Anda di halaman 1dari 17

ASPAL

SEJARAH ASPAL
Dari sejarah diketahui bahwa asphalt (USA) atau
bitumen (Inggris) telah digunakan untuk beberapa
keperluan, misal:
 Babilonia : aspal sbg perekat pd
pembuatan tembok
 Kerajaan Roma : aspal sbg bahan pd
pekerjaan lantai
 Mesir : aspal sbg bahan pengawet
jenazah para raja
BAHAN PENYUSUN
mpk senyawa hidrogen (H) dan carbon ( C ) yg terdiri dari
parafins, naphtene, dan aromatics. Bahan-bahan tsb
membentuk kelompok yg disebut:
 Asphaltenese
Kelompok ini membentuk butiran halus, mpy molekul
tinggi.
 Oils
Berbentuk cairan yg melarutkan asphaltenese, tersusun
dari parafins, cyclo parafins dan aromatics serta mpy
berat molekul rendah.
 Resins
Berbentuk cairan menyelubungi asphaltenese dan
mempunyai berat molekul sedang.
JENIS ASPAL

Berdasarkan cara diperolehnya, aspal dibedakan atas:


 aspal alam, dibedakan atas:
 aspal gunung (rock asphalt)  contoh: aspal dari P.
Buton Indonesia.
 aspal danau (lake asphalt)  contoh: aspal dari
Trinidad Bermuda.
 aspal buatan, dibedakan atas:
 Aspal minyak  mrpk hasil penyulingan minyak bumi.
 Tar  mrpk hasil penyulingan batubara (tdk umum
digunakan untuk perkerasan jalan krn cepat
mengeras, peka thp perubahan temperatur dan
beracun.
ASPAL MINYAK
dibedakan atas:
 Aspal Keras/Panas (Asphalt Cement/AC)
- Aspal yg digunakan dlm keadaan cair dan panas.
- Berbentuk padat pada suhu ruangan.

 Aspal Dingin/Cair (Cut back asphalt)


- Aspal yg digunakan dlm keadaan cair dan dingin.

 Aspal Emulsi (emulsion asphalt)


- Aspal yg tersedia dlm bentuk emulsi. Dpt digunakan
dlm keadaan dingin maupun panas.
ASPAL KERAS (AC)
 Pada temperatur ruang (25o C – 30o C) berbentuk padat.
Terdiri dari beberapa jenis tergantung proses
pembuatannya dan jenis minyak bumi asalnya.
Pengelompokan dilakukan berdasarkan nilai penetrasi
pada temperatur 25oC.
 Di Indonesia, aspal semen dibedakan berdasarkan nilai
penetrasinya.
AC pen 40/50, yaitu AC dg penetrasi antara 40 – 50 mm.
AC pen 60/70, yaitu AC dg penetrasi antara 60 – 70 mm.
AC pen 85/100, yaitu AC dg penetrasi antara 85 – 100 mm.
AC pen 120/150, yaitu AC dg penetrasi antara 120 – 150 mm.
AC pen 200/300, yaitu AC dg penetrasi antara 200 – 300 mm.
 Aspal Semen dg penetrasi rendah digunakan di
daerah bercuaca panas atau lalu lintas dg
volume tinggi. Sebaliknya AC dg penetrasi tinggi
digunakan pada daerah bercuaca dingin atau
volume lalu lintas rendah.
 Di Indonesia  umumnya digunakan aspal semen
dg penetrasi 60/70 dan 85/100.
ASPAL CAIR (Cut Back Asphalt)
 Adalah: campuran antara aspal semen dg bahan pencair dari
hasil penyulingan minyak bumi  berbentuk cair pada suhu
ruangan.
 Aspal Cair dibedakan berdasarkan bahan pencairnya dan
kemudahan menguap bahan pelarutnya, yaitu:
RC (Rapid Caring Cut Back)
Yaitu : aspal semen yang dilarutkan dg bensin/premium  paling
cepat menguap.
MC (Medium Caring Cut Back)
Yaitu : aspal semen yang dilarutkan dg bahan pencair yg lebih
kental, spt: minyak tanah.
SC (Slow Caring Cut Back)
Yaitu : aspal semen yang dilarutkan dg bahan pencair yg lebih
kental lagi, spt: solar
 mrpk jenis aspal yang paling lama menguap.
ASPAL EMULSI

Yaitu: suatu campuran aspal dg air dan bahan


pengemulsi

 Aspal & air tdk dpt bercampur, maka perlu bahan


lain yaitu surface active agent (bhn pengemulsi).
Dengan bhn tambah maka pada butiran akan
bermuatan listrik.
Aspal Emulsi dpt dibedakan berdasarkan
kandungan muatan listriknya dan kecepatan
pengerasannya, yaitu:
 Kationik  aspal emulsi asam  bermuatan
listrik positif
 Anionik  aspal emulsi alkali  bermuatan
listrik negatif
 Non Ionik  aspal emulsi yang tidak
mengalami ionisasi  tidak mengantarkan
listrik

Kationik dan Anionik  mrpk jenis yang umum


digunakan untuk perkerasan jalan.
Aspal Emulsi berdasarkan kecepatan pengerasannya dpt
dibedakan, yaitu:
 Rapid Setting (RS)  mengandung sedikit bahan
pengemulsi, pengikatan dpt berlangsung cepat.
 Medium Setting (MS)  mengandung bahan pengemulsi,
pengikatan berlangsung tidak secepat RS.
 Slow Setting (SS)  jenis aspal emulsi yg paling lambat
menguap.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ASPAL EMULSI

a. KELEBIHAN
 Tidak ada bahaya kebakaran
 Tidak ada polusi
 Stif bitumen (bitumen keras) dapat diperoleh dalam
keadaan cair
 Cocok untuk pekerjaan yang relatif kecil dengan
unskilled labour.

b. KEKURANGAN
 Fungsi aspal baru bekerja dengan baik setelah air yang
ada menguap.
 Cocok untuk agregat yang open grading.
Aspal yg digunakan pada konstruksi perkerasan jalan
berfungsi sebagai:
 Bahan pengikat  memberi ikatan antara aspal dan
agregat dan antara aspal itu sendiri.
 Bahan pengisi  mengisi rongga antara butir-butir
agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.
Persyaratan aspal sebagai bahan jalan
 Kekakuan/Kekerasan/Stiffness
 Sifat mudah dikerjakan/workability
Usaha yang dapat dilakukan
 pemanasan
 ditambah pengencer
 ditambah pengemulsi
 Kuat tarik/tensile strength dan adesi/adhesion
Aspal yg digunakan harus memiliki kuat tarik dan adesi yg cukup.
Sifat ini perlu agar lapis perkerasan yg dibuat tahan thp:
 retak
 pengulitan (ditahan oleh adesi)
 goyah/raveling (ditahan oleh kuat tarik adesi)
 Tahan terhadap cuaca
SIFAT KIMIA DAN FISIK ASPAL
 Kekentalan/viscosity
Kekentalan aspal akan dipengaruhi oleh temperatur.
Dengan naiknya temperatur maka kekentalan aspal
akan menurun, hal ini disebabkan oleh energi thermal
yang meningkat dan melarutkan asphaltenese-nya ke
dalam minyak.
 Lama Pembebanan
Semakin lama pembebanan maka aspal yang semula
elastis akan bersifat lebih viscous.
………lanjut………

 Waktu (time effect)


Apabila aspal dibiarkan dlm keadaan tdk
atau jarang sekali mendpt beban maka
kekentalan aspal akan naik dan terjadi
pada komposisi kimia yg tetap
(thixotropy). Ini bisa dihilangkan dengan
cara memberi tegangan/beban atau
pemanasan pada aspal tersebut.
 WARNA ASPAL

Warna asli aspal adalah hitam atau coklat tua kehitam-


hitaman. Untuk tujuan penggunaan tertentu aspal
dapat diberi warna seperti merah, hijau, biru dan
putih.

 BERAT JENIS ASPAL

antara 0.95 – 1.05

 DURABILITAS

Sifat tahan lama ini sangat diperlukan dalam


hubungannya dengan air serta adanya aging of bitumen
akibat kemungkinan terjadinya oksidasi.

Anda mungkin juga menyukai