Anda di halaman 1dari 10

Perkembangan Sains

KELOMPOK 2:
DINDA AULIA MARDANI
ENGGAR KUSUMA TRIPANI
EKA ERWINA
FIONA SETIA BUDI
Pengantar

Ilmu baru biasanya menawarkan metode baru lintas ilmu dan seiring
perkembangannya begitu pesat dan peminatnya begitu sangat
antusias serta perlu dibuatkan klasifikasi baru, cabang ilmu baru.
Dengan demikian cabang baru akan bergerak sendiri dan
memperdalam ruang lingkupnya serta meninggalkan rantai induknya.
Pada akhirnya diperoleh kumpulan pengetahuan yang sangat
mendalam di masing-masiong bidang kajian yang mungkin sama
sekali tidak dimengerti oleh ilmuwan dibidang kajian yang lain.
Penemuan demi penemuan telah mengubah gaya hidup manusia dan
juga membuat manusia lebih berpikir mendalam. Masing-masing ilmuwan
berpikir dan memberikan pendapat serta sikapnya terhadap sains yang
mengalami penciutan wilayah kajian dan cenderung terpecah menjadi
sain-sains yang berbeda dan siap bekerja di wilayahnya sendiri. Untuk itulah
lahir falsifikasi atau falibilisme (Popper), verifikasi yang berkelanjutan (
Lingkaran Wina), perubahan paradigma (Kuhn), sains sebagai program
penelitian (Lakatos), gaya anarkis ilmuwan dalam bekerja ( Feyerabend),
juga akhirnya ilmuwan seperti dipaksa untuk menengok ke sejarah
(Bacherlard), dan ini berarti ilmujwan harus kembali melihat
pendekatannya dengan wawasan yang lebih umum dan holistik setelah
sekian lama berkutat di wilayahnya yang spesifik.
A. LINGKARAN WINA
 Lingkaran wina (wiener kreis/vienna circle) terdiri dari para sarjana ilmu alam yang
berdiskusi dalam kurun waktu 1922-1938 mengenai perkembanggan ilmu alam terutama
fisika.
 Tujuannya adalah kesatuan ilmu alam serta memperbaiki laju ilmu pengetahuan di jalur
positivisme di Inggris yang sangat empiristis, dengan memberi masukan dari beberapa
aliran lain. Pokok pikiran dari lingkaran wina ini yaitu pengetahuan bersumber utama
pada pengalaman walaupun dibantu dalil logika dan matematika yang tidak didapat
dari pengalaman yang membantu mendiskripsikan dan memberi makna pengalaman
tadi serta memberi pernyataan mengenai data tadi.
 Tokoh yang berepran dalam lingkaran wina ini yaitu Bertand Russel dan A.N Whitehead
dalam principa mathematica yang mengeklaim bahwa logika adalah inti dari
matematika. Rudolf Carnap (1891-1970) adalah tokoh yang akhirnya mengembangkan
versi baru positivisme, yang sering disebut dengan empirisme logis atau positivisme logis
yang menekankan proporsi ilmiah dari empirisme dan rasionalisme dan pentingnya
tahap-tahap verifikasi terus-menerus dalam proses penerimaan suatu teori.
B. Popper : Prinsip Falsifikasi dan
Metode Ilmu Pengetahuan
1. Pengertian Falsifikasi
Popper banyak mengkritik hasil diskusi dari kelompok lingkaran wina,
dan popper membedakan bermakna dan tidak bermakna dengan
ilmiah dan tidak ilmiah tergantung pada pendasaran empirisnya. Yang
tidak terbukti secara empiris belum tentu tidak bermakana demikian
penjelasan Popper.
Perhatian Popper pada perkembangan ilmu pengetahuan
mempunyai titik berat pada metodologi, dan ini berada di luar
Lingkaran Wina. Asal mula teori falibilisme adalah pendapatnya
mengenai cukup tidaknya klaim kebenaran dari para positivist-logis,
dimaksutkan logika saja tidak cukup untuk menentukan kebenaran
pernyataan ilmiah. Maka, yang paling tepat adalah cara kerja para
ilmuwan empiris melalui logika deduksi yang sangat ketat
memperhitungkan bukti empiris.
Validitas suatu pengetahuan justru terletak pada falsibilitasnya, atau
pada suatu saat dapat dibuktikan salah. Menurut Popper, ilmuwan
yang baik seharusnya menyediakan sederetan metode dan celah-
celah untuk membuktikan kebenaran teorinya. Hipotesis utama akan
tetap tinggal dan hipotesis tambahan akan berguguran dari waktu ke
waktu, diganti atau dilengkapi detailnya oleh hipotesis baru. Dengan
demikian proses penyempurnaan berjalan terus.
Falsificationism atau fallibilism adalah prinsip yang menyalahkan apa
yang telah ada sebelumnya dan menyebabkan keharusan dicarinya
alternatif yang lebih benar daripada yang sudah ada tersebut.
Falsifikasi atau fasibilitas dapat dijadikan kriteria dari layak tidaknya
suatu teori dalam sains. Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang
dapat disalahkan, dan memungkinkan dirumuskannya hipotesis baru
penggantinya.
Derajat falibilitas adalah sejauh mana suatu pertanyaan dapat
disalahkan dalam proses verifikasinya. Jika teori dapat disalahkan
maka teori ini baik daripada teori yang kurang dapat disalahkan.
Jika dihubungkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan alam, maka
dapat disimpulkan bahwa pernyataan dengan klaim kecil (seperti
pernyataan di atas) mengandung kebenaran yang mendukung
pernyataan umum.
2. Jenis Falsifikasi
a. Falsifikasi metode
Falibilisme metode jelas menyangkut penyempurnaan metodologi
yang bertujuan mencapai tujuan yang lebih sempurna, penjelasan
yang lebih komprehensif dan jelas dari bagan dasar sampai detailnya.
Beberapa hal menyangkaut falibilisme metode:
 Mencoba sesuatu yang baru yang berasal dari variasi metode yang
lama.
 Memverifikasi hipotesis yang menyangkut bagaimana prediksi
divariasi dan diverifikasi dengan menguji kecocokan dengan latar
belakang teori dan melihat beberapa contoh.
 Kelemahan metode empiris terutama metode induksi adalah tidak
pernah bias mengumpulkan semua fakta secara lengkap untuk bisa
menarik kesimpulan dengan aman dan amat meyakinkan.
b. Falsifikasi Objek
Falibilisme objek kiranya jelas berasal dari objek yang diteliti, yaitu
alam. Objek adalah realitas yang juga berubah-ubah karena segala
sesuatu memiliki dinamika masing-masing. Pengetahuan akan objek
tidak pernah mencapai pengetahuan dan kebenaran mutlak.
 Realitas objek
Realitas objek adalah hal utama yang harus dipegang dalam
pencarian pengetahuan. Deskripsi objek yang pengamatannya
dibantu metode dapat tidak sesuai dengan teori yang sudah ada.
Jika suatu saat ditemukan objek yang tidak berlaku sama dengan
metode yang sama, maka perlu dicarikan hipotesis baru dan
diverifikasi lebih lanjut. Yang penting dalam hal ini adalah objek yang
menggerakkan subjek berpikir lebih lanjut (realitas objektif), bukan
subjek yang menggerakkan objek (realitas subjektif).
 Evolusi objek
Selain nyata, objek juga tidak diam, dalam arti akan mengalami
perubahan secara perlahan maupun cepat. Biasanya perubahan objek
mempunyai keteraturan tertentu baik variable maupun intensitasnya.
Realitas objektif bisa diprediksi karena telah diamati secara objektif pula.
Metode analisis alam juga berubah seiring dengan kemajuan peralatan
dan metodologi. Perubahan objek alam biasanya mengarah pada
keteraturan sehingga manusia bisa mengetahuinya.
 Filsuf Pasca-Popper
Setelah Popper banyak filsuf alam maupun para ahli ilmu alam
bermunculan dan memberikan perbandingan ke teori falibilisme Popper.
Beberapa nama yang sering yang sering muncul adalah Thomas S. Kuhn,
Paul Feyerabend, dan Imre Lakatos. Mereka dapat digolongkan para
pemberontak terhadap positivisme, dan mereka menaruh perhatian amat
besar terhadap sejarah perkembangan ilmu dan usaha merekontruksi
kembali kejadian-kejadian sejarah mengenai ilmu. Dari hasil penyelidikan
sejarah ini ternyata bukan cuma kronologi peristiwa-peristiwa kelimuan,
namun banyak fakta yang menunjukkan perannya secara tiba-tiba tanpa
terlacak jejaknya sebelumnya. Di sinilah teori akumulasi pengetahuan dan
falsifikasi Popper mendapat tantangan.

Anda mungkin juga menyukai