Anda di halaman 1dari 22

PENDEKATAN FARMAKOLOGI

TERHADAP EVALUASI
SKRINING TANAMAN OBAT
Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah
dilakukan oleh masyarakat selama berabad-abad
berdasarkan berbagai sistem pengetahuan yang
telah berkembang berabad-abad. Misalnya
masyarakat Indonesia telah menggunakan lebih
dari 6.000 spesies tanaman berbunga (liar
maupun yang dibudidayakan) untuk memenuhi
kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan
obat-obatan. Mereka mengetahui pola tanam
tumpangsari untuk mengendalikan hama.
 Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang dikenal
sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati
(Mega biodiversity) dan juga tingkat endemisme yang
tinggi. Berdasarkan penyebaran tipe ekosistem dan ciri
spesies, wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi tujuh
daerah biogeografi (MNLH and KONPHALINDO, 1995):
 Sumatera dan pulau-pulau lepas pantainya,
 Jawa dan Bali,
 Kalimantan, termasuk pulau Natuna dan Anambas,
 Sulawesi dan pulau-pulau lepas pantainya, termasuk pulau Sula,
 Nusa Tenggara,
 Maluku, dan
 Irian Jaya.
 Dari segi ekosistem, Indonesia memiliki sekurang-
kurangnya 42 ekosistem daratan alami dan lima
ekosistem lautan. Ekosistem tersebut terletak
mulai dari padang es dan padang rumput
pegunungan di Irian Jaya sampai di berbagai
hutan hujan dataran rendah di Kalimantan; dari
terumbu karang sampai padang lamun di laut dan
rawa bakau atau mangrove (BAPPENAS, 1993).
Keanekaragaman ekosistem inilah yang
melahirkan keanekaragaman spesies. Perkiraan
jumlah tipe biotik utama yang ada di Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 1.
 Pengetahuan tradisional tentang keanekaragaman hayati
tercermin dari pola pemanfaatan sumber daya hayati, pola
pertanian tradisional serta pelestarian alam yang masih
hidup pada banyak kelompok masyarakat di Indonesia.
Pada Tabel 2 dapat dilihat banyaknya spesies tanaman yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Indonesia. Selain tumbuhan, pengetahuan masyarakat juga
mencakup sumber daya hayati laut dan hewan daratan.
Masyarakat nelayan memanfaatkan hampir semua produk
laut untuk keperluan pangan, peralatan dan obat-obat
tradisional. Selanjutnya masyarakat juga telah
memanfaatkan jasad renik untuk penghasil antibiotika,
untuk fermentasi pembuatan tempe, oncom, peuyeum,
minuman, kecap dan terasi.
Jumlah spesies Kegunaannya
100 spesies tanaman biji-bijian, Sumber
ubi-ubian, sagu, penghasil karbohidrat
tepung dan gula.
100 spesies tanaman kacang- Sumber protein &
kacangan lemak
450 spesies tanaman buah- Sumber
buahan vitamin&mineral
250 spesies tanaman sayru- Sumber
sayuran vitamin&mineral
70 spesies tanaman Bumbu&
rempah-rempah
40 spesies tanaman Bahan minuman

56 spesies bambu dan Bahan bangunan


100 spesies tanaman
berkayu
150 spesies rotan Perabot rumah tangga

1.000 spesies tanaman Tanaman hias

940 spesies tanaman Bahan obat tradisional

Sumber: Rifai, 1994


•PENDEKATAN SKRINING UTAMA
 Empat Pendekatatan Utama untuk Penemuan Bahan
Baku Obat Baru :
1. Dari bahan alam
 Skrining/penapisan untuk menemukan komponen-komponen
bioaktif
2. Dari obat-obatan yang sudah digunakan
 Modifikasi untuk meningkatkan aktivitas atau untuk menemukan
aktivitas yang berbeda.
3. Dari senyawa-senyawa kimia sintetis dan hewan
model
 Skrining/penapisan pustaka kimia dengan penyakit pada hewan
model
4. Dari pendekatan modern untuk mendisain obat
 Mendisain obat beradasarkan pada mekanisme fisiologinya
 Pengembangan obat baru dari Bahan Alam
 Skrining senyawa alami untuk aktivitas biologis
dari tanah, tumbuhan, kapang, dll. Isolasi dan
purifikasi dari bahan aktif : kromatografi, freeze-
drying, dll. Determinasi struktur NMR, IR, Mass
spec, X-Ray kristalografi. Hubungan struktur-
aktivitas : Identifikasi farmakopor. Sintesa analog :
Peningkatan aktivitas, penurunan efek samping,
pemakaian yang mudah dan efisien Teori reseptor
: Informasi lokasi terjadinya reaksi obat. Disain
dan sintesa struktur obat baru.
 KOMBINASI PROSEDUR SKRENING
 Tahapan primer
s
 Penetapan arah penelitian
1. Penelitian survey kecenderungan/trend : literatur, pasar,
dll.
2. Pemantapan target
3. Pembuatan Molekul Pengarah Unggulan, disain dan
sintesa obat baru, penapisan bahan alam
4. Evaluasi aktivitas biologis dan farmakologi dasar
5. Pemantapan metode evaluasi
6. Seleksi kandidat obat baru
 Tahap praklinis
 Studi khasiat dan keamanan
1. Farmakologi
2. Evaluasi sifat-sifat fisikokimia
3. Toksisitas akut dan sub-akut
4. Farmakokinetik (Adsorpsi, Distribusi, Mekanisme dan
Ekskresi)
5. Farmaseutika
6. Pengembangan proses produksi masal
 Tahapan dari Pengembangan Obat
 Tahap Klinis
 Fase I
 Investigasi keamanan dan toleransi
 Sukarelawan sehat dalam jumlah kecil
 Fase II
 Keputusan pada arah penggunaan dan dosis;
 Studi khasiat dan keamanan
 Pasien dalam jumlah kecil
 Fase III
 Investigasi khasiat dan keamanan
 Sejumlah tertentu pasien

 Peluncuran Produk
 Fase IV
 Survei pasca pemasaran
 VARIASI DAN SKRINING
Untuk mendapatkan senyawa-senyawa kimia baru
diperlukan teknologi di bidang biologi, kimia dan
automatisasi.
Dalam bidang biologi ada tiga teknologi baru yang
dapat dimanfaatkan, yaitu teknologi genom,
bioinformatika dan biologi molekuler.
 Teknologi genom merupakan automatisasi dari sekuensing
DNA untuk mempelajari dan menginterpretasi gen. Selain itu
dapat juga digunakan untuk mengetahui molekul protein apa
yang mempengaruhi kesehatan sel dan sekaligus juga protein
yang dapat menimbulkan penyakit. Genom mikroba dapat
digunakan untuk mengindentifikasi gen-gen virulen maupun
target baru dalam penemuan anti mikroba. Dengan demikian
akan dapat meningkatkan jumlah target senyawa yang akan
diskrining secara eksponensial..
 Bioinformatika merupakan program komputer yang handal
dan inovatif untuk menangani sejumlah besar kode informasi
tentang gen dan protein dari program genom. Sekuen dari gen
selanjutnya dilihat apakah merupakan gen baru ataukah
memiliki hubungan dengan gen lain yang sudah diketahui
fungsinya. Urutan linier protein yang telah diidentifikasi
kemudian dikonversikan ke dalam bentuk tiga dimensi
sebagaimana bentuk aslinya dalam menjalankan fungsinya.
Hal ini penting untuk merancang suatu senyawa baru
 Biologi molekuler merupakan kunci untuk menghubungkan
antara protein yang diperoleh dari teknologi genom dengan
fungsi fisiologisnya, yang memungkinkan pengembangan
pengujian berkapasitas tinggi untuk mendapatkan senyawa
baru.
 Teknologi kimia yang baru yaitu “combinatorial
chemistry” merupakan automatisasi sintesa secara
paralel dari ratusan sampai ribuan senyawa secara
serentak. Dengan demikian dalam waktu singkat
dapat diperoleh informasi tentang senyawa yang aktif
maupun yang tidak.
 Teknologi baru automatisasi disebut dengan “ultra
high troughput screening” merupakan suatu sistem
pengujian senyawa secara besar-besaran dan
sepenuhnya otomatis. Dilengkapi dengan kemampuan
menghitung yang mutakhir, teknologi ini mampu
menganalisa sejumlah besar data.

Makalah Dr. Sugiono Moeljopawiro Sat, 03 Feb 2001 10:33:47


KESIMPULAN
 Tahapan Pembuatan SediaanFitofarmaka

 Spesies Tumbuhan

 Studi Pustaka

 Botanical Authentication Ekstrak Kandungan Senyawa Kimia

 Skrining Aktivitas Farmakologi

 Elusidasi Struktur Kimia

 Uji Toksisitas Akut

 Studi Sifat Therapeutic


 Studi Sintesa
 Studi Toksisitas Kronis dan Spesifik Product Hasil
Formulasi
 Studi Formulasi
 Uji Klinis
 Uji Penyesuaian dengan Regulasi yang berlaku
 Fitofarmaka Komersial
 Uji untuk Pengawasan
 Untuk Resep
 Pengalaman peramu obat tradisional
 Skrining tumbuhan;
 Peta nilai ekonomis
 Analisis informasi etnomedis yang telah dipublikasi
 Seleksi tumbuhan prioritas; kultivasi dan pengembangan secara
sistematis
 Ekstraksi fitokimia dan isolasi ekstrak hasil purifikasi senyawa
murni
 Simulasi penyiapan/preparasi secara tradisional
 Studi terhadap ekstrak yang dipilih dan senyawa murni
 Uji toksisitas dan uji teratogini-city
 Analisa kimia dan elusidasi struktur.
 Pengembangan metode analisa
 Uji Stabilitas dan standarisasi ekstrak
 Uji klinis berdasarkan kegunaan etnomedis, keputusan, penolakan/
kontinuitas
 Ujicoba skala pilot tentang metode preparasi/ penyiapan
 Studi mengenai bentuk formulasi dan dosis yang terbaru
 Pemrosesan Skala Industri untuk kegunaan therapeutic dan
percobaan lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.kompetitif.lipi.go.id/PortalVB/uploads/BAHA
N%20OBAT.doc
 BAPPENAS. 1993. Biodiversity Action Plan for Indonesia.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta.
 Rifai, M. 1994. A Discourse on Biodiversity Utilization in
Indonesia. In: Tropical Biodiversity. IFABS, Jakarta.
 KLH. 1989. Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan
Hidup Bangsa. Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup. Jakarta.
 Sugiono Moeljopawiro . 2001 . Moderator Zoa
Biotek.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai