PENDAHULUAN
1
PENDAHULUAN
2
DEFINISI : A D A T
Adat merupakan pencerminan drpd kepribadian suatu
bangsa, mrpk salah 1 penjelmaan drpd jiwa bangsa
ybs dr waktu ke waktu.
Adat di Indonesia :
Adat di Indonesia dikatakan “Bhineka Tunggal Ika”
Maksudnya Indonesia terdiri dr beberapa suku bangsa yg
masing2 memiliki adat istiadat yg berbeda2, meskipun
dasar serta sifatnya adalah satu, yaitu ke-Indonesiaan-
nya. 3
DEFINISI : HUKUM ADAT
TOKOH DEFINISI
BELLEFROID Peraturan2 hidup yg meskipun tdk diundangkan o/penguasa tetapi
dihormati & ditaati o/ rakyat dgn keyakinan bahwa peraturan2 tsb
berlaku sbg hk.
VAN VOLLEN Hk yg tdk bersumber kpd peraturan2 yg dibuat o/ pemerintah Hindia
HOVEN Belanda dahulu atau alat kekuasaan lainnya yg mjd sendinya &
diadakan sendiri o/ kekuasaan Belanda dahulu.
TER HAAR a) Hk. Adat lahir dr & dipelihara o/ keputusan2, keputusan pr
warga masy hk, trtm keputusan berwibawa dr kepala2 rakyat yg
membantu pelaksanaan perbuatan2 hk, atau keputusan pr
hakim yg bertugas mengadiki sengketa, sepanjang keputusan2
itu tdk bertentangan dgn keyakinan hk rakyat, melainkan
senapas seirama dgn kesadaran tsb, diterima/diakui atau
setidak-tidaknya ditoleransikan o/ nya.
b) Hk. Adat itu adl keseluruhan peraturan yg menjelma dlm
keputusan2 pr fungsionaris hk (dlm arti yg luas meliputi :
eksekutif, legislatif, yudikatif) yg memp. wibawa (macht,
authority) serta pengaruh, & yg dlm pelaksanannya
4 berlaku
serta merta (spontan) & dpt dipatuhi dgn sepenuh hati.
Lanjutan …..
DEFINISI : HUKUM ADAT
TOKOH DEFINISI
SUPOMO Hukum yg tdk tertulis di dlm peraturan2 legislatif (unstatutory law)
meliputi peraturan2 hidup yg meskipun tdk ditetapkan o/ yg
berwajib, tp tetap ditaati & didukung o/ rakyat berdasarkan a/
keyakinan bahwasanya peraturan2 tsb memp. kekuatan hk.
SUKANTO Kompleks adat2 yg kebanyakan tdk dikitabkan, tdk dikodifisir &
bersifat paksaan, memp. sanksi jd memp. akibat hk.
DJOJODIGOENO Hk yg tdk bersumber kpd peraturan2.
HAZAIRIN Hubungan antara hukum dan adat yaitu sedemikian langsungnya
sehingga istilah “hukum adat” tdk dibutuhkan o/ rakyat biasa yg
telah paham bahwa “adat” itu dlm arti sbg (adat) sopan
santun/kesusilaan maupun dlm arti sbg hukum.
Ditegaskan bahwa “adat” itu adalah endapan (renapan) kesusilaan
dlm masy., yaitu bahwa kaidah2 adat itu berupa kaidah2 kesusilaan
yg kebenarannya telah mendpt pengakuan umum dr masyarakat itu.
Meskipun ada perbedaan sifat atau corak antara kaidah2 kesusilaan
& kaidah2 hukum, namun bentuk2 perkuatan yg menurut hk dilarang
atau disuruh itu adalah menurut kesusilaan adl bentuk2
5 yg dicela
atau dianjurkan jg, sehingga pd hakikinya dlm patokan lapangan itu
KESIMPULAN :
HUKUM ADAT
ADALAH SUATU KOMPLEKS NORMA2 YG BERSUMBER PD
PERASAAN KEADILAN RAKYAT YG SELALU BERKEMBANG
SERTA MELIPUTI PERATURAN2 TINGKAH LAKU MANUSIA
DLM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DLM MASYARAKAT,
SEBAGIAN BESAR TDK TERTULIS, SENANTIASA DITAATI &
DIHORMATI RAKYAT, KARENA MEMPUNYAI AKIBAT HUKUM
(SANGSI DALAM HUKUM ADAT).
6
ADAT & HUKUM ADAT
HUKUM
ADAT ADAT
hubungan
7
Tidak semua adat mrpk hukum.
Ada perbedaan antara adat istiadat biasa dgn hukum adat.
11
JAMAN PENJAJAHAN
KOLONIAL BELANDA
Ps. 21 ayat (2) I.S. : “Dlm wil. kerajaan2 yg diberikan hak
swapraja, algemene ver ordiningen (peraturan per-UU-an umum)
hanya dpt berlaku sepanjang tdk bertentangan dgn hk yg berlaku di
daerah2 ybs.”
Ps. 131 ayat (6) I.S. : “Selama ordonansi mengenai hk. Perdata
materiil bg orang Indonesia & Timur Asing belum terbentuk, maka
akan tetap berlaku hk. Adat mereka.”
Ps. 75 ayat (3) & (4) RR : “bahwa sekedar per-UU-an bg gol. Bangsa
Eropa o/ Gubernur Jenderal Belanda u/ Bangsa Indonesia & sekedar
orang Indonesia tdk menyatakan dgn sukarela bahwa ia akan
dikuasai o/ hk. Dagang Eropa, mk u/ gol. Bangsa Indonesia, hakim
harus melakukan (dlm lap. perdata) hk. Adat, asalkan hk. Adat itu
tdk bertentangan dgn dasar2 keadilan yg diakui umum.”
12
JAMAN PENJAJAHAN JEPANG
13
SETELAH
INDONESIA MERDEKA
14
UU No. 19 Th. 1964 TIDAK
(Ketentuan2 Pokok Kekuasaan Kehakiman) BERLAKU !!!
Pasal 3 : “Pengadilan mengadili menurut hukum sebagai alat Revolusi berdasarkan Pancasila
menuju masyarakat Sosialis Indonesia.”
Penjelasan Ps. 3 : “Pengadilan mengadili menurut hukum yang dijalankannya dengan
kesadaran, bahwa hukum adalah landasan dan alat Negara dan dimana Negara ada di dalam
Revolusi menjadi alat Revolusi, yang memberi Pengayoman agar cita-cita luhur Bangsa
tercapai dan terpelihara dan bahwa sifat-sifat hukum adalah berakar pada kepribadian Bangsa,
serta dengan kesadaran bahwa tugas Hakim ialah dengan bertanggung-jawab sepenuhnya
kepada negara dan Revolusi turut serta membangun dan menegakkan masyarakat adil dan
makmur yang berkepribadian Pancasila, menurut garis-garis besar haluan Negara.”
Pasal 17 (2) : “Putusan itu harus memuat pasal-pasal tertentu dari peraturan yang
bersangkutan atau apabila hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili, alasan-
alasan dan dasar-dasar pengadilannya.”
Penjelasan Pasal 10 : “Dengan positif ditentukan bahwa hakim wajib mencari dan menemukan
hukum. Hakim dianggap mengenal hukum. Karena itu ia tidak boleh menolak memberi
keadilan. Hakim mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam masyarakat. Andai kata ia tidak
dapat menemukan hukum tertulisnya. Ia wajib mencari hukum tak tertulisnya atau memutus
sebagai seorang yang bijaksana dengan bertanggung-jawab kepada Negara dan Revolusi. Ia
wajib berani memutus, demi keadilan dan Pengayoman, untuk ikut serta membangun
masyarakat yang adil dan makmur. Penolakannya akan sungguh menurunkan derajat dan
martabatnya.”
Pasal 20 (1) : “Hakim sebagai alat Revolusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai
hukum yang hidup dengan mengintegrasikan dari dalam masyarakat guna benar-benar
mewujudkan fungsi hukum sebagai pengayoman.”
15
Kesimpulan dr Penjelasan Umum : bahwa yg dimaksud dgn “hukum tak tertulis” adalah hukum
adat.
UU No. 14 Th. 1970 TIDAK
(Ketentuan2 Pokok Kekuasaan Kehakiman) BERLAKU !!!
16
Pasal 23 (1) : “Segala putusan Pengadilan selain harus memuat alasan-
alasan dan dasar-dasar putusan itu, juga harus memuat pula pasal-pasal
tertentu dari peraturan-peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum
tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.”
Pasal 27 (1) : “Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali,
mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.”
17
Penjelasan Umum Bagian 7 : “Penegasan bahwa
peradilan adalah Peradilan Negara, dimaksudkan
untuk menutup semua kemungkinan adanya atau
akan diadakannya lagi Peradilan-peradilan
Swapradja atau Peradilan Adat yang dilakukan oleh
bukan badan peradilan Negara. Ketentuan ini sekali-
kali tidak bermaksud untuk mengingkari hukum tidak
tertulis, melainkan hanya akan mengalihkan
perkembangan dan penetrapan hukum itu kepada
Peradilan-peradilan Negara.”
“Dengan ketentuan bahwa Hakim wajib menggali,
mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang
hidup dengan mengintegrasikan diri dalam
masyarakat, telah terjamin sepenuhnya bahwa
perkembangan dari penetrapan hukum tidak tertulis
itu akan berjalan secara wajar.”
kesimpulan : bahwa yg dimaksud dgn “hukum tak
tertulis ” adalah hukum adat.
18
UU No. 4 Th. 2004
(Kekuasaan Kehakiman)
Pasal 3 (2) : ”Peradilan negara menerapkan dan
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila.”
19
TATA SUSUNAN
RAKYAT INDONESIA
20
PERSEKUTUAN HUKUM
PERSEKUTUAN HUKUM mrpk kesatuan2 yg memp. tata susunan yg teratur &
kekal serta memiliki pengurus sendiri & kekayaan sendiri, baik kekayaan
materiil maupun kekayaan imateriil.
21
STRUKTUR PERSEKUTUAN HUKUM
Struktur Persekutuan Hukum di Indonesia dpt digolongkan mjd 2:
1. Persekutuan Genealogis;
Struktur persekutuan hukum yg didasarkan pd faktor genealogis, yi faktor
yg melandaskan pd kpd pertalian darah suatu keturunan.
Misal : Persekutuan genealogis di Lampung (suku pubian), di Aceh (suku
gayo)
2. Persekutuan Teritorial;
Struktur persekutuan hukum yg didasarkan pd faktor teritorial, yi faktor
yg terikat pd suatu daerah ttt atau berdasarkan lingkungan daerah.
Misal : Aceh (Gampong, Meunasah), di Jawa, Bali, Lombok, Madura,
Sumatra Selatan, Sumatra Timur, Sulawesi Selatan, Minahasa, Ambon.
22
Persekutuan Genealogis
23
Persekutuan Teritorial
Ada 3 jenis persekutuan teritorial :
24
Muncul struktur persekutuan hukum
gabungan antara Persekutuan Genealogis
dan Persekutuan Teritorial:
26
27
www.themegallery.com