Anda di halaman 1dari 51

REFLEKSI KASUS

“Hemmoroid”
ENGGIE CORVI BAHARI
(42150055)
Identitas Pasien
• Nama : Bp. IS
• No. RM ` : 00 – 91 – 85 – 23
• Tanggal lahir : 31/ 12/ 1951
• Usia : 65 tahun
• Pekerjaan : Guru
• Agama : Katholik
• Alamat : Polaman RT 2 / 06, Argorejo,
Sedayu, Bantul
• Tanggal periksa : 30 – 01- 2017
Anamnesis
• Keluhan Utama • Riwayat Penyakit Keluarga
– Benjolan di anus – Hipertensi (-)
• Riwayat Penyakit Sekarang – Diabetes Melitus (-)
– Os datang ke Poliklinik bedah – Hemorrhoid ( -)
dengan keluhan terdapat • Riwayat Alergi
benjolan di anus, terasa nyeri, – Alergi obat (-)
dan panas. Kadang-kadang
keluar darah di anus saat – Alergi makanan (-)
buang air besar. • Lifestyle
• Riwayat Penyakit Dahulu – Merokok (-), Alkohol (-)
– Hipertensi (-) • Riwayat Penggunaan Obat(-)
– Diabetes Melitus (-)
– Hemorrhoid 10 tahun
Px Fisik
• Keadaan umum : Baik • VAS: Skala 2
• Kesadaran: CM • Status Psikologis :
• GCS: E4 V5 M6 Tenang
• Tanda Vital: • Resiko Jatuh: Tidak Ada
Tek. Darah : 150/80 mmHg Respirasi : 20x /menit • Fungsional: Mandiri
Nadi : 80x /menit Suhu : 360C
• Kepala Normochepali • Jantung
– Konjungtiva anemis (-) – Batas jantung dalam batas normal
– Sklera ikterik (-) – Suara jantung S1-S2 murni, regular
– Bibir sianosis (-) – Bunyi tambahan (-)
• Leher Pembesaran • Abdomen
limfonodi (-) – Tidak ada jejas
– Nyeri tekan limfonodi(-) – Distensi(-)
– Pembesaran tiroid(-) – Peritaltik usus dalam batas normal
• Thoraks – Perkusi timpani pada seluruh regio
– Pengembangan paru simetris abdomen
– Jejas (-) – Nyeri ketok ginjal (-)
– Deformitas (-) • Ekstremitas
– Ketinggalan gerak (-) – Akral hangat
– Nyeri tekan (-) – Kapilari refill <2 detik
– Fremitus normal (kanan dan kiri sama) – Nadi teraba kuat
– Perkusi sonor kedua lapang paru – Sianosis (-)
– Suara nafas vesikuler bilateral – Edema (-)
– Ronki//wheezing (-)
• Status Lokalis
• Inpeksi anus :
– Terdapat benjolan di luar
anus
• Rectal toucher :
– Benjolan tidak dapat
dimasukkan
Px. Penunjang
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

Hemoglobin 13.5 g/dl 13.2 – 17.3

Leukosit 5.75 Ribu/mmk 4.5 – 11.5

Hematokrit 38.7 % 40.0 – 54.0

Eritrosit 5.70 Juta/mmk 4.50 – 6.20

Trombosit 232 Ribu/mmk 150 – 450

Masa Pendarahan /BT 2.30 Menit.detik 1–6

Masa Pembekuan / CT 9 Menit.detik 5 – 12


• Diagnosis Kerja
– Hemoroid Interna Grade
IV
• Rencana Terapi
– Hemoroidektomi Senin,
31 Januari 2017 pkl.
09.00
• Prognosis
– Dubia at bonam
Follow Up
Hari Selasa, 31 – 01 – 2017 Hari Kamis, 02 – 02 – 2017
– S : Pasien mengatakan nyeri bekas – S : Pasien mengatakan masih
operasi terasa nyeri
– O: KU sedang, kesadaran Compos – O : Skala nyeri 3, post operasi hari 2
Mentis, nyeri skala 3 – A : Masalah belum teratasi
– A: Nyeri akut – P : Intervensi lanjut, Bedrest
– P : Bedrest s/d pkl. 11.00 + aff
tampon, diet cair
Hari Rabu, 01 – 02 – 2017
– S : Pasien mengatakan masih
terasa nyeri dan rasa panas pada
luka operasi
– O : Keadaan Umum sedang,
kesadaran CM, post operasi hari 1
– A : Masalah belum teratasi, nyeri
akut
– P : Bedrest + aff tampon, diet cair,
mobilisasi duduk
Anatomi

(Sumber : http://www.oucom.ohiou.edu)
Anatomi Rektum

(Sumber : UCSF, 2015)


Definisi
• Haima artinya darah; Rheo artinya mengalir
• Jaringan normal yang terdapat pada semua
orang, terdiri atas plexus arteri dan vena,
berfungsi sebagai katub di dalam saluran anus
untuk membanu sfingter anus, mencegah
inkontinensia flatus dan cairan (de Jong, 2010)
• Pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena
di daerah anus yang berasal dari plexus
hemorrhoidalis (Marcellus, 2009)
Faktor Resiko
 Faktor mengedan pada buang air besar yang sulit
 Pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban
duduk, terlalu lama duduk dijamban)
 Kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan
hormonal)
 Usia tua
 Konstipasi kronik
 Diare kronik atau akut yang berlebihan
 Hubungan seks peranal
 Kurang minum
 Kurang makan makanan berserat
 Kurang olahraga/imobilisasi
Patogenesis
Kanal anus, plexus vena normal 
faktor resiko + efek degenerasi 
kelemahan jaringan penyokong 
tekanan terhadap bantalan ↑ 
prolaps  gangguan aliran darah balik vena 
bantalan semakin membesar (+ gaya hidup beresiko)
 gesekan dengan feses
perdarahan, nyeri, gatal, berdarah

(Acheson dan Schofield, 2008))


Klasifikasi
1. Hemoroid Eksterna
• berkembang dari ektoderm
• ditutupi oleh epitel skuamosa
• terletak di bawah kulit (subkutan)
• secara anoskopi di bawah linea dentata/pectinate
line
• dipersarafi oleh saraf kulit yang memasok daerah
perianal  saraf pudenda dan pleksus sakral
Klasifikasi
2. Hemoroid Interna
• berasal dari endoderm embrio
• dilapisi dengan epitel kolumnar dari mukosa
anal
• terletak di bawah mukosa (submukosa)
• secara anoskopi diatas linea dentata
• tidak dipersarafi oleh saraf sensorik somatik
 tidak menyebabkan rasa sakit
(emedicine.medscape.com).
Derajat Hemoroid Interna
Gejala Klinis
1. Hemoroid Eksternal
• Rasa terbakar
• Nyeri
• Gatal

2. Hemoroid Internal
• Prolaps dan keluarnya mucus
• Perdarahan.
• Rasa tak nyaman
• Gatal

(Villalba dan Abbas, 2007)


Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
• mengamati perianal  ukuran, adanya perdarahan,
dan tingkat keparahan inflamasi (warna, prolaps)
Menilai adanya :
 Celah anal dan dermatitis perianal (pruritus ani)
 Lokasi dan ukuran skin tag dan adanya trombosis
 Ada atau tidaknya fisura, fistula, polip, atau tumor 
DD
b. Colok Dubur
 Untuk menentukan/membedakan derajat hemoroid
interna grade II, III dan IV dengan karsinoma rektum
 Posisi  dekubitus lateral kiri, lutut tertekuk ke arah
dada
 Anestesi topikal (misalnya, 20% benzocaine atau 5%
lidokain salep)  mengurangi nyeri
c. Anoskopi
 Prosedur pemeriksaan untuk area perianal, kanal
anus dan distal rectum.
 Untuk mengamati hemoroid interna yang tidak
menonjol keluar
d. Proktosigmoidoskopi
– Untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses peradangan atau
keganasan di tingkat yang lebih tinggi (colon)
Diagnosis Banding
• Perdarahan rektum : karsinoma kolorektum,
penyakit divertikel, polip. kolitis ulserativa
• Benjolan di anus : prolaps rektum, kondiloma
perianal, tumor anorektum
Tata Laksana
• Non-Farmakologi
• Farmakologi
• Non-Invasif
• Operatif
• Post operatif
Non-Farmakologi
Perbaikan :
• Pola hidup
• Aktivitas fisik
• Pola makan dan minum

 Bertujuan untuk mencegah pemburukan


penyakit dengan cara memperbaiki defekasi
Farmakologi
• Tujuan : untuk memperbaiki defekasi dan
meredakan/menhilangkan keluhan dan gejala

1. Memperbaiki defeksi :
– Suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin feses
(stool softer)
– Obat laksan/pencahar : Natrium dioctyl
sulfosuccinat
Farmakologi
2. Obat simptomatik :
– Anestesi lokal  lidocain ointment 5%
– Penghenti pendarahan  daflon, diomisin dan
hesperidin
– Analgesik  acetaminofen/paracetamol,
ibuprofen
Non-Invasif
American Society of Colon and Rectal Surgeons
(ACRCS), 3 tujuan penangan non-invasif :
• Mengurangi vaskularisasi hemoroid
• Mengurangi jaringan berlebihan
• Memfiksasi hemoroid ke dinding anus untuk
mengurangi prolaps
Jenis Tindakan Non-Invasif
• Rubber Band Ligation (RBL)
• Sclerotherapy
• Infrared Coagulation
• Bipolar Coagulation/Diatermi Bipolar
• Krioterapi/Bedah Beku
Rubber Band Ligation (RBL)
• Tindakan non bedah yang lebih efektif
dibandingkan scleroterapi dan koagulasi
inframerah (IRC)
• Dengan bantuan anoskop, mukosa diatas
hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau
diisap ke dalam tabung ligator  diikat dengan
gelang karet
• Mekanisme kerja : menyebabkan nekrosis karena
iskemia terjadi dalam beberapa hari  fibrosis
dan jaringan parut
Rubber Band Ligation (RBL)
• satu kali terapi hanya diikat satu kompleks
hemoroid
• ligase berikutnya dilakukan dengan jarak
waktu sekitar 2 sampai 4 minggu
• Penyulit : nyeri hebat dan peradangan
Rubber Band Ligation (RBL)
Sclerotherapy
• Untuk hemoroid derajat I dan II
• Prosedur skleroterapi hemoroid menggunakan
cairan sklerosan yang disuntikkan ke jaringan
submukosa dibawah hemoroid interna
• Sklerosan : polidocanol (Aethoxysklerol) yang
berisi 95% hydroxypolyethoxydodecane dan 5%
ethyl alcohol.
• Mekanisme kerja : sklerosan  fokus radang 
fibrosis dan kontraksi submukosa bantalan anus
 menghilangkan bendungan pleksus vena
Sclerotherapy
Infrared Coagulation
• Konversi energi inframerah menjadi energi
panas  menyusutkan ukuran hemoroid
• Keunggulan : cepat
• Setiap kali tindakan penyinaran dapat
dilakukan pada 1 atau 2 hemoroid, lalu
penyinaran ulang setiap 2-4 minggu
IRC
Tindakan Operatif
• Hemoroidektomi
• Hemoroidopeksi dengan Stapler
Hemoroidektomi
Indikasi
• Pasien yang mengalami keluhan menahun
• Pasien dengan derajad hemoroid III dan IV
• Pasien dengan perdarahan berulang dan
anemia yang tidak sembuh dengan terapi yang
lainnya yang lebih sederhana
• Pasien hemoroid derajat IV yang mengalami
thrombosis dan kesakitan hebat
Hemoroidektomi
Prinsip hemoroidektomi
• eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang
benar-benar berlebihan
• Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada
anoderm dan kulit yang normal
• Tidak mengganggu sfingter anus
Hemoroidektomi
Posisi Pasien
• Eksisi Hemoroid
Hemoroidopeksi dengan Stapler
Dasar dilakukan :
• Bantalan hemoroid merupakan jaringan
normal yang berfungsi sebagai katup untuk
mencegah inkontinensia flatus dan cairan 
cukup dengan menarik mukosa dan jaringan
submukosa rektum distal ke atas dengan
menggunakan sejenis stapler  hemoroid
akan kembali ke posisi semula yang normal
• Mekanisme :
Bagian hemoroid yang berlebih akan masuk ke
dalam stapler  alat akan memotong jaringan
yang berlebih secara otomtis  suplay darah ke
jaringan terhenti dan jaringan hemoroid
mengempis.
Tindakan Pasca Pembedahan
• Membutuhkan waktu recovery sekitar 2-3 minggu
• Anestesi masih akan terasa selama kurang lebih 6-12
jam, hal ini membantu mengurangi rasa nyeri
• Pemberian obat : analgesik, antibiotik (metronidazole)
• Diet makanan cair untuk beberapa hari membantu
dalam defekasi, mencegah konstipasi dan mengejan
• Kompres air dingin untuk mengurangi pembengkakan
dan rasa nyeri
Daftar Pustaka
• Austin G Acheson,and John H Scholefield, Management of haemorrhoids. BMJ. 2008 Feb 16;
336(7640): 380–383. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2244760/
• Winangun, I Made Arya. dkk. Penatalaksanaan hemoroid interna menggunakan teknik rubber band
ligation. (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82601&val=970)
• Herman Villalba, and Maher A Abbas. 2007. Hemorrhoids: Modern Remedies for an Ancient
Disease. Perm J. Spring; 2007 11(2): 74–76.
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3057743/)
• Scott C Thornton, John Geibe, dkk. Hemorrhoids. http://emedicine.medscape.com/article/775407-
overview
• Hemorrhoidectomy for Hemorrhoids
http://www.northshore.org/healthresources/encyclopedia/encyclopedia.aspx?DocumentHwid=hw
212391
• Robert a. Ganzthe, 2013. Evaluation and Treatment of Hemorrhoids: A Guide for the
Gastroenterologist CLINICAL GASTROENTEROLOGY AND HEPATOLOGY 2013;11:593– 603
http://www.nghd.pt/nghd/images/treatmet_of_hemorroides_clin.gast.hepat._jun.pdf
• Snell, R.S., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed.6. Jakarta: EGC.
• Chong, P.S. & Bartolo, D.C.C., 2008. Hemorrhoids and Fissure in ano. Gastroenterology Clinics of
North America 37: 627-644.
• M. Townsend Jr. [et al.]. 2012. Sabiston textbook of surgery : the biological basis of modern surgical
practice.—19th ed. Philadelphia : Elsevier Saundes.
• Muthmainah, Afifah., Masrul, Asrhil Zahari. 2015. Peranan Diet Rendah Serat terhadap Timbulnya
Hemoroid di RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 4(2): 359-363.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai