Anda di halaman 1dari 14

STUDI KASUS

UNDANG-UNDANG
KESEHATAN

Kelompok 2
-Putri Melati (1501091)
-Hessy Gusfiyarni (15011077)
-Mohammad Ibnu Aqil(1501085)
-Sri Wulandari (1501101)
-Widya Lestari (1501110)
- Mia mai sara (1501084)
-Ermei Lisnaini (1701102)
- Nur Amalina (1701117)
- Reza Afda (1701079)
- Wulan desmar u. (1701044)
Kasus
• Jakarta - Cerita pilu bayi meninggal karena tak ditangani
tepat waktu akibat terbentur biaya kembali terjadi di Ibu
Kota Indonesia. Bayi Debora meninggal karena sebuah
rumah sakit swasta tak mau melakukan perawatan tanpa
uang muka.
Peristiwa pilu ini terjadi di wilayah Jakarta Barat. Kisahnya
sempat luput dari perhatian publik, namun akhirnya dibuat
viral oleh Birgaldo Sinaga di akun Facebook-nya.
"Ibu bayi Debora menceritakan semuanya kepada saya. Kita
juga simpan bukti-bukti dokumen," kata Birgaldo saat
dihubungi detikcom, Sabtu (9/9/2017).
• Debora, bayi berusia empat bulan, tewas di ruang Instalasi
Gawat Darurat RS Mitra Keluarga, Kalideres, pada Minggu
(3/9) sekitar pukul 06.00 WIB.
Beberapa jam sebelumnya, ia mendapat perawatan di IGD
setelah mengalami batuk berdahak dan sesak nafas.
Dalam perawatan itu Debora dinyatakan harus segera
dibawa ke ruang pediatric intensive care unit (PICU).
Untuk mendapat layanan di ruang tersebut, uang muka
Rp19,8 juta harus disediakan. Sementara Kartu BPJS
Kesehatan yang dimiliki Debora tak bisa digunakan karena
rumah sakit swasta itu tak punya kerja sama.
Sanksi
• Berdasarkan kasus tersebut rumah sakit dapat dikenakan
sanksi berupa :
• melanggar UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 32 ayat
1 dan 2 dan ada aturan pidana yang tersurat, yakni pada Pasal
190, perihal sanksi bagi fasilitas kesehatan yang mengabaikan
pasien.
• Pasal 32 ayat (1) berbunyi, "Dalam keadaan darurat, fasilitas
pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib
memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.“
• Ayat (2): "Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak
pasien dan/atau meminta uang muka.“
Sanksi
• Bunyi pasal itu yaitu:
• (1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan
pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat
darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal
85 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
• (2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Sanksi
• Pihak rumah sakit lalai menjalankan amanat Undang-
Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal
29 ayat (1) huruf f yang berbunyi :
• f.melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan
memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak
mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka,
ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian
luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan
Kasus

AA penanggung jawab
Pembahasan
1.Apotek Kasih Jaya tidak membeli obat pada PBF
melainkan melalui PBAK (Pedagang Besar Alat
Kesehatan).
Menurut PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian pasal 1
ayat 10 :” Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi adalah sarana yang digunakan untuk
mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan Farmasi,
yaitu Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan
Farmasi”.
lanjutan
• ayat 12 “Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan
farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan”.
• -Apotek memesan dan menerima obat yang tidak
teregistrasi (Fluocinonide Cream) tidak memiliki ijin
edar di Indonesia.
• Menurut PP 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan pasal 9 ayat 1 :”
Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat
diedarkan setelah memperoleh izin edar dari Menteri”.
lanjutan
• -Apotek tidak memeriksa obat yang diterima apakah mempunyai no
batch, exp. date, dan no registrasi Menurut PP 72 tahun 1998
tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan pasal 28,
penandaan dan informasi sediaan farmasi harus dicantumkan, salah
satunya yaitu kadaluarsa obat.
• 2. Sanksi yang diberikan terhadap Apotek adalah:
• UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan - Pasal 196: Setiap
orang yang dengan sengaja memproduksi/ mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standard
dan/ persyaratan keamanan, khasiat dan kemanfaatan dan mutu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 98 ayat (2) dan ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
lanjutan
• Pasal 197: Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi/ mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki ijin edar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
lanjutan
• UU RI No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen - Pasal 62 ayat (1) pelaku usaha yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
• - Pasal 81 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan
lanjutan
• 3. Apoteker dapat menjadi tersangka, apabila
pengadaan dan penerimaan serta pengedaran
dilakukan dengan sepengetahuan APA maka yang
mendapat sanksi adalah Apoteker tersebut.

Anda mungkin juga menyukai

  • Urine Materi
    Urine Materi
    Dokumen22 halaman
    Urine Materi
    Diina Caviirsa
    Belum ada peringkat
  • Herba
    Herba
    Dokumen15 halaman
    Herba
    Diina Caviirsa
    Belum ada peringkat
  • Farmasi Klinik
    Farmasi Klinik
    Dokumen28 halaman
    Farmasi Klinik
    Diina Caviirsa
    Belum ada peringkat
  • Emulsi
    Emulsi
    Dokumen16 halaman
    Emulsi
    Diina Caviirsa
    Belum ada peringkat
  • BROMOMETRI
    BROMOMETRI
    Dokumen26 halaman
    BROMOMETRI
    Diina Caviirsa
    Belum ada peringkat