Anda di halaman 1dari 47

KELAPA SAWIT /OIL PALM

(Elaeis guineensis, Jacq.)


SYARAT TUMBUH
Kelapa sawit semula merupakan tanaman yg tumbuh liar di
hutan-hutan (habitat aslinya)
1. Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yg tumbuh baik
antara garis lintang 13⁰ Lintang Utara dan 12⁰ Lintang Selatan,
terutama di kawasan Afrika, Asia dan Amerika Latin.
a. Curah hujan
Tan. Ini menghendaki CH optimum 2.000 – 3.000 mm/th.
Dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun.
Pembagian yg merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang
baik krn pertumbuhan vegetatif lebih dominan dp pertumbuhan
generatif, shg bunga atau buah yg terbentuk lebih sedikit.
CH yg terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi
penyelenggaraan kebun, krn mengganggu kegiatan di kebun, spt
pemeliharaan tan., transportasi, pembakaran sisa-sisa tanaman
pada pembukaan lahan dan terjadinya erosi.
2. Penyinaran matahari
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa
sawit adalah 7-5 jam per hari.pertumbuhan kelapa sawit di
Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim yang
sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan
curah hujan yang cukup. Umumnya turun pada sore atau
malam hari.
3. Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan
dan hasil kelapa sawit. Suhu rata-rata tahunan daerah-
daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 ⁰C,
yang menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik
jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu semakin
rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat
tandan bunga mengalami merata sepanjang tahun.
4. Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak
hal bergantung pada karakter lingkungan fisik tempat
pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah
yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah
latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial,
dan organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah untuk
bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal, yaitu
sifat-sifat fisis dan kimia tanah.
a. Sifat kimia tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah
pH 4,0-6,5 dan pH optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang
memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang
surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau
gambut mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan
mineral dengan lapisan bahan organik yang belum
terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah.
b. Sifat fisik tanah
Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah
yang datar atau sedikit miring, solum dalam dan
mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur,
permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu
dekat dengan permukaan tanah.
Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus
mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi
secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang
kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah
gambut tebal. Dalam menentukan batas-batas yang
tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara
tipe-tipe tanah memang relatif sulit.
Sistematika Tanaman
Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Mocotyledoneae
Keluarga : Palmae
Sub keluarga : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis, Jacq.
Morfologi Tanaman
1 Akar
Sistem perakaran kelapa sawit adalah akar
serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier,
dan kuartener. Akar primer tumbuh sampai
kedalaman 1,5 m. Akar tersier dan kuarter
tumbuh hingga 2-2,5 dari pangkal pohon pada
kedalaman 0-20 cm.
Pemenuhan akar absorsi kelapa sawit terjadi
pada tahun kelima hingga ketujuh, dimana sawit
mulai saling bersaing. Penyebaran akar
tergantung pada kondisi tanah dan kultur teknis
tanah.
2 Batang
Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh –
pembuluh yang terikat secara diskrit dalam
jaringan parenkrin. Meristem pucuk terletak
dekat ujung batang, dimana pertumbuhan batang
sedikit agak membesar.
Batang tumbuh hingga ketinggian 15-18 m.
Pertambahan tinggi tanaman bisa mencapai 35 –
75 cm/tahun, tergantung pada keadaan
lingkungan tumbuh dan keragaman genetik.
Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua
sampai kira – kira umur 11 – 15 tahun.
3 Daun
Ada tiga jenis daun antara lain lanceolate, bifurcatae,
pinnate. Bagian daun pinnate terdiri dari spine (lidi), pinnae
(anak daun), rachis (pelepah). Panjang daun dewasa 9 m,
dengan jumlah anak daun 250 – 400, panjang daun 120 cm
atau lebih.
4 Bunga
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah
satu. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada
satu pohon dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.
Pada umumnya tanaman kelapa sawit melakukan
penyerbukan silang. Bunga jantan memiliki bentuk lancip
dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar
dan mekar.
5 Buah
Buah kelapa sawit menempel di karangan yang
disebut tandan buah. Jumlah buah dalam satu tandan
bervariasi tergantung umur, umumnya dalam satu
tandan terdapat sekitar 1.600 buah.
Ukuran buah dan berat buah juga bervariasi
tergantung letaknya dalam tandan. Total produksi TBS
tergantung bobot tandan dan jumlah tandan. Berat
tandan buah tergantung pada jumlah spikelet, jumlah
bunga per spikelet, fruit set, berat buah dan efisiensi
penyerbukan.
Tanaman normal akan menghasilkan 20–22 tandan
per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua
sekitar 12–14 tandan per tahun. Berat setiap tandan
sekitar 25–35 kg
PEMBIBITAN (Pre Nursery dan Main
Nursery)
Bahan Tanam
Penyediaan benih dilakukan oleh balai-balai penelitian kelapa
sawit, terutama oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian
Perkebunan Medan (RISPA). Balai-balai penelitian tersebut
mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon
induk tipe Delidura dan pohon bapak tipe Pisifera terpilih.
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan
cangkangnya kelapa sawit dibedakan :
1. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal
sehingga dianggap dapat memperpendek umur mesin pengolah
namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan
minyak berkisar 18%.
2. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya
steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.
3. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini
dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-
masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga
betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging
per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak per
tandannya dapat mencapai 28%.
Pengecambahan Benih
Tahapan pekerjaan dalam pengecambahan benih sebagai
berikut:
1. Buah dikupas untuk memperoleh benih yang terlepas dari
sabutnya. Pengupasan buah kelapa sawit dapat
menggunakan mesin pengupas
2. Benih direndam dalam ember berisi air bersih selama 5
hari dan setiap hari air harus diganti dengan air yang baru
3. Setelah benih direndam, benih diangkat dan
dikeringanginkan di tempat teduh selama 24 jam dengan
menghamparkannya setebal satu lapis biji saja. Kadar air
dalam biji harus diusahakan agar tetap sebesar 17%
4. Selanjutnya benih disimpan di dalam kantong plastik
berukuran panjang 65 cm yang dapat memuat sekitar 500
sampai 700 benih. Kantong plastik ditutup rapat-
rapat dengan melipat ujungnya dan merekatkannya.
Simpanlah kantong-kantong plastik tersebut dalam peti
berukuran 30 cm x 20 cm x 10 cm, kemudian letakkan
dalam ruang pengecambahan yang suhunya 39 ⁰C.
6. Benih diperiksa 3 hari sekali (2 kali per minggu) dengan
membuka kantong plastiknya dan semprotlah dengan air
(gunakan hand mist sprayer) agar kelembaban sesuai
dengan yang diperlukan yaitu antara 21- 22% untuk benih
Dura dan 28-30% untuk Tenera. Contoh benih dapat
diambil untuk diperiksa kelembabannya
7. Apabila telah ada benih yang berkecambah, segera
semaikan pada pesemaian perkecambahan
8. Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari
peti di ruang pengecambahan dan letakkan di tempat
yang dingin. Kandungan air harus diusahakan tetap seperti
semula.
Dalam beberapa hari benih akan mengeluarkan tunas
kecambahnya. Selama 15-20 hari kemudian sebagian
besar benih telah berkecambah dan siap dipindahkan ke
persemaian perkecambahan (prenursery ataupun main
nursery). Benih yang tidak berkecambah dalam waktu
tersebut di atas sebaiknya tidak digunakan untuk bibit.
Penyemaian
Tahapan pekerjaan dalam penyemaian benih meliputi:
1. Benih yang sudah berkecambah disemai dalam polybag
kecil, kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan yang
lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya
2. Ukuran polybag yang digunakan adalah 12 cm x 23 cm atau
15 cm x 23 cm (lay flat)
3. Polybag diisi dengan 1,5-2,0 kg tanah atas yang telah
diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase
4. Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah
dan berjarak 2 cm
5. Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah
berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai, bibit dederan
sudah dapat dipindahkan ke persemaian bibit (nursery)
6. Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap
lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas
tanah polybag dapat menjaga kelembaban yang dibutuhkan
oleh bibit.
7. Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat
membantu dalam usaha menghasilkan kelembaban yang
diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan
karena siraman
8. Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan
polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45
cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada
bagian bawahnya untuk drainase
9. Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak
15-30 kg/polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang
akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit
10.Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher
akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan
tanah sekitar bibit dipadatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit
pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang
telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan
sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x
100 cm x100 cm.
Pemeliharaan Pembibitan
Bibit yang telah ditanam di polibag dipelihara
dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur,
sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai
dengan umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan
bibit meliputi penyiraman, penyiangan, pengawasan
dan seleksi, serta pemupukan.
1. Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali
apabila jatuh hujan lebih dari 7-8 mm pada hari yang
bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus bersih
dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus
agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat
tumbuhnya tidak padat. Kebutuhan air siraman ± 2
lt/polybag/hari, disesuaikan dengan umur bibit.
2. Penyiangan
Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag
harus dibersihkan, dikored atau disemprot dengan herbisida. Penyiangan
gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan, atau disesuaikan dengan
pertumbuhan gulma.
3. Pengawasan dan Seleksi
Pengawasan bibit dilakukan untuk mengamati pertumbuhan bibit
dan perkembangan gangguan hama dan penyakit. Bibit yang tumbuh
kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus
dibuang. Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat
pemindahan ke main nursery, yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan
9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan.
Bibit yang bentuknya abnormal dibuang, yakni dengan ciri-ciri:
a) bibit tumbuh meninggi dan kaku, b) bibit terkulai, c) anak daun
tidak membelah sempurna, d) terkena penyakit, dan e) anak daun
tidak sempurna.
Penanaman tanaman penutup tanah (cover crop)
Keuntungan tanaman penutup tanah:
1. Melindungi permukaan tanah dan mengurangi bahaya
erosi
2. Memperbaiki sifat-sifat kimia tanah dan menambah
nitrogen pada lapisan atas dengan cara fiksasi N dari
udara
3. Membantu menyimpan air dalam tanah dan
memperkecil kehilangan unsur hara karena pencucian
4. Mengurangi suhu tanah dan dekomposisi bahan
organik
5. Memperbaiki atau mempertahankan struktur tanah.
(Pueraria javanica, Centrosema pubescens,
Psophocarpus palustris, Calopogonium mucunoides,
Calopogonium caeruleum)
PENANAMAN BIBIT
1. Pembuatan lubang tanam
Lubang tanam dibuat sebaiknya 2 – 3 bulan
sebelum bibit ditanam. Dengan ukuran 60 cm x
60 cm x 60 cm. Jarak tanam segitiga sama sisi (9
m x 9 m x 9 m), dengan populasi ± 143
pohon/ha; yang satu sisinya arah Utara –
Selatan.
2. Pemeliharaan
a. Penyiangan, dilakukan pada piringan pohon
kelapa sawit dengan diameter 2 – 3 m.
Selanjutnya di antara tanaman kelapa sawit
ditanami CC.
b. Penyulaman, penanaman yg dikatakan berhasil baik
jika tanaman yg disulam maksimal 2 – 3 % dari seluruh
bibit yg ditanam. Biasanya pada perusahaan besar
(BUMN) disediakan bibit cadangan sebanyak 5 % dari
jumlah bibit yg ditanam.
c. Pemupukan,
Untuk tanaman yang belum menghasilkan, yang
berumur 0 – 3 tahun, dosis pemupukan per pohon per
tahunnya adalah sebagai berikut : Urea : 0,40 – 0,60 kg,
TSP : 0,25 – 0,30 kg, KCl : 0,20 – 0,50 kg, Kiserit : 0,10 –
0,20 kg dan Borax : 0,02 – 0,05 kg
• Pada tanaman belum menghasilkan pupuk N,P,K,Mg,B
ditaburkan merata dalam piringan mulai jarak 20 cm
dari pokok sampai ujung tajuk daun.
Pada tanaman yang sudah menghasilkan: pupuk N
ditaburkan merata mulai jarak 50 cm dari pokok
sampai di pinggir luar piringan. Pupuk P,K dan Mg
harus ditaburkan merata pada jarak 1 – 3 meter dari
pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak 30 – 50
cm dari pokok.
Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan
pada awal musim hujan (September – Oktober), untuk
pemupukan yang pertama dan paada akhir musim
hujan (Maret – April) untuk pemupukan yang kedua.
Urea : 2,0 – 2,5 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
• KCl : 2,5 – 3,0 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
• Kiserit : 1,0 – 1,5 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
• TSP : 0,75 – 1,0 kg/ph/th → diberikan 1 x aplikasi
• Borax : 0,05 – 0,1 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
e. Pemangkasan daun,
Disebut juga penunasan yaitu pembuangan daun-daun tua
atau yg tidak produktif, pada tanaman muda tidak dilakukan, kecuali
untuk mengurangi penguapan pada saat tanaman/bibit mau
dipindahkan. Tujuan pemangkasan yaitu :
a) memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman,shg dpt
membantu penyerbukan
b) mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan
brondolan buah yg terjepit pada pelepah daun
c) membantu dan memudahkan pada waktu panen
d) mengurangi perkembangan epifit dan kebersihan kebun
e) proses metabolisme tanaman berjalan lancar.

Macam-macam pemangkasan :
1. Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap
tanaman yang berumur 16 – 20 bulan dengan maksud untuk
membuang daun-daun kering dan buah-buah pertama yang busuk.
Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam
yang disebut dodos.
2. Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang
dilakukan pada umur 20 – 28 bulan dengan memotong
daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan
panen. Daun yang dipangkas dalah songgo dua (yaitu
daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama
lain), juga buah-buah yang busuk. Alat yang digunakan
adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.
3. Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan
yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan
maksud membuang daun-daun songgo dua sehingga
setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah
28 – 54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus
sependek mungkin (mepet), agar tidak mengganggu
dalam pelaksanaan panenan.
Kastrasi
Kastrasi / ablasi / pengebirian adalah
pembuangan bunga (jantan dan betina) sebelum
tanaman tersebut menghasilkan buah. Tujuannya
adalah untuk merangsang pertumbuhan vegetatif
dan menghilangkan sumber infeksi hama
penyakit. Dengan demikian panen yg pertama
dianggap seragam, baik berat tandan maupun
waktu panennya.
Kastrasi ini dilakukan sejak tanaman
mengeluarkan bunga pertama sampai tanaman
berumur 33 bulan, yaitu 6 bulan sebelum
dipanen. Dengan demikian batang dapat menjadi
besar lebih dahulu sebelum memanjang.
PENYERBUKAN/POLINASI
Tan. Kelapa sawit merupakan tan. Berumah satu
(dalam 1 pohon terdapat bunga jantan dan betina) yg
terpisah letaknya dan tdk bersamaan waktu
pemasakannya. Penyerbukan secara alami kurang
intensif, shg. Jumlah buah yg dihasilkan relatif rendah.
Untuk mendapatkan tandan dengan ukuran dan
jumlah buah yg optimal harus dibantu dengan
penyerbukan buatan. Hal ini disebabkan pada tanaman
muda (sebelum tahun ke 10) bunga betina terbentuk
banyak, sedangkan bunga jantan sedikit.
Perlu dibantu dengan kumbang Elaeidobius
kamerunicus. Kelemahannya pada kebun yg ditebari
kumbang ini akan meningkatkan serangan hama tikus.
Kumbang ini sebagai makanan kesukaan tikus.
Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus).
Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun
menjadi mengkilap dan berwarna bronz.
Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural
BVR.
b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang
diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan
sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian:
Penyemprotan dengan Pestona.
c. Belalang (Valanga nigricornis)
Menyebabkan daun tdk utuh, pada bagian
tepinya tampak bekas gigitan, terutama pada
tanaman muda.
d. Kumbang (Oryctes rhinoceros)
Menyebabkan lubang-lubang berbentuk taji
pada daun muda yg belum membuka dan
pangkal daun. Jika sampai makan pada titik
tumbuh menyebabkan penyakit busuk dan
mengakibatkan kematian tanaman.
Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian
diserang akar.
Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa
layu dan mati, terjadi pembusukan akar.
Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian
air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari
11 bulan. Pencegahan dengan penggunaan Natural GLIO.
b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun.
Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna
coklat pada daun, daun mengering.
Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman
muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak
awal.
c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang
batang. (penyakit busuk kering pangkal batang)
Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan
kering; daun muda mati dan kering.
Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang
telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan
menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat
dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan.
Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan
tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat
Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih
efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO
810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .
PANEN
Setelah 5 – 6 bulan penyerbukan, buah telah
masak, ditandai dengan warna buah merah jingga
dari hijau pada waktu buah muda. Pada saat ini
buah telah maksimal kandungan minyaknya pada
mesocarp (daging buahnya), jika terlalu matang
akan menyebabkan kerontokan buah tsb, hal ini
disebut dengan membrondol.
a. Kriteria matang panen, pada tan dng umur
kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yg jatuh
lebih kurang 10 butir. Tan dengan umur lebih dari
10 tahun, jumlah brondolan yg jatuh 15 – 20
butir.
b. Cara panen
Panen buah yg terlambat akan menyebabkan
penurunan mutu minyak, karena kadar ALB (FFA) yg tinggi.
Buah yg terlalu masak lebih mudah terserang hama
penyakit. Sedangkan panen pada buah yg belum masak
kandungan minyaknya tidak maksimal, walaupun ALBnya
rendah. Dengan demikian panen harus segera dilakukan
jika tandan buah telah matang.
Agar pemanenan mudah dilakukan, yaitu dengan
memotong pelepah dibawah tandan buah yg akan dipanen.
Tandang buah dipotong sedekat mungkin dengan
pangkalnya., maksimal 2 cm. Tandan buah dikumpulkan
menjadi satu dengan buah yg membrondol, brondolan
buah tdk boleh ada yg tertinggal.
Rotasi panen 5/7, maksudnya dalam satu minggu ada 5
kali panen, yaitu hari senin sd jumat. Masing-masing ancak
panen diulangi (dipanen) 7 hari berikutnya. Pada keadaan
optimum produksi kelapa sawit dapat 20 – 25
ton/TBS/ha/tahun atau sekitar 4 – 5 ton minyak sawit.
Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16
ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara
potensi produksi apabila menggunakan bibit
sawit unggul bisa mencapai 30 ton TBS/ha.
- Produktivitas CPO (Crude Palm Oil)
perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5
ton CPO per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit
(PKO) per ha.
- Produktivitas CPO di perkebunan negara
rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar
dan 0,91 ton PKO per hektar.
- Produktivitas CPO perkebunan swasta rata-
rata menghasilkan 3,48 ton CPO per hektar dan
0,57 ton PKO per hektar.
1. Perlakuan perebusan
Perebusan dilakukan selama 1 jam, dengan
tekanan uap 2,5 atm dan suhu 125 ⁰C. Jika terlalu
lama akan menyebabkan rendahkan minyak yg
didapat dan terjadi pemucatan kernel. Sedangkan jika
perebusan terlalu pendek akan menyebabkan
semakin banyak buah yg tidak rontok dari tandannya.
Tujuan perebusan: a) menginaktifkan enzim lipase
yg dpt menstimulir hidrolisis minyak, b)
mempermudah pelepasan buah dari tandan dan
intinya dari cangkang, c) memperlunak daging buah
shg memudahkan pemerasan daging buahnya, dan d)
untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein shg
memudahkan pemisahan minyak sawit.
2. Pemurnian dan penjernihan minyak sawit
Minyak sawit yg keluar dari tempat
pemerasan/pengepresan masih berupa minyak sawit
kasar, krn masih mengandung kotoran dan partikel-
partikel tempurung, serabut dan kadar air 40 – 45 %.
Minyak sawit kasar dimasukkan dalam tangki
minyak kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui
pemurnian atau klarifikasi yg bertahap akan dihasilkan
minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).
Proses penjernihan bertujuan untuk menurunkan
kandungan air di dalam minyak. Pada pengolahan lebih
lanjut akan dihasilkan minyak sawit murni (Processed
Palm Oil/PPO).
3. Pengeringan dan pemecahan biji
Biji sebelum dipecahkan dikeringkan dalam silo
selama 14 jam dengan udara kering 50⁰C; akibat
pengeringan ini menyebabkan inti /kernel akan
mengkerut, shg mudah untuk dipisahkan dari
tempurungnya.
Alat yg digunakan Hydrocyclone Separator yg
dapat memisahkan inti dengan tempurung berdasarkan
perbedaan berat jenisnya. Setelah terlepas dikeringkan
dengan suhu 80 ⁰C, selanjutnya diekstraksi
menghasilkan minyak inti sawit ( Palm Kernel Oil/PKO),
hasil lain berupa bungkil inti sawit (Kernel Oil
Cake/KOC) untuk pakan ternak, dan tempurungnya
untuk pembuatan bahan bakar aktif.

Anda mungkin juga menyukai