Anda di halaman 1dari 15

TOKSISITAS INSTRINSIK HERBA

KELOMPOK 6
1. Cyndia Hadhina (1701097)
2. Fifi Apri Anggraini (1701105)

3. Mashitoh Cindy Utari (1701112)


4. Muhammad Fadhlil Hadie (1701114)

5. Nurul Susianti (1701120)


6. Rafika Ramadhani (1401039)
Dosen Pengampu : Noveri Rahmawati, M. Farm, Apt.
7. Silvia Rustiani (1701127) Kelas : S1-3C
8. Wina Yustisia (1701134)
Pendahuluan

• Toksikologi adalah interaksi zat kimia atau senyawa asing


dengan sistem biologi atau makhluk hidup, dimana pusat
perhatiannya terletak pada pengaruh berbahaya racun
atas kehidupan makhluk hidup.

• Toksisitas ialah derajat kemampuan suatu senyawa bersifat


racun dan menyebabkan kerusakan.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Toksisitas
• Faktor instrinsik racun
 Factor kimia
 Sifat kimia fisika
 Sturktur kimia
 Faktor pengolahan
 Faktor pengawetan, pengentalan, dan pengepakan.
• Faktor instrinsik makhluk hidup
 Kapasitas fungsional cadangan
 Penyimpanan racun dalam diri makhluk hidup
 Faktor genetika
 Tolerasi dan resistensi.
1. Toksisitas Kinidin
2. Toksisitas Resveratol

3. Toksisitas Kurkumin
4. Toksisitas Etil P-
metoksisinamat

Toksisitas Instrinsik Herba

5. Toksisitas Meniran
6. Toksisitas Alkoloid Pirolizin

7. Toksisitas Risin
8. Toksisitas Furanokurmarin
9. Monoterpen dan
Fenilpropanoid
1. Toksisitas Kinidin

• Kinidin merupakan obat jantung. Tujuan utama dalam penelitian ini


adalah untuk melihat pengaruh air perasan jahe terhadap potensi
ketoksikan akutnya. Selain itu juga untuk menilai berbagai gejala
klinis yang timbul dan adanya efek toksik. terbukti bahwa pemberian
air perasan jahe 1 jam sebelum pemberian obat dapat mempengaruhi
efek farmakologinya dan lebih lanjut mempengaruhi toksisitas
akutnya. Gejala klinis yang muncul kinidin adalah ataksia, kepasifan
terhadap rangsang, midriasis dan kulit pucat. Sedangkan efek toksik
yang khasnya berupa penurunan kontraktilitas jantung (bradikardia)
dan bradipnea.
2. Toksisitas Resveratrol

• Pada buah anggur dikenal zat dengan


nama resveratrol yang dapat
menghambat enzim yang dapat
menstimulir pertumbuhan sel kanker
dan menekan respon imun.
• Pada penelitian didapatkan bahwa
ekstrak buah anggur mempunyai
potensi toksisitas akut. Hal tersebut
berkaitan dengan keempat senyawa
yang terdapat dalambuah anggur yaitu
saponin, polifenol, flavonoid dan
resveratrol 3,5 dimana pada kadar
tertentu memiliki potensi toksisitas
akut serta dapat menyebabkan
kematian larva Artemia salina Leach.
3. Tosksisitas Kurkumin

• Kurkumin merupakan kandungan utama di dalam kunyit


yang memiliki aksi meningkatkan apoptosis pada kerusakan
hepatosit.
• Kurkumin juga ditemukan mampu menurunkan aktivitas
enzim AST dan ALT
• Tanaman kunyit memiliki senyawa berkhasiat sebagai obat
yang disebut kurkumin.
• Kurkumin yang terkandung dalam kunyit ,antara lain sebagai
antioksidan, antihepatotoksik, antiinflamasi dan antirematik
4. Toksisitas etil p-metoksisinamat

• Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman yang banyak digunakan


sebagai obat tradisional (jamu) di Indonesia, karena memiliki kandungan utama
dari rimpang tanaman ini yaitu etil p-metoksisinamat. Senyawa ini telah banyak
diteliti memiliki aktifitas biologis diantaranya memiliki khasiat sebagai tabir surya
dan diduga memiliki aktifitas biologis potensial sebagai analgetik/anti inflamasi.
• Senyawa etil p-metoksisinamat termasuk senyawa obat baru dengan kategori toksik
sedang. Dan setelah diamati pada tanda-tanda toksisitas yang diamati meliputi,
kulit dan bulu, mata, konvulsi, tremor, dan diare didapatkan data bahwa mencit
yang diberi perlakuan dosis 1000 dan 2000 mg/Kg BB menunjukan tanda diare dan
tremor.
5. Toksisitas Meniran

• sel hepar meningkat sesuai


dengan bertambahnya dosis
meniran yang diberikan. Hal
ini sejalan dengan teori
dosis-respon.
• Dosis yang besar dapat
menimbulkan kerusakan sel
hepar yang lebih besar pula.
phyllanthin, salah satu
lignan yang terkandung
dalam meniran, memiliki
efek hepatoprotektor pada
mencit yang telah diinduksi
oleh CCl4 dan galaktosamin.
Phyllanthin
6. Toksisitas Alkoloid Pirolizidin

• Alkaloid ini hanya pernah dilaporkan terdapat dalam


famili tumbuhan Boraginaceae, Asteraceae,
Leguminosae, Apocynaceae, Ranunculaceae, dan
Scrophulariaceae, dan tidak terdapat dalam semua
spesies. Herbal yang mengandung 
alkaloid ini antara lain comfrey(Symphytum
spp.), butterbur (Petasites hybridus), alkanet (Alkanna
tinctoria, Boraginaceae), coltsfoot (Tussilago farfara),
dan hemp agrimony (Eupatorium cannabicum,
Asteraceae).
Lanjutan …..
• Tidak semua alkaloid pirolizidin bersifat toksik, hanya yang
tidak jenuh pada posisi 1,2 (misalnya senesionin). Alkaloid-
alkaloid ini merupakan toksin hati dan dapat menimbulkan
penyakit veno-oklusif pada vena hati dan juga bersifat
hepatokarsinogenik, dan efeknya bersifat kumulatif. Meskipun
sangat toksik, senyawa tersebut secara kimia cukup labil
sehingga tidak memiliki resiko serius seperti dugaan awal,
setidaknya dalam obat-obat herbal yang telah mengalami
proses panjang dengan menggunakan panas.
• Dosis maksimum total alkaloid ini yang dianjurkan adalah
kurang dari 1 µg per hari selama kurang dari enam minggu
per tahun. Jika produk herbal yang mengandung alkaloid ini
akan digunakan, kandungannya harus diperkirakan dan jika
perlu alkaloid tersebut harus dihilangkan sebelum digunakan.
7. Toksisitas Risin

• Biji jarak yang digunakan untuk


minyak jarak digunakan dalam
obat-obatan dan kosmetik,
mengandung lektin yang toksik,
yaitu risin.
• digunakan sebagai herba
antiradang, mengandung
fitoaglutinin yang disebut
mitogen pokeweed.
• Mitogen ini telah diketahui
menyebabkan gangguan
gastrointestinal jika digunakan
dalam bentuk herba segar, tetapi
karena labil terhadap panas,
senyawa tersebut dapat
terdenaturasi selama pengolahan
8. Toksisitas Furanokumarin 

Psoralen

• furanokumarin yang ditemukan dalam giant hogweed dan


tumbuhan Umbeliferae lainnya, serta dalam beberapa kulit jeruk,
bersifat fototoksik dan menyebabkan fotodermatitis dan ruam ketika
berkontak.
• Senyawa ini memiliki sedikit penggunaan yang resmi pada terapi
PUVA dalam pengobatan psoriasis, tetapi ini merupakan suatu terapi
yang tak lazim yang hanya digunakan di klinik rumah sakit spesialis.
• Senyawa-senyawa ini diketahui membentuk produk adisi dengan
DNA.
9. Monoterpen dan Fenilpropanoid

Miristisin

• Kebanyakan monoterpen ditemukan dalam minyak atsiri cukup


aman, tetapi menyebabkan iritasi jika digunakan tanpa diencerkan,
dan alergi pada orang-orang yang peka.
• Namun beberapa senyawa ini telah terbukti karsinogenik, contohnya
safrol (dari kulit kayu Sassafras), dan β-asaron (dari Acorus calamus).
Senyawa tersebut ternyata tidak menimbulkan masalah jika terdapat
dalam jumlah yang sedikit dalam minyak lain.
• Miristisin, dari pala, bersifat toksik jika dosisnya besar, dan
kemungkinan dimetabolisme secara in vivo menjadi bentuk metilen
dioksimetamfetamin yang bersifat halusinogenik

Anda mungkin juga menyukai