Macam-macam pemangkasan :
1. Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap
tanaman yang berumur 16 – 20 bulan dengan maksud untuk
membuang daun-daun kering dan buah-buah pertama yang busuk.
Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam
yang disebut dodos.
2. Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang
dilakukan pada umur 20 – 28 bulan dengan memotong
daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan
panen. Daun yang dipangkas dalah songgo dua (yaitu
daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama
lain), juga buah-buah yang busuk. Alat yang digunakan
adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.
3. Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan
yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan
maksud membuang daun-daun songgo dua sehingga
setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah
28 – 54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus
sependek mungkin (mepet), agar tidak mengganggu
dalam pelaksanaan panenan.
Kastrasi
Kastrasi / ablasi / pengebirian adalah
pembuangan bunga (jantan dan betina) sebelum
tanaman tersebut menghasilkan buah. Tujuannya
adalah untuk merangsang pertumbuhan vegetatif
dan menghilangkan sumber infeksi hama
penyakit. Dengan demikian panen yg pertama
dianggap seragam, baik berat tandan maupun
waktu panennya.
Kastrasi ini dilakukan sejak tanaman
mengeluarkan bunga pertama sampai tanaman
berumur 33 bulan, yaitu 6 bulan sebelum
dipanen. Dengan demikian batang dapat menjadi
besar lebih dahulu sebelum memanjang.
PENYERBUKAN/POLINASI
Tan. Kelapa sawit merupakan tan. Berumah satu
(dalam 1 pohon terdapat bunga jantan dan betina) yg
terpisah letaknya dan tdk bersamaan waktu
pemasakannya. Penyerbukan secara alami kurang
intensif, shg. Jumlah buah yg dihasilkan relatif rendah.
Untuk mendapatkan tandan dengan ukuran dan
jumlah buah yg optimal harus dibantu dengan
penyerbukan buatan. Hal ini disebabkan pada tanaman
muda (sebelum tahun ke 10) bunga betina terbentuk
banyak, sedangkan bunga jantan sedikit.
Perlu dibantu dengan kumbang Elaeidobius
kamerunicus. Kelemahannya pada kebun yg ditebari
kumbang ini akan meningkatkan serangan hama tikus.
Kumbang ini sebagai makanan kesukaan tikus.
Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus).
Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun
menjadi mengkilap dan berwarna bronz.
Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural
BVR.
b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang
diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan
sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian:
Penyemprotan dengan Pestona.
c. Belalang (Valanga nigricornis)
Menyebabkan daun tdk utuh, pada bagian
tepinya tampak bekas gigitan, terutama pada
tanaman muda.
d. Kumbang (Oryctes rhinoceros)
Menyebabkan lubang-lubang berbentuk taji
pada daun muda yg belum membuka dan
pangkal daun. Jika sampai makan pada titik
tumbuh menyebabkan penyakit busuk dan
mengakibatkan kematian tanaman.
Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian
diserang akar.
Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa
layu dan mati, terjadi pembusukan akar.
Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian
air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari
11 bulan. Pencegahan dengan penggunaan Natural GLIO.
b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun.
Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna
coklat pada daun, daun mengering.
Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman
muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak
awal.
c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang
batang. (penyakit busuk kering pangkal batang)
Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan
kering; daun muda mati dan kering.
Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang
telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan
menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat
dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan.
Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan
tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat
Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih
efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO
810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .
PANEN
Setelah 5 – 6 bulan penyerbukan, buah telah
masak, ditandai dengan warna buah merah jingga
dari hijau pada waktu buah muda. Pada saat ini
buah telah maksimal kandungan minyaknya pada
mesocarp (daging buahnya), jika terlalu matang
akan menyebabkan kerontokan buah tsb, hal ini
disebut dengan membrondol.
a. Kriteria matang panen, pada tan dng umur
kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yg jatuh
lebih kurang 10 butir. Tan dengan umur lebih dari
10 tahun, jumlah brondolan yg jatuh 15 – 20
butir.
b. Cara panen
Panen buah yg terlambat akan menyebabkan
penurunan mutu minyak, karena kadar ALB (FFA) yg tinggi.
Buah yg terlalu masak lebih mudah terserang hama
penyakit. Sedangkan panen pada buah yg belum masak
kandungan minyaknya tidak maksimal, walaupun ALBnya
rendah. Dengan demikian panen harus segera dilakukan
jika tandan buah telah matang.
Agar pemanenan mudah dilakukan, yaitu dengan
memotong pelepah dibawah tandan buah yg akan dipanen.
Tandang buah dipotong sedekat mungkin dengan
pangkalnya., maksimal 2 cm. Tandan buah dikumpulkan
menjadi satu dengan buah yg membrondol, brondolan
buah tdk boleh ada yg tertinggal.
Rotasi panen 5/7, maksudnya dalam satu minggu ada 5
kali panen, yaitu hari senin sd jumat. Masing-masing ancak
panen diulangi (dipanen) 7 hari berikutnya. Pada keadaan
optimum produksi kelapa sawit dapat 20 – 25
ton/TBS/ha/tahun atau sekitar 4 – 5 ton minyak sawit.
Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16
ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara
potensi produksi apabila menggunakan bibit
sawit unggul bisa mencapai 30 ton TBS/ha.
- Produktivitas CPO (Crude Palm Oil)
perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5
ton CPO per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit
(PKO) per ha.
- Produktivitas CPO di perkebunan negara
rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar
dan 0,91 ton PKO per hektar.
- Produktivitas CPO perkebunan swasta rata-
rata menghasilkan 3,48 ton CPO per hektar dan
0,57 ton PKO per hektar.
1. Perlakuan perebusan
Perebusan dilakukan selama 1 jam, dengan
tekanan uap 2,5 atm dan suhu 125 ⁰C. Jika terlalu
lama akan menyebabkan rendahkan minyak yg
didapat dan terjadi pemucatan kernel. Sedangkan jika
perebusan terlalu pendek akan menyebabkan
semakin banyak buah yg tidak rontok dari tandannya.
Tujuan perebusan: a) menginaktifkan enzim lipase
yg dpt menstimulir hidrolisis minyak, b)
mempermudah pelepasan buah dari tandan dan
intinya dari cangkang, c) memperlunak daging buah
shg memudahkan pemerasan daging buahnya, dan d)
untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein shg
memudahkan pemisahan minyak sawit.
2. Pemurnian dan penjernihan minyak sawit
Minyak sawit yg keluar dari tempat
pemerasan/pengepresan masih berupa minyak sawit
kasar, krn masih mengandung kotoran dan partikel-
partikel tempurung, serabut dan kadar air 40 – 45 %.
Minyak sawit kasar dimasukkan dalam tangki
minyak kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui
pemurnian atau klarifikasi yg bertahap akan dihasilkan
minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).
Proses penjernihan bertujuan untuk menurunkan
kandungan air di dalam minyak. Pada pengolahan lebih
lanjut akan dihasilkan minyak sawit murni (Processed
Palm Oil/PPO).
3. Pengeringan dan pemecahan biji
Biji sebelum dipecahkan dikeringkan dalam silo
selama 14 jam dengan udara kering 50⁰C; akibat
pengeringan ini menyebabkan inti /kernel akan
mengkerut, shg mudah untuk dipisahkan dari
tempurungnya.
Alat yg digunakan Hydrocyclone Separator yg
dapat memisahkan inti dengan tempurung berdasarkan
perbedaan berat jenisnya. Setelah terlepas dikeringkan
dengan suhu 80 ⁰C, selanjutnya diekstraksi
menghasilkan minyak inti sawit ( Palm Kernel Oil/PKO),
hasil lain berupa bungkil inti sawit (Kernel Oil
Cake/KOC) untuk pakan ternak, dan tempurungnya
untuk pembuatan bahan bakar aktif.