) yang bertempat di
Surakarta. YPAC ini khusus untuk memberikan pertolongan
bagi anak cacat (tunadaksa) usia anak – anak. Pada
awalnya YPAC hanya memusatkan perhatian pada bidang
perawatan anak cacat tubuh, akan tetapi dalam
perkembangannya YPAc juga menangani aspek sosial dan
pendidikan, termasuk juga untuk anak Cerebral Palsy.

Populasi penyandang Tunadaksa
menurut Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) tahun 2012
adalah sebesar 2,45% (6.515.500
jiwa) dari 244.919.000 estimasi
jumlah penduduk Indonesia.

Penyebab
+

11Pranatal
Pranatal(Sebelum
(SebelumKelahiran)
Kelahiran)
22 Neonatal
Neonatal(Saat
(SaatKelahiran)
Kelahiran)
+ 3 Postnatal
Postnatal(Setelah
(SetelahKelahiran)
Kelahiran)

+
Klasifikasi
Klasifikasi
Kelainan Pada Sistem Celebral Kelainan pada system Otot dan Rangka
Penyandang kelainan pada Golongan anak tuna daksa berikut ini
sistem Cerebral , kelainan tidak mustahil akan belajar bersama
terletak pada sistem saraf pusat, dengan anak normal dan banyak
seperti Cerebral Palsy (CP) atau ditemukan pada kelas-kelas biasa.
kelumpuhan otak. Cerebral Palsy Kerusakan sel saraf yang menyebabkan
ditandai adanya kelainan gerak, otot leher tegang,tulang belakang
sikap, atau bentuk tubuh, melengkung kesalah satu sisi, lutut
gangguan koordinasi, kadang- melenting dkk namun hal ini tidak
kadang disertai gangguan menyebabkan gangguan kecerdasan atau
psikologis dan sensoris yang alat indra,karena hanya berpusat pada
disebabkan adanya kerusakan sistem saraf yang menyebabkan
atau kecacatan pada masa kelumpuhan.
perkembangan otak.
Karakteristik
Akademik
umumnya tingkat kecerdasan anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada
sistem otot dan rangka adalah normal sehingga dapat mengikuti pelajaran sama
dengan anak normal, sedangkan anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada
sistem cerebral, tingkat kecerdasannya berentang mulai dari tingkat idiocy
sampai dengan gifted.

Sosial/Emosional
Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa bermula dari konsep diri anak
yang merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain yang
mengakibatkan mereka malas belajar, bermain dan perilaku salah suai lainnya.

Fisik/Kesehatan
anak tunadaksa biasanya selain mengalami cacat tubuh adalah kecenderungan
mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran,
penglihatan, gangguan bicara, dan lain-lain.
Ciri - Ciri

• Anggota gerak kaku/lemah/lumpuh


• Kesulitan dalam bergerak (tidak sempurna, tidak
lentur/tidak terkendali)
• Anggota gerak tidak lengkap atau tidak sempurna
• Kesulitan dalam berjalan/berdiri/ duduk serta
menunjukan sikap tubuh tidak normal
• Hiperaktif
Ciri – Ciri Fisik Ciri – ciri Mental
Individu memiliki  Memiliki kecerdasan normal
 Mengalami depresi, marah dan
keterbatasan atau
kecewa disertai dengan dengki
kekurangan dalam
dan permusuhan
kesempurnaan tubuh.  Penyangkalan dan penerimaan.
Misalnya, kaki mengalami Individu menolak untuk

kelumpuhan atau layu, mengakui bahwa ia memiliki


kekurangan
tangannya tidak sempurna,
 Meminta dan menolak belas
otot atau motorik kurang
kasihan. Fase dimana individu
terkoordinasi dengan baik. mencoba untuk menyesuaikan
diri
Pendidikan untuk anak
tunadaksa tidak selalu
harus berlangsung di
lembaga pendidikan
khusus, mereka bisa
saja mengikuti kelas
reguler atau sekolah
umum.
Sekolah Khusus
Pelayanan pendidikan di sekolah khusus ini diperuntukkan bagi anak yang
memiliki problem lebih berat, baik problem penyerta intelektualnya seperti
retardasi mental maupun problema penyerta kesulitan lokomosi (gerakan) dan
emosinya.
Sekolah Khusus untuk Anak Tunadaksa Ringan (SLB-
D)
Sekolah Khusus untuk Anak Tunadaksa Sedang (SLB-
D1)

Sekolah Terpadu/Inklusi
Anak tunadaksa dengan problem penyerta yang relatif ringan dan tidak
disertai dengan retardasi mental akan sangat baik apabila pendidiikannya
disatukan dengan anak-anak normal lainnya di sekolah regular atau sekolah
umum karena anak tersebut dapat mengatasi problem fisik, emosional serta
intelektualnya.
Terapi Okupasi
Merupakan upaya penyembuhan
terhadap anak yang memiliki
kelainan fisik dan mental dengan
cara memberikan keaktifan kerja
sehingga keaktifan tersebut dapat
mengurangi penderitaan yang
dialami anak

Activities Daily Living (ADL)


Merupakan latihan dengan berbagai Intervensi
kegiatan sehari-hari,dengan maksud
untuk melatih supaya mampu
melakukan gerakan atau perbuatan
menurut keterbatasan fisiknya.

Fisioterapi
Terapi ini berguna untuk melatih otot-otot
bagian badan yang mengalami kelainan.
Transisi menuju tahap dewasa
Masa
Masa remaja
remaja merupakan
merupakan masamasa peralihan
peralihan atau atau transisi
transisi dari
dari masa
masa anak-anak
anak-anak menuju
menuju masa
masa
dewasa
dewasa yang
yang ditandai
ditandai dengan
dengan perkembangan
perkembangan aspek aspek fisik,psikis
fisik,psikis dan
dan sosial.
sosial. Bagi
Bagi individu
individu
tunadaksa
tunadaksa penyesuaian
penyesuaian harus
harus dilakukan.
dilakukan. Penyesuaian
Penyesuaian ini ini ditentukan
ditentukan oleh
oleh pembentukan
pembentukan
konsep
konsep dirinya
dirinya dan
dan terbentuknya
terbentuknya dipengaruhi
dipengaruhi oleh oleh orang
orang sekitar.
sekitar. Dalam
Dalam masa
masa dewasa
dewasa
individu
individu yang
yang mengalami
mengalami ketunaan
ketunaan fisikfisik cenderung
cenderung merasa
merasa malu
malu untuk
untuk berinteraksi
berinteraksi
dengan
dengan lingkungan
lingkungan sekitar.
sekitar. Hal
Hal ini
ini menyebabkan
menyebabkan terhambatnya
terhambatnya perkembangan
perkembangan sosialsosial
individu
individu tunadaksa.
tunadaksa.
Masalah
Masalah terjadi
terjadi ketika
ketika anak
anak tuna
tuna daksa
daksa mengalami
mengalami hambatan
hambatan mobilitas.
mobilitas. Individu
Individu
mengalami
mengalami hambatan
hambatan dalamdalam melakukan
melakukan dan dan mengembangkan
mengembangkan gerakan-gerakan,
gerakan-gerakan,
sehingga
sehingga sedikit
sedikit banyak
banyak masalah
masalah ini ini mengakibatkan
mengakibatkan hambatan
hambatan dalamdalam perkembangan
perkembangan
struktur
struktur kognitif
kognitif individu
individu tuna
tuna daksa.
daksa. Dalam
Dalam pengukuran
pengukuran intelegensi
intelegensi pada
pada individu
individu tuna
tuna
daksa,
daksa, sering
sering ditemukan
ditemukan angka
angka intelegensi
intelegensi yangyang cukup
cukup tinggi.
tinggi. Namun
Namun potensi
potensi kognitif
kognitif
yang
yang cukup
cukup tinggi
tinggi pada
pada individu
individu tuna
tuna daksa
daksa ini
ini belum
belum dapat
dapat difungsikan
difungsikan secara
secara optimal.
optimal.
Hambatan
Hambatan mobilitas,
mobilitas, masalah
masalah emosi,
emosi, kepribadian
kepribadian akanakan mempengaruhi
mempengaruhi individu
individu tuna
tuna
daksa
daksadalam
dalam melakukan
melakukaneksplorasi
eksplorasikeluar.
keluar.

Anda mungkin juga menyukai