Ricky Gunawan
Pembimbing : Dr.Theresia Runtuwene Sp.S(K)
PAIN (NYERI )
• Nyeri adalah pengamalan sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik actual maupun potensial
atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.
• Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional.
• Nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, berkaitan dengan reflex
menghindar dan perubahan output otonom.
FISIOLOGI NYERI
• Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi,
sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi structural, dan penurunan inhibisi.
• Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat
empat proses tersendiri :
1. Tranduksi
2. Transmisi
3. Modulasi
4. Persepsi
1.TRANSDUKSI
• Adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus
(misalnya tusukan jarum) kedalam impuls nosiseptif.
• Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut
A-ß, A-δ dan C
Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius
dikelompokan sebagai serabut penghantar nyeri atau nosiseptor. Serabut ini
adalah A-ß, A-δ dan C
• Substansi P ( peptida )
ditemukan pada neuron nyeri di kornu dorsalis ( peptide eksitator) berfungsi
untuk menstranmisi impuls nyeri di perifer ke otak dan dapat menyebabkan
vasodilatasi dan edema
• Serotonin
dilepaskan oleh batang otak dan kornu dorsalis untuk menghambat
transmisi nyeri
• Prostaglandin
dibangkitkan dari pemecahan pospolipid di membran sel, dipercaya dapat
meningkatkan sensitivitas terhadap sel
2. NEUROMODULATOR
• Endorfin ( morfin endogen )
merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh dan diaktivasi
oleh daya stress dan nyeri. Terdapat pada otak, spinal, dan traktus
gastrointestinal. Berfungsi memberi efek analgesik
• Bradikinin
dilepaskan dari plasma dan pecah disekitar pembuluh darah pada daerah
yang mengalami cedera. Bekerja pada resptor saraf perifer, menyebabkan
peningkatan stimulus nyeri yang bekerja pada sel, menyebabkan reaksi
berantai sehingga terjadi pelepasan prostaglandin
KLASIFIKASI NYERI
• Berdasarkan waktu kejadianya maka nyeri dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronik
TABEL 1. KARASTERISTIK NYERI AKUT DAN KRONIS
Karasteristik Nyeri akut Nyeri kronis
Tujuan Memperingatkan adanya cedera Tidak ada
atau masalah
Awitan Mendadak Terus-menerus atau intermiten
Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai berat
Durasi Durasi singkat ( dari beberapa Durasi lama ( enam bulan atau
detik hingga enam bulan) lebih)
Respon otonom Konsisten dengan respon simpatis : Tidak ada respon otonom
•Frekuensi jantung meningkat
•Volume sekuncup meningkat
•Tekanan darah meningkat
•Dilatasi pupil
•Tegangan otot meningkat
•Penurunan motilitas GIT
•Mulut kering
Farmakoterapi Tingkat II
• Ibuprofen 200 mg 4-6 jam sekali
• Sodium Naproksen 440 mg ( awal), 220 mg ( selanjutnya), 8 -12 jam sekali
• Ketoprofen 12,5 mg 4-6 jam sekali
NYERI SEDANG
Farmakoterapi Tingkat III
• Asetaminofen 4-6 jam sekali
• Ibuprofen 4-6 jam sekali
• Sodium Naproksen 8 – 12 jam sekali
• Ketoprofen 4-6 jam sekali
Farmakoterapi Tingkat IV
Jika farmakoterapi tingkat III gagal, OAINS yang dipilih dapat diganti.
Pilihan OAINS ke 2 sebaiknya dari kelompok kimia yang berbeda
Farmakoterapi Tingkat V
• Opioid ( misalnya kodein)
Farmakoterapi Tingkat VI
• Tramadol 50 -100 mg 4 – 6 jam sekali
NYERI BERAT
Farmakoterapi Tingkat VII
• Morfin : diberikan bila terapi non narkotik tidak efektif dan terdapat riwayat
terapi narkotik untuk nyeri
• Campuran agonis
Antagonis pentazosin
• Agonis Parsial Bekerja dengan cara memblok aktivasi
komponen mꭎ kompleks reseptor
TERAPI ADJUVAN MENCAKUP :
1. Antidepresan : Amitriptilin, Nortriptilin
2. Antikonvulsan : Gabapentin, Fenitoin, karbamasepin
3. Anastesi Lokal / Antiaritimi : Lidokain, Tokainid
4. Simpatolitik : Klonidin, Fentolamin, Prazosin
5. Bensodiasepin : Klonasepam
6. Kortikosteroid
7. Muscle Relaxant : Baklofen, Karisoprodol
8. Neuroleptik : Pimozide
9. Obat “ sympathetically Maintained Pain” : Bretilium
10. Obat-obatan lain : Antagonis NMDA, Kalsitonin
BEBERAPA ANTIKONVULSAN YANG MEMILIKI
POTENSI SEBAGAI ANALGESIK ADJUVAN :
• 1. Gabapentin
memiliki mekanisme menghambat sensitasi perifer dan sentral
penyebab nyeri neuropatik dan telah disetujui penggunaanya sebagai
terapi neuralgia post herpes oleh FDA ( Food & Drug administrartion ) USA.
Aborsi di usus terbatas dengan efek samping dizziness dan sedasi. Interaksi
obat yang bermakna nyaris tidak ada.
obat ini dapat diberikan dengan rentang dosis hingga 3600 mg / hari ( tid-
qid)
2. Karbamasepin
Memiliki mekanisme menghambat sensitisasi perifer ion natrium dan
merupakan terapi pilihan pada neuralgia trigeminal (NT).
Dosis awal pada terapi NT dimulai dari 100 mg 1-2 x/hari, dinaikkan perlahan
hingga mencapai dosis rumatam 400 -800 mg, 2 – 4 x / hari
Efek Samping yang dapat dijumpai mencakup SIndroma Steven Johnson,
somnolen, anoreksia, mulut kering, diare atau konstipasi, sakit kepala,
diplopia, bingung / agitasi ( pasien lansia )
3. Okskarbamasepin
Merupakan turunan karbamazepin.
Mekanisme kerjanya menghambat sensitisasi perifer dan sentral.
Efek samping yang dapat dijumpai antara lain Sindroma Steven Johnson,
rasa capek, mengantuk dan hiponatremia.
• Antidepresan dalam nyeri neuropatik terbukti berguna pada neuralgia
pada herpes dan neuropati diabetik, serta mampu mengurangi insomnia,
ansietas dan depresi yang seringkali menyertai pasien nyeri neuropatik yang
sudah menahun. Efek samping antara lain penglihatan kabur, gangguan
kongnitif, konstipasi, sedasi hipotensi ortostatik dan disfungsi seksual
• Antidepresan trisiklik bekerja pada inhibisi descenden dengan menghambat
reuptake noradrenalin dan serotonin. Pemberian pada malam hari dengan
dosis awal 10 – 25 mg per hari yang di tingkatkan tiap minggu untuk
mencapai dosis target 25 -150 mg.
Efek Samping antara lain : konstipasi, takikardi, retensi urin dan hipotensi
postural