Anda di halaman 1dari 93

PERLINDUNGAN HAK ANAK

Oleh :
Iip Saripudin Asput
Kasie Pemenuhan Hak Anak pada DP3APM

1
MUKADIMAH
• Orang yang beradab, orang yang tidak
memaksakan kehendaknya;
• Manusia yang beradab, manusia yang tidak
membedakan manusia dengan status sosial;
• Masyarakat yang beradab, masyarakat yang
tidak mengambil dan merampas hak
masyarakat lainnya;
• Negara yang beradab, negara yang dapat
menjamin, melindungi dan memenuhi hak-
hak warga negaranya.
2
LATAR BELAKANG

 Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak


(KHA) pada tahun 1990 melalui Keputusan
Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Ratifikasi
mengisyaratkan bahwa secara yuridis dan
politis Indonesia terikat atas segala ketentuan
yang ada dalam konvensi tersebut.
 Selain itu Indonesia juga telah memiliki
instrumen hukum yang mengatur ketentuan
mengenai pemenuhan dan perlindungan hak-hak
anak yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak yang telah
diubah dengan UU No.35 Tahun 2014..
KEADAAN GEOGRAFIS
• Kota Bandung secara geografis tersebar di
bagian utara Propinsi Jawa Barat yaitu antara
1070 31` - 1070 54` Bujur Timur dan 60 11` - 60
49` Lintang Selatan, dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
• Sebelah Selatan, berbatasan dengan
Kabupaten Bandung
• Sebelah Barat, berbatasan dengan Kota Cimahi
• Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten
Bandung
• Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten
Bandung
• Secara topografi Kota Bandung terletak pada
ketinggian 791 meter di atas permukaan laut
(dpl), titik tertinggi di daerah Utara dengan
ketinggian 1.050 meter dan terendah di
sebelah Selatan dengan ketinggian 675 meter
di atas permukaan laut.
• Di wilayah Kota Bandung bagian Selatan
sampai lajur lintasan kereta api, permukaan
tanah relatif datar sedangkan di wilayah kota
bagian Utara berbukit-bukit.
CAKUPAN WILAYAH ADMINISTRASI

Kota Bandung, memiliki luas wilayah 167,45


Km , yang terbagi menjadi :
• 30 Kecamatan, yang masing-masing
dikepalai oleh seorang camat.
• 151 Kelurahan, yang masing-masing
dikepalai oleh seorang lurah.
• 1.561 Rukun Warga (RW), yang masing-
masing dipimpin oleh seorang Ketua RW.
• 9.677 Rukun Tetangga (RT), yang masing-
masing dipimpin oleh seorang Ketua RT.
 Jumlah penduduk Kota Bandung berdasarkan
sensus tahun 2013 sebesar 2.392.552
jiwa, lebih dari 49,15% di antaranya perempuan
sebesar Jiwa;

 Jumlah anak sekitar 1/3 dari total penduduk


Mengapa anak perlu mendapat
perhatian ?
• Anak selain sebagai amanah dari Yang Maha
kuasa, juga merupakan Pemilik masa yang akan
datang, sekaligus sebagai generasi penerus
bangsa.

• Anak harus berkualitas agar dapat melanjutkan


pembangunan yang lebih berkualitas

• Koordinasi dan kemitraan antar pemangku


kepentingan terkait pemenuhan hak-hak anak
harus diperkuat agar terintegrasi, holistik dan8
berkelanjutan
APAKAH
KONVENSI HAK
ANAK ITU?
KONVENSI HAK-HAK ANAK
ADALAH:
• sebuah perjanjian yang mengikat
secara yuridis dan politis di antara
berbagai negara yang mengatur hal-
hal yang berhubungan dengan anak.
• kesepakatan untuk menjamin
terpenuhinya kebutuhan dasar anak-
anak
• Berbentuk dokumen yang berisikan
pasal2 yang mengatur mengenai hak
anak
TUJUAN KHA

• Menegakkan prinsip-prinsip pengakuan


atas martabat yang melekat dan hak-hak
yang sama pada anak-anak yang diakui
sebagai seorang manusia, dan
merupakan sebagai landasan bagi
kemerdekaan, keadilan dan perdamaian
LATAR BELAKANG/SEJARAH
MUNCULNYA KHA
• Bermula setelah berakhirnya Perang
Dunia I
• Reaksi atas penderitaan yang timbul
akibat bencana peperangan terutama
yang dialami oleh kaum perempuan dan
anak-anak
• Para aktivis perempuan dalam pawai
protes mereka meminta perhatian publik
atas nasib anak-anak yang menjadi
korban perang
PRINSIP – PRINSIP KHA
KEPENTINGAN TERBAIK ANAK (PS 3)

KELANGSUNGAN HIDUP
DAN TUMBUH KEMBANG (PS 6)

PENGHARGAAN
NON-DISKRIMINASI (PS 2) TERHADAP PENDAPAT
ANAK (PS 12)
PRINSIP – PRINSIP KHA

1. NON DISKRIMINASI:

Semua hak yang diakui dan terkandung


dalam KHA harus diberlakukan kepada
setiap anak tanpa pembedaan apapun
[pasal 2]
2. YANG TERBAIK BAGI ANAK [THE
BEST INTEREST OF THE CHILD]:

Dalam usaha tindakan yang


menyangkut anak yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga kesejahteraan sosial
pemerintah maupun swasta, lembaga
peradilan, lembaga pemerintah, atau
badan legislatif, maka kepentingan
yang terbaik bagi anak harus menjadi
pertimbangan utama [pasal 3]
3. HAK HIDUP, KELANGSUNGAN
HIDUP DAN TUMBUH KEMBANG
[THE RIGHT TO LIVE, SURVIVAL
AND DEVELOPMENT]:

Negara-negara peserta mengakui


bahwa setiap anak memiliki hak
yang melekat atas kehidupan [pasal
6]
4. PENGHARGAAN
TERHADAP PENDAPAT
ANAK [RESPECT FOR THE
VIEWS OF THE CHILD]:

Pendapat anak terutama jika


menyangkut hal-hal yang
mempengaruhi kehidupannya
perlu diperhatikan dalam
setiap pengambilan keputusan
[pasal 12]
Indonesia meratifikasi
(mengikatkan diri pada) KHA
melalui Keputusan Presiden
No.36 Tahun 1990

Konsekuensi :
• KHA harus disosialisasikan sampai
ke anak
• dibuat aturan hukumnya
• dibuat laporan periodik mengenai
implementasinya [5 tahun]

18
Kewajiban Negara dalam
Pemenuhan Hak Anak

To Protect > Kewajiban melindungi hak anak


To Respect > Kewajiban menghormati hak anak
To Fulfil > Kewajiban memenuhi hak anak

Tersusun kebijakan, program, kegiatan dan


anggaran yang peduli anak  salah satu contoh
konkrit  KLA
19
DEFINISI ANAK
DAN PASAL-
Batasan
PASAL TERKAIT
usia Tidak boleh ada
37.a hukuman mati atau
28 wajib
belajar & hukuman seumur
gratis hidup 38
Pasal 1 Tak boleh
Setiap orang yang berusia ada
dibawah 18 th, kecuali rekrutmen
berdasarkan undang-undang
yang berlaku, bagi anak Angkatan
40.3.a ditentukan bahwa usia dewasa Bersenjata
dicapai lebih awal. atau terlibat
dalam
Usia minimum permusuhan
anak dianggap Negara (di bawah usia
tidak memiliki menentukan : 15 thn)
kapasitas 32 BATASAN USIA
pelanggaran MINIMUM boleh
hukum pidana. bekerja (15
(12th) Th/Konvensi ILO)
Pelanggaran KHA oleh NEGARA

1. Commision = sengaja

2. Ommision = tidak peduli

3. Non compliance = tidak memenuhi


kesepakatan

Bila Negara melanggar kesepakatan


 sanksi politis & moral

21
UPAYA
KONKRIT
NEGARA
MENGUNDANGKAN
& Sosialisasi UU-PA
no.23/2002+35/2014
 wujud upaya keras
negara MENGAKUI
dan memenuhi
kewajiban hak-hak
anak
Perlindungan anak
dalam UU Nomor

Perlindungan anak adalah segala


kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya
agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi,
secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi [Pasal 1 ayat 2] 24
PIHAK-PIHAK BERTANGGUNGJAWAB
DALAM PEMENUHAN HAK-HAK ANAK
MASYARAKAT
INTERNASIONAL

PEMERINTAH
PUSAT

PEMERINTAH
LOKAL

MASYARAKAT

KELUARGA

ANAK
Anak = pemegang hak/subjek atas hak
(rights holder). Anak tidak dapat mengklaim
penjelasan gambarhak asasinya
Keluarga  bertanggung jawab memenuhi
kebutuhan anak sbg bentuk pengakuan
terhadap hak-hak anak

Masyarakat = others responsible  membantu


keluarga memenuhi tanggung jawabnya, menjaga
& mengakui hak-hak anak, serta membantu
negara menjalankan kewajiban

Pemerintah = representasi negara sbg pemangku


kewajiban (duty bearer)  peraturan untuk
mengakui hak-hak anak
Masyarakat internasional = Konsekuensi meratifikasi
KHA adalah Indonesia wajib mengirimkan laporan
periodik [5 tahunan] yang melaporkan pelaksanaan
KHA ke komite hak anak PBB  memberikan
rekomendasi untuk ditindaklanjuti
Siapakah yang disebut
dengan “Anak”?

Pasal 1 Konvensi Hak-hak Anak menyebutkan:


Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18
tahun kecuali berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku untuk anak-anak , kedewasaan dapat berlaku
lebih cepat.

Pasal 1 angka 1 UU No.23 tahun 2002 ( UU NO 35


/2014) tentang Perlindungan Anak menyebutkan:
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan

27
Hak-hak Dasar Anak
Hak Hidup
• Makanan yang cukup
• Pelayanan kesehatan

Hak untuk Tumbuh Kembang


• Memperoleh pendidikan
• Akses pada informasi
• Kesempatan untuk bermain

Hak Perlindungan
• Dari kekerasan fisik, seksual, emosional, ekonomi
• Pemisahan secara paksa dari orang tuanya

Hak untuk Berpartisipasi


• Kebebasan untuk mengemukakan pendapat dan sikap
• Berperan dalam kehidupan sosial
28
Perda Penyelenggaran Perlindungan
Anak Kota Bandung

• Bulan Juni 2012, Kota Bandung telah


mengeluarkan Perda No.10 tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak
• Perda ini mengikat komitmen pemerintah kota
dan masyarakat dalam upaya-upaya
perlindungan anak yang berada di Kota
Bandung

29
Asas
(Pasal 2 Perda Penyelenggaran Perlindungan Anak)

• Non diskriminasi;
• Kepentingan yang terbaik bagi anak;
• Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan
perkembangan; dan
• Penghargaan terhadap pendapat anak.
Tujuan perlindungan anak
(Pasal 3 Perda Penyelenggaran Perlindungan Anak)

Penyelenggaraan Perlindungan Anak bertujuan:

• Menjamin pemenuhan hak anak,

• Perlindungan dari kekerasan,


perlakuan salah,
eksploitasi,
penelantaran,

• Secara sistematis, terintegrasi, dan berkesinambungan


Ruang Lingkup
perlindungan anak
(Pasal 4 Perda Penyelenggaran Perlindungan Anak)

Secara umum ruang lingkup perda ini meliputi:

•kekerasan dan
diskriminasi,
•perlakuan salah,
eksploitasi,
•penelantaran anak
• Kaitannya dengan hak anak lain misal hak
pendidikan, adalah bagaimana anak yang
menjadi korban kekerasan atau ekploitasi
bisa terjamin kelangsungan pendidikannya
• Bagaimana anak yang menjadi korban
kekerasan seksual atau penelantaran bisa
mendapat jaminan pelayanan kesehatannya
• Bagaimana anak yang terlantar tetap bisa
mendapatkan akte kelahiran
Sasaran perlindungan anak

• setiap anak. (pasal 7)


• Usia dalam kandungan sampai dibawah
18 tahun (pasal 1)
Pencegahan
(Pasal 4 Perda Penyelenggaran Perlindungan Anak)

• Pencegahan adalah upaya pengembangan


kemampuan dan mekanisme Pemerintah
Daerah dan masyarakat dalam menciptakan
kondisi yang dapat mencegah terjadinya
kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi dan
penelantaran terhadap anak.
HAK DAN KEWAJIBAN ANAK
(pasal 5 dan pasal 6 Perda Penyelenggaraan Perlindungan
Anak)
(1) Setiap Anak memiliki hak yang merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia yang
wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
Pemerintah dan Negara.
(2) Hak-hak anak dimaksud pada ayat (1), meliputi perlindungan untuk hidup, tumbuh
berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari tindak kekerasan terhadap anak,
eksploitasi terhadap anak, dan penelantaran anak

KEWAJIBAN ANAK
a. Menghormati orang tua, wali dan guru;
b. Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi temanl
c. Mencintai Tanah Air, Bangsa dan Negara;
d. Menunaikan Ibadah sesuai dengan ajaran agamanya, dan:
e. Melaksanakan etika dan akhlah yang mulia.
Pengurangan Resiko
(Pasal Perda Penyelenggaran Perlindungan Anak)

• Pengurangan Resiko adalah tindakan dini


terhadap anak dan keluarganya yang berada
dalam situasi rentan atau beresiko mengalami
berbagai bentuk tindak kekerasan, perlakuan
salah, eksploitasi, dan penelantaran.
Penanganan
(Pasal Perda Penyelenggaran Perlindungan Anak)

• Penanganan adalah tindakan yang meliputi


identifikasi, penyelamatan, rehabilitasi dan
reintegrasi terhadap anak yang menjadi
korban tindak kekerasan, perlakuan salah,
eksploitasi, dan atau penelantaran.
Kewajiban Pemerintah
. Daerah
(Pasal 34 Perda Penyelenggaran Perlindungan Anak)
Kewajiban Pemerintah Daerah dalam meliputi:
a. menyusun rencana strategis perlindungan anak jangka pendek,
menengah, dan panjang;
b. pemenuhan hak anak termasuk mencegah, mengurangi resiko, dan
menangani anak yang menjadi korban tindak kekerasan, eksploitasi,
perlakuan salah dan penelantaran anak;
c. mendorong tanggungjawab orangtua, masyarakat, lembaga
pendidikan, dan organisasi kemasyarakatan;
d. melakukan koordinasi dan kerjasama dalam pemenuhan hak anak,
mencegah dan menangani terjadinya tindak kekerasan, eksploitasi,
perlakuan salah danpenelantaran anak;
e. mengoptimalkan peran dan fungsi SKPD yang terkait dalam melakukan
pencegahan, pengurangan resiko kerentanan dan penanganan
pemenuhan hak anak, tindak kekerasan, eksploitasi, dan perlakuan
salah;f.
f. menyediakan sarana dan prasarana; dan
g. melakukan pembinaan, pengawasan, dan evaluasi.
Kewajiban pemkot dalam implementasi
(maksimal 1 tahun setelah perda ditetapkan)

• Membuat rencana strategis perlindungan


anak jangka pendek, menengah dan panjang
(Pasal 34)
• Perwal tentang penanganan kasus
perlindungan anak secara sinergis di kota
Bandung
• Perwal tentang Partisipasi Anak (pasal 32)
• Perwal tentang KLA ----- sudah ada SK gugus
tugas (pasal 39)
Peran serta masyarakat
(pasal 40)
Ayat 1
• Masyarakat berperan serta dalam pemenuhan
hak anak termasuk upaya pencegahan,
pengurangan resiko, dan penanganan anak
korban kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah
dan penelantaran melalui upaya perseorangan
maupun lembaga
Ayat 2
• Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1), diwujudkan
dengan dukungan pemenuhan hak anak termasuk :
a.Memberikan informasi dan atau melaporkan setiap situasi
kerentanan dan kekerasan yang diketahuinya.
b.Memfasilitasi atau melakukan kegiatan pencegahan dan
pengurangan resiko
c. Memberikan layanan perlindungan bagi anak yang menjadi korban.
d. Membantu advokasi terhadap korban dan atau masyarakat ttg
penanganan kasus kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan
penelantaran anak;
e. Membantu proses pemulangan, rehabilitasi sosial dan reintegrasi
sosial
f. Dukungan dalam proses pemenuhan hak anak lainnya.
LANJUTAN
PERAN SERTA MASYARAKAT

• Pasal 41
Masyarakat berperan serta terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal (16 ayat 1) :
a. Perseorangan
b. Keluarga
c. Lembaga organisasi sosial kemasyarakatan
d. LSM
e. Organisasi Profesi; dan
f. Badan Usaha
Sanksi
(pasal 44)

• Setiap orang melakukan kekerasan,


eksploitasi, perlakuan salah dan
penelantaran terhadap anak dikenakan
sanksi pidana sesuai ketentuan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
PENGERTIAN PERLINDUNGAN ANAK
MENURUT UU NOMOR 23 TAHUN 2002 yang
telah direvisi menjadi UU RI NOMOR 35
TAHUN 2014

“Perlindungan Anak” adalah segala kegiatan untuk


menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi,
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
 KEKERASAN FISIK ADALAH: PERBUATAN YANG
MENGAKOBATKAN RASA SAKIT, JATUH SAKIT, ATAU
LUKA BERAT
 KEKERASAN PSIKIS ADALAH: PERBUATAN YANG
MENGAKIBATKAN KETAKUTAN, HILANGNYA RASA
PERCAYA DIRI, DAN HILANGNYA KEMAMPUAN UNTUK
BERTINDAK, RASA TIDAK BERDAYA, DAN ATAU
PENDERITAAN PSIKIS BERAT PADA ANAK
 KEKERASAN SEKSUAL ADALAH: TINDAKAN SEKSUAL
YANG DILAKUKAN PADA ANAK PEMAKSAAN HUBUNGAN
SEKSUAL DALAM BERBAGAI BENTUK
 PENELANTARAN ADALAH: SETIAP TINDAKAN SENGAJA
ATAU TIDAK SENGAJA YANG MENGAKIBATKAN TIDAK
TEPENUHI KEBUTUHAN DASAR ANAK UNTUK TUMBUH
KEMBANG BAIK SECARA FISIK, INTELEKTUAL,
EMOSIONAL DAN SPRITUAL.
• Perlindungan Anak adalah setiap upaya yang
dilakukan untuk mencegah dan menangani
terjadinya segala bentuk tindak kekerasan,
eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah

47
Mencegah Menangani

Eksploitasi
Penelantaran
Kekerasan

Perlakuan
Salah
48
1. Kekerasan terhadap anak

adalah setiap perbuatan terhadap


anak yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, psikis dan seksual

49
Jenis Kekerasan

? Menampar

Memukul
? Kekerasan
Fisik Memukul
dengan alat
Menyulut
dengan rokok
Menyetrika
Menyiram dengan
air panas
50
?
Berhubungan seksual
dengan anak

Memperlihatkan
? Kekerasan
alat kelamin

Seksual
Memperdengarkan
cerita porno
Mencabuli anak
Membuat film/gambar
Porno dgn objek anak 51
? ?
Mengejek

Meludahi Memaki
Kekerasan
Emosional
Menganggap anak
tidak berharga
Menghina
Sengaja menimbulkan
rasa bersalah berlebihan
pada anak
52
JENIS TINDAK KEKERASAN
TERHADAP ANAK

FISIK PSIKIS SEKSUAL EKSPLOITASI AKIBAT


EKONOMI TRADISI/ADAT
Memukul Memaki Memperkosa Mks jd pemulung Dinikahkan
diusia dini
Mencubit Membentak Mensodomi Mks jd Anjal
Menjewer Mengancam Meraba klm Mks jd Pengemis
Menampar Menghina Meremas pyd Mks jd Pekerja
Menendang Membodohi Memaksa Oral dsb
Menjambak dsb Eksploitasi
Seksual (ESA)
Mencakar
Melempar
dsb
Dimanakah Kekerasan Seksual
Terhadap Anak Terjadi?

Kekerasan seksual terhadap anak terjadi di semua


tempat, termasuk:
1. Di rumah, rumah singgah,panti asuhan, tempat
pengasuhan atau tempat penitipan anak
2. Di sekolah atau pesantren
3. Di jalan
4. Di tempat kerja
5. Di ruang publik: kendaraan umum, terminal,
taman, tempat rekreasi, dll
Status Pelaku
 Ayah  Guru  Germo
kandung (Sekolah)  Majikan
 Ayah tiri  Teman orang  Gerombolan
tua pelajar
 Ibu kandung  Mucikari
 Ibu tiri  Kerabat  Guru ngaji
 Kakak ipar  Geng motor  Dukun
 Orang asing  Kepsek  Rumah sakit
Paman  Senior
 Pacar
 Baru dikenal  Pelatih judo
 Tetangga  Tidak
 Teman  Pelajar diketahui
 Baby sitter
 Fakta kekerasan anak memperlihatkan bahwa
dari 1026 responden anak (SD/MI, SMP/MTs
dan SMA/MA) yang berhasil ditemui dan
memberikan pengakuannya, tercatat:
 91% responden anak mengaku masih
mendapatkan perlakuan tindak kekerasan di
keluarga.
 87,6% responden anak mengaku mengalami
tindak kekerasan di lingkungan sekolah
 17,9% responden anak yang pernah
mengalami bentuk perlakuan kekerasan di
masyarakat.
Hasil Riset KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia
 Teridentifikasi 14 jenis perilaku kekerasan yang dialami anak
dalam lingkungan keluarga yakni menjewer, mencubit,
menendang, memukul dengan tangan, memukul dengan benda,
menghukum hingga jatuh sakit, melukai dengan benda
berbahaya, kekerasan fisik, membandingkan dengan saudara,
membentak dengan suara keras, menghina di hadapan teman
atau orang lain, menyebut “bodoh”, “pemalas”, “nakal”,
mencap dengan sebutan jelek/jahat, kekerasan psikis lainnya.
 Pelaku kekerasan terhadap anak dalam lingkungan keluarga
adalah orang-orang terdekat anak, yakni ayah, ibu, saudara,
dan 51,1% ibu terlibat menjadi pelaku kekerasan dalam bentuk
mencubit anak, 48,1% ayah melakukan kekerasan dalam
bentuk membentak anak dengan suara keras/kasar, 16,4%
saudara melakukan kekerasan dengan cara memukul dengan
tangan.
Hasil Riset KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia
 Teridentifikasi 4 jenis perilaku kekerasan dominan
yang dialami anak dalam lingkungan pendidikan
yakni menjewer, mencubit, membentak dengan
suara keras, menghina di hadapan teman atau orang
lain.
 Pelaku kekerasan terhadap anak dalam lingkungan
pendidikan adalah adalah guru, teman sekelas dan
teman lain kelas, ditemukan fakta, 31,8% guru
pernah menjewer anak, 49,1% teman sekelas pernah
mencubit anak, dan 20,7% teman lain kelas
menghina anak dihadapan teman lainnya.
 Kasus JIS: Awal April 2014, Anak usia dini/TK
menjadi korban kekerasan seksual oleh petugas
cleaning service di sekolah internasional.
 Kasus Sukabumi: Awal Mei 2014, 110 anak menjadi
korban sodomi yang dilakukan oleh 1 orang pelaku.
 Kasus Cirebon: Anak usia 9 tahun menjadi pelaku
kejahatan seksual.
 Kasus Emon Tegal dengan korban lebih dari 100
anak, Mei 2014
 Kejahatan seksual guru perempuan kepada murid
laki-laki (3,5 tahun) di TK Internasional di Jakarta
Utara (Mei 2014)
 Kasus anak kelas 1 SD “menganiaya” temannya
hingga meninggal, Makassar, April 2014
 Kasus Renggo yang meninggal terindikasi
mengalami kekerasan di sekolah oleh
temannya, Jakarta Timur, Mei 2014
 Kasus guru menggigit hidung muridnya, Kudus
Jawa Tengah, April 2014
 Kasus murid dicubit 34 teman sekolahnya atas
instruksi guru karena terlambat, Bandung,
Maret 2014
 Kasus murid dihukum makan cabe di Sekolah
Swasta Jakarta, Maret 2014
 Di Jakarta Timur Akhir Oktober 2013, bayi 9 bulan
meninggal karena diperkosa dan disodomi
pamannya. Vaginanya robek hingga menembus
rahim dan anusnya melebar.
 Di Jambi Februari 2013, bayi 9 bulan diperkosa
tetangga (18 th) yang sudah beristri, kemaluannya
sampai berdarah.
 ECPAT terjadi kenaikan 450 % kejahatan seksual
online selama 4 tahun. Hingga 2012 jumlah kasus
18.000 kasus.
 KPAI tahun 2014 bahwa 90 % anak pelaku tindak
pidana kekerasan seksual di Lapas Anak Nusa
Tenggara Timur mengaku terbiasa melihat konten
pornografi.
RINCIAN TABEL DATA
KASUS PENGADUAN ANAK BERDASARKAN KLASTER PERLINDUNGAN ANAK
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
TAHUN 2011 - 2014

TAHUN
NO KLASTER / BIDANG JUMLAH
2011 2012 2013 2014
1 Sosial dan Anak Dalam Situasi Darurat 92 79 246 87 504
2 Keluarga dan Pengasuhan Alternatif 416 633 931 452 2432
3 Agama dan Budaya 83 204 214 59 560
4 Hak Sipil dan Partisipasi 37 42 75 47 205
5 Kesehatan dan Napza 221 261 438 216 1136
6 Pendidikan 276 522 371 249 1480
7 Pornografi dan Cyber Crime 338 175 247 196 806
8 ABH dan Kekerasan 188 530 420 432 1511
a Kekerasan Fisik 129 110 291 142 669
b Kekerasan Psikis 49 27 127 41 244
Kekerasan Seksual (Pemerkosaan,
c 329 746 590 621 2286
Sodomi, Pencabulan, Pedofilia)
9 Trafficking dan Eksploitasi 160 173 184 93 610
10 Lain-Lain 10 10 173 78 271
TOTAL 2178 3512 4311 2713 12714
Keterangan Data : Januari 2011 – Agustus 2014

Sumber Data :
1. Pengaduan Langsung, Surat, Telp, Email
2. Pemantauan Media (Cetak, Online, Elektronik)
3. Hasil Investigasi Kasus
4. Data Lembaga Mitra KPAI Se-Indonesia

Komisi Perlindungan Anak Indonesia


Bidang Data Informasi dan Pengaduan 2014
RINCIAN TABEL DATA
KASUS PENGADUAN ANAK BERDASARKAN KLASTER PERLINDUNGAN ANAK
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
TAHUN 2011 - 2014
TAHUN
NO KLASTER / BIDANG JUMLAH
2011 2012 2013 2014
6 Pendidikan
a Tawuran Pelajar 20 71 52 36 179
b Diskiminasi Pendidikan / Intimidasi 69 53 41 32 195
c Sarana & Prasarana Sekolah Kurang 50 66 60 41 217
d Bulliying (Kekerasan di Sekolah) 61 130 91 87 369
e Anak Membolos Sekolah 5 8 14 5 32
f Anak Putus Sekolah (Drop Out) 11 21 15 12 59
g Tidak Lulus Ujian Nasional (UN) 58 103 5 2 168
Anak Korban Kebijakan (Pungli di Sekolah,
h Penyegelan Sekolah, Tidak Boleh Ikut Ujian, 60 63 56 23 202
dsb)
Media Pembelajaran / Buku Pelajaran Yang
i 4 7 37 11 59
Tidak Mendidik
TOTAL 338 522 371 249 1480
Keterangan Data : Januari 2011 - Agustus 2014

Sumber Data :
1. Pengaduan Langsung, Surat, Telp, Email
2. Pemantauan Media (Cetak, Online, Elektronik)
3. Hasil Investigasi Kasus
4. Data Lembaga Mitra KPAI Se-Indonesia

Komisi Perlindungan Anak Indonesia


Bidang Data Informasi dan Pengaduan 2014
RINCIAN TABEL DATA
KASUS PENGADUAN ANAK BERDASARKAN KLASTER PERLINDUNGAN ANAK
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
TAHUN 2011 - 2014
TAHUN
NO KLASTER / BIDANG JUMLAH
2011 2012 2013 2014
8 ABH dan Kekerasan
a Kekerasan Fisik 126 110 291 142 669
b Kekerasan Psikis 49 27 127 41 244
Kekerasan Seksual (Pemerkosaan, Sodomi,
c 329 746 590 621 2286
Pencabulan, Pedofilia)
d Pembunuhan 50 132 127 168 477
e Pencurian 15 118 92 89 314
f Penculikan 32 75 68 48 223
g Kecelakaan Lalu Lintas 14 161 97 76 348
h Bunuh Diri 12 35 17 23 87
i Aborsi 6 9 19 28 62
j Kepemilikan Senjata Tajam 0 25 45 55 125
k Penganiayaan / Pengeroyokan / Perkelahian 61 32 22 74 189
TOTAL 633 1413 1428 1236 4710
Keterangan Data : Januari 2011 - Agustus 2014

Sumber Data :
1. Pengaduan Langsung, Surat, Telp, Email
2. Pemantauan Media (Cetak, Online, Elektronik)
3. Hasil Investigasi Kasus
4. Data Lembaga Mitra KPAI Se-Indonesia

Komisi Perlindungan Anak Indonesia


Bidang Data Informasi dan Pengaduan 2014
1. Orang tua mengalami perlakuan salah atau trauma
pada masa anak-anak.
2. Orang tua yang agresif dan emosional.
3. Orang tua tunggal.
4. Pernikahan dini dan belum siap secara emosional
dan ekonomi.
5. Sering terjadi KDRT.
6. Kemiskinan dan tidak mempunyai pekerjaan.
7. Jumlah anak banyak dan keluarga besar.
8. Adanya konflik dengan hukum.
9. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.

Hasil Minotoring dan Telaah KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia
1. Orang tua tidak mempunyai konsep pola asuh
2. Kondisi lingkungan pakumis (padat, kumuh
dan miskin)
3. Lingkungan baru dan tidak mendapat
dukungan dari keluarga serta teman-
temannya.
4. Pemenuhan kebutuhan tidak hanya fisik
tetapi psikis
5. Ada kasih sayang perhatian yang hilang pada
masa golden age
6. Pola komunikasi yang satu arah
7. Pemenuhan kebutuhan tidak seimbang
8. Keluarga broken home, TKW
9. Profil pelaku cybercrime: ada masa
attachment dengan orang dekat yang hilang
• Sistem dan peraturan sekolah tidak memiliki
perspektif perlindungan anak: metode pengajaran
yang lebih banyak ceramah
• Guru dan penyelenggara sekolah belum memiliki
paradigma tentang perlindungan anak, guru lebih
banyak mengajar daripada mendidik
• Guru belum memahami UU Perlindungan Anak
 Punishment lebih sering dari reward; Menghukum
dianggap wajar untuk membuat jera, tapi anak
tidak pernah jera, justru menjadi labelling ke
anak; Menghukum sebaiknya dalam kerangka
membangun kesadaran, bukan menakut-nakuti.
• Siswa tidak dibekali pengetahuan tentang
Perlindungan Anak
• Siswa yang melakukan pelanggaran, bullying dan
kekerasan karena dipicu oleh permasalahan yang
dibawa dari rumah.
• Sistem BK di sekolah masih bersifat penanganan
terhadap anak yang bermasalah, seharusnya BK
juga bekerja untuk pencegahan dari awal dan
memetakan permasalahan setiap anak, sehingga
sekolah mengetahui bagaimana riwayat keluarga
dan perilaku masing-masing siswa.
• Perspektif “pintar” dengan kognisi
• Anak didik masih menjadi objek pendidikan, belum
menjadi subjek pendidikan
1. Orangtua tidak memiliki konsep pengasuhan
2. Kurang mendapat ”kasih sayang” psikis dan
psikologi di rumah
3. Anak tidak menemukan jati diri di rumah
sehingga mencari pengakuan di luar rumah.
4. Ingin diakui sebagai anggota kelompok
5. Waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan
baik.
6. Masyarakat acuh tak acuh dan kurang sensitif
pada kewaspadaan komunitas
Kekerasan anak secara seksual, dapat
berupa perlakuan pra kontak seksual
antara anak dengan orang yang lebih
besar (melalui kata, sentuhan, gambar
visual, exhibitionism), maupun
perlakuan kontak seksual secara
langsung antara anak dengan orang
dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi
seksual)
 Paparan pornografi menjadi pemicu
kuat tindakan kejahatan seksual
 87% anak mengakses situs porno secara
tidak sengaja
 53% mengakses di rumah sendiri
 Penggunaan akses internet tanpa filter
 Kominfo dan Bareskrim Polri sendiri
kesulitan mengakses situs-situs
pembobol
 Di email, facebook, twitter
FAKTA TENTANG ANAK MENGAKSES
PORNOGRAFI
 Survey Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi
(MTP) terhadap 1.178 siswa SMA di DKI Jakarta
pada tahun 2006 menunjukkan bahwa para
pelajar yang mengakses pornografi disebabkan
karena dua hal; dorongan dari teman sebaya
dan media pornografi yang bebas.
 Temuan gerakan Jangan Bugil Depan Kamera
(JBDK) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa di
internet mendekati 700 video porno amatir yang
dibuat dengan menggunakan handycam dan
kamera digital lainnya, dengan 90% di antaranya
dibuat oleh pelajar dan mahasiswa.
 (Data Masyarakat Tolak Pornografi)
 Kekerasan seksual meningkat akibat dari
menonton pornografi
 Korban dan pelaku adalah anak-anak
 Addictive: Membuat orang kecanduan,
perpustakaan pornografi, pelanggan abadi,
 Escalation: Meminta lebih
 Desensitization: Tidak sensitif terhadap
kejahatan seksual
 Act out: butuh pelampiasan

Cline: 1986 (Psikolog Amerika yang meneliti Bahaya


Pornografi)
 Tontonan kita tidak ramah anak, tidak
sesuai dengan usia anak baik anak yang
memerankan, content cerita, maupun
visualisasi
 Kekerasan yang ada di film menjadi
lumrah, biasa, dan wajar jika ditiru
 Game online mengandung kekerasan dan
pornografi
TERWUJUDNYA 1. Aspek Hukum
KABUPATEN LAYAK 2. Kelembagaan
3. Pelaku Kegiatan
ANAK
4. Metode & teknik
5. Moneva

TERWUJUDNYA
PERLINDUNGAN
ANAK DLM SEMUA
ASPEK KEHIDUPAN

KESADARAN TERWUJUDNYA
MASYARAKAT & GENERASI EMAS
PENURUNAN RESIKO INDONESIA
 Penguatan Ketahanan Keluarga dan Fungsi
Keluarga ( Pendidikan PraNikah &Parenting)
 Menciptakan Lingkungan Ramah Anak
 Gerakan Masif Perlindungan Anak ( Satgas
Perlindungan Anak)
 Terbitnya Payung Hukum dan Implementasi
 Tercipatnya Pilar Partisipasi Masyarakat
Perlindungan Anak yang Terintegratif
 Menciptakan wadah kegiatan positif utk Anak
 Membangun kepercayaan diri anak dan
menyalurkan sesuai bakat minatnya
 Wujudkan Kabupaten/Kota Layak Anak
 Sekolah Keluarga
 Penguatan Ekonomi Keluarga
 Sistem Kontrol & Kebijakan yang tepat
terhadap Media
 Memaksimalkan Keluarga, Sekolah dan
Lingkungan – Peranan Guru BP/BK
 Kemitraan Pemerintah dengan Penggiat
Perlindungan Anak
 Orang tua dan Guru memahami potensi anak
sehingga anak terpenuhi haknya
PENGOBATAN DAN 1. Layanan Medis
LAYANAN KESEHATAN 2. Pemerikasaan
Medikolegal
(KURATIF)
3. Layanan Psikosial
4. Rujukan

PENANGANAN
KORBAN

REHABILITASI SOSIAL,
PEMULANGAN, PENEGAKAN HUKUM
REINTEGRASI SOSIAL
Dilema, antara tabu dan kriminal
Dilaporkan
Menyembunyikan identitas korban
Disembuhkan secara integratif
sehingga tidak berpotensi menjadi
pelaku lain
 Orang tua tetap mendampingi
 Memperbaiki pola komunikasi dan
pengasuhan
 Menciptakan lingkungan yang ramah untuk
anak
 Mendampingi proses pemulihan psikologis
 Mendampingi proses reintegrasi di
masyarakat sekolah
 Membangun kepercayaan diri anak dan
menyalurkan bakat minatnya
DAMPAK TINDAK KEKERASAN
PADA ANAK
FISIK PSIKIS SEKSUAL EKSPLOITASI AKIBAT
EKONOMI TRADISI/ADAT

Meninggal Trauma KTD Kehilangan masa Nikah muda


kanak kanak
Trauma Rendah diri Trauma Putus sekolah KTD
Cacat Penakut Perilaku seks Kesehatan Resiko
menyimpang terganggu terganggu
kespronya
Luka/Cedera Merasa Kehilangan Putus sekolah
Bodoh ms kanak
kanak
Bandel Putus sekolah Janda muda
(cerai)
Resiko Kespro Resiko KDRT
terganggu
Tertular
Penyakit
Kelamin
2. Eksploitasi Anak
Adalah setiap penglibatan anak secara sengaja
dalam kegiatan-kegiatan yang dapat
merugikan kesejahteraan dan tumbuh-
kembang anak atau membahayakan
keselamatan anak untuk tujuan membuat
orang lain dapat memperoleh manfaat
ekonomi, seksual, sosial, atau juga politik

84
? Buruh Anak

Eksploitasi

? Anak yang
dilacurkan
Anak jalanan

85
3. Penelantaran Anak
adalah setiap tindakan pengabaian
pemenuhan kebutuhan dasar, pengasuhan,
perawatan, dan pemeliharaan sehingga
mengganggu atau menghambat tumbuh-
kembang anak, termasuk membiarkan anak
dalam situasi bahaya.

86
• Kebutuhan
dasar
Tumbuh
• Pengasuhan Diabaikan
Kembang
• Perawatan
• pemeliharaan

87
4. Perlakuan Salah
adalah setiap tindakan terhadap anak,
termasuk menempatkan anak dalam situasi
yang dapat menyebabkan dampak buruk
terhadap kesejahteraan, keselamatan,
martabat dan perkembangan anak

88
Permasalahan Anak di
Kota Bandung
1. Anak di Luar Asuhan Orangtua;
2. Anak Dalam Situasi Darurat Akibat Bencana;
3. Anak yang Berkonflik dengan Hukum;
4. Anak Korban Kekerasan, baik Fisik atau Mental;
5. Anak Korban Perlakuan salah dan Penelantaran;
6. Anak yang Hidup/Bekerja di Jalan;
7. Anak Korban Eksploitasi Seksual;
8. Pekerja Rumah Tangga Anak;
9. Anak yang menjadi Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang;
10. Anak yang Menjadi Korban Penyalahgunaan Narkotika, Alkohol,
Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya (NAPZA);
11. Anak yang terlibat dalam pekerjaan yang sifat atau keadaan tempat
pekerjaan itu dilakukan dapat membahayakan kesehatan,
keselamatan, atau moral anak
89
• Hak Pendidikan perda pendidikan
• Kesehatan perda kesehatan
• Anak difabel perda penyandang cacat
• Ruang bermain (seharusnya) perda tata
ruang kota (RTRW)
• Akte kelahiran perda kependudukan
• Dan hak anak lainnya

90
• Kaitannya dengan hak anak lain misal hak
pendidikan, adalah bagaimana anak yang
menjadi korban kekerasan atau ekploitasi
bisa terjamin kelangsungan pendidikannya
• Bagaimana anak yang menjadi korban
kekerasan seksual atau penelantaran bisa
mendapat jaminan pelayanan kesehatannya
• Bagaimana anak yang terlantar tetap bisa
mendapatkan akte kelahiran
91
Ruang Lingkup Perda

PENCEGAHAN Universal

PENGURANGAN
Bersasaran
RESIKO

Perseorangan

92
Terima Kasih

93

Anda mungkin juga menyukai