Anda di halaman 1dari 57

PARA

Hevea brasilliensis, M.A.


(penghasil latek/karet)
IKLIM DAN TANAH
1. Menghendaki daerah yg hujannya tdk kurang
dari 1.500 – 2.000 mm/th. Hujan tsb terbagi rata
dalam setahun, ttp yg terbaik CH 2.500 – 4.000
mm/th dengan hari hujan 100 – 150 dan cukup
banyak sinar matahari
2. Di Indonesia tumbuh baikpada 6 – 600 m dpl,
kadang-kadang sampai 700 m dpl. Tumbuh
optimum pada 200 m dpl. Makn tinggi makin
lambat pertumbuhannya. Tiap naik 100 m
penyadapan akan mundur kira-kira setengah
tahun
3.Tan para dpt tumbuh pada berbagai jenis
tanah, walaupun kurang baik untuk tan
lain, asalkan tdk bercadas dan tergenang
air.

Beberapa klon yg digunakan :


GT : godang tapen
WR : wangunreja
PPN : perusahaan perkebunan negara
PR : proefstation
AV : avros
LCB : land caoutchuc bedrijf
RRIM: rubber research institute of malaya
RRIC : rubber research institute of ceylon
PB : prang besar
CIR : ciranji
GYT : goodyear type
PENGERTIAN ISTILAH
1. Klon (cloon, clone): tanaman atau bahan
tanaman yg berasal dari perbanyakan
vegetatif
2. Semaian (zaailing, seedling): tanaman
semaian berasal dari perbanyakan generatif
3. Stump pendek (tunggul pendek): bibit yg
dipotong rendah (pendek), panjang batang
15 – 20 cm
4. Stump tinggi (tunggul tinggi) : bibit yg dipotong
tinggi, panjang batang ± 3 m
5. Okulasi tunggul pendek (okulasi mata tidur) :
bahan tanaman/bibit stump pendek dengan
tempelan yg mana mata tunas belum tumbuh
atau sedang mulai tumbuh
6. Okulasi tunggul tinggi : bahan tanaman/bibit yg
mana mata tunas okulasi telah tumbuh menjadi
batang dan dipotong pada ketinggian ± 3 m dari
batas pertautan okulasi. Umumnya batang atas
tersebut sudah berumur 2 – 3 tahun dan pada
tinggi tsb kulit batang berwarna coklat
7. Green budding: penempelan dilakukan pada
waktu batang bawah maupun batang atas
(tempelan) masih berwarna hijau (umur 5-6
bulan). Brown budding (okulasi coklat, 9-10 bl)
8. Okulasi tajuk: penempelan pada batang
atas/pohon pada pada ketinggian ± 3 m, dng
tujuan untuk mendapatkan tajuk yg lebih tahan
thd penyakit
9. Batang entres (kayu entres): batang tan yg
diambil/dipotong dari pohon entres (kebun
entres), pada batang tsb terdapat mata tunas yg
akan diambil untuk penempelan
10. Kayu okulasi dahan: batang tan yg diambil
dari cabang ortotrop dari pohon yg sudah
menghasilkan, pada batang ini terdapat mata
tunas yg dpt dipakai utk keperluan
penempelan
11. GT1 / LCB 1320 ill: batang atas GT1 dan
batang bawah LCB 1320 illegitim
12. FX 25 // GT 1 / LCB 1320 prop: tajuknya FX
25, batang atasnya GT 1 dan batang bawahnya
LCB 1320 propelegitim
13. New planting: penanaman baru, yaitu yg
sebelumnya tdk ada tan yg diusahakan pd tempat
tsb
14. Replanting: menanam dng jenis yg sama dng
jenis tan semula
15. Conversi: tan semula dibongkar diganti tan lain
16. Rejuvenasi: tan tua tdk dibongkar tetapi
batangnya dipotong rendah dng maksud agar
tumbuh tunas baru dan akan menjdi pohon yg
muda
PEMBIBITAN
Keberhasilan atau kegagalan dalam
membangun suatu kebun tanaman para
sangat tergantung pada mutu bibit yg akan
ditanam. Oleh krn itu pengadaan bibit yg
prima mrp syarat mutlak yg hrs dipenuhi, shg
diperoleh tan yg homogen dan matang sadap
yg tepat waktu. Dengan demikian diperlukan
batang bawah yg telah diseleksi dng ketat dan
batang bawah dari kebun entres yg
dianjurkan.
Batang bawah perlu disediakan biji dari
klon anjuran yg diambil dari areal yg telah
teruji kemurniannya dan telah ditetapkan oleh
tim Sertifikasi Bahan Tanaman Para atau
kebun benih, shg diperoleh tanaman para yg
klonal, jagur dengan potensi produksi yg
tinggi.
Klon anjuran untuk batang bawah: GT 1,
LCB 1320, BPM 1 dan BPM 24, yg memiliki
kesesuaian yg tinggi LCB 1320.
Biji para sangat cepat menurun daya
kecambahnya selama dalam penyimpanan,akibat
berkurangnya kadar air, oleh sebab itu
diperlukan:
1. Usaha meningkatkan potensi produksi biji para
pada kebun-kebun sumber biji
2. Memperlancar dan mempercepat proses
pengangkutan biji dari areal sumber biji ke lokasi
penerima
3. Secara teratur dan tertib melakukan
pengumpulan biji setiap hari pada saat musim
biji agar diperoleh biji-biji yg segar dan baik
mutunya.
Memilih biji yg baik
1. Jika dibelah berwarna putih sampai putih
kekuningan dan jika belahan biji sudah
berwarna kekuningan, berminyak, kuning
kecoklatan sampai hitam dan atau keriput
tidak baik.
2. Jika biji dijatuhkan pada ketinggian 70 – 100
cm dalam kotak dng ukuran 40 cmx 40 cm x
40 cm dpt melenting keluar
3. Jika biji direndam 24 – 48 jam, biji yg
tenggelam baik untuk benih
Perkecambahan benih
Setelah bedeng perkecambahan disiapkan,
dilakukan penanaman biji sbb.
1. Biji dibenamkan pada bedeng dng posisi bagian
perut menghadap ke bawah dan punggungnya
terlihat di permukaan pasir
2. Jarak antara biji ± 1 cm
3 Penyiraman dilakukan 2x sehari, pagi dan sore
4. Biji akan berkecambah sejak hari ke 3 setelah biji
ditanam, biji yg berkecambah sampai hari ke 14
dipilih.
PEMBIBITAN LAPANGAN (FIELD
NURSERY)
Pembibitan ini merupakan usaha lanjutan untuk memperoleh bahan
tan yg baik setelah pengecambahan.
Persyaratan pembibitan lapangan:
1. Areal pembibitan lapangan dipilih yg datar
2. Tanahnya subur, kadar BO tinggi, berhumus, bukan bekas hiaten
akibat serangan jamur akar putih
3. dekat dengan lokasi penanaman, shg ada efisiensi tenaga dan
transportasi bibit
4. Dekat sumber air untuk penyiraman
5. Tidak terlalu dekat dengan tanaman menghasilkan
6. Tidak dekat dng hutan, untuk menghindari gangguan hewan liar
7. Lokasi pembibitan dipakai maksimal 2 x tanam, hasil bibit dari eks
pembibitan 2x kualitasnya kurang baik.
TRANSPLANTING BIJI BERKECAMBAH
1. Biji yg telah berkecambah segera dipindahkan ke
pembibitan lapangan (saat keluarnya ujung akar
(stadia mlentis/bintang)
2. Cara memindahkan dengan cara mencungkil biji
berkecambah menggunakan solet, hati-hati agar calon
akar tdk terluka, kmd dimasukkan ke dalm ember
plastik yg berisi air dan di angkut ke pembibitan
lapangan
3. Penanaman dengan cara menggemburkan tanh di
sekitar ajir, kmd dibuat lubang kecil untuk tempat
akar, kmd ditanam dng menutup seluruh bagian biji
dan tanah di sekitar biji ditekan secukupnya.
PEMELIHARAAN PEMBIBITAN
LAPANGAN
1. Penyiraman, dilakukan 2 x sehari, pagi dan sore
2. Penyiangan rumput/gulma
3. Mulching untuk menjaga kelembaban tanah dan
menekan pertumbuhan gulma, dengan cara
menutup dng jerami yg dihamparkan dalam barisan
tanaman setebal 5 – 10 cm
4. Pemupukan
5. Pengendalian hama penyakit: a) untuk rayap dan
nematoda, dng nematisida Furadan 3 G, b) penyakit
daun dengan Dithane M-45 0,2 %
Penyambungan/Okulasi
a.Macam okulasi: a) green budding (okulasi
hijau) dilakukan pada bibit umur 3 – 6 bulan,
b) brown budding (okulasi coklat) dilakukan
pada bibit umur 9 – 10 bulan. Sehubungan
dengan tersediannya biji di kebun jateng pada
bulan Maret/April, maka penananam bibit ke
polybag tepat waktu dan dapat tersedia bibit
siap salur 2 – 3 payung okulasi menggunakan
brown budding.
b. Cara okulasi:
1. Pembuatan jendela pada batang bawah dng cara
mengiris kulit sampai batas kayu dari arah
bawah ke arah atas. Tinggi sisi kanan dan kiri
jendela teratas 10 cm dari tanah, dan tinggi sisi
kanan kiri jendela terbawah 4 cm dari tanah.
2. Mangambil mata okulasi dari kayu entres yg
dilakukan dng cara membuat jendela pada
batang bawah. Mata okulasi yg diambil
adalahmata okulasi yg dapat dipergunakan
(mata okulasi hidup).Kayu entres harus
diletakkan pada batang pisang supaya mata
okulasi tidak rusak.
c. Waktu/saat okulasi, 06.00 – 10.00 dan 15.00 –
17.00
d. Jenis-jenis mata okulasi
a) Mata sisik, terdapat di ujung internodia,
pertumbuhan paling lambat (kurang baik
hasilnya)
b) Mata prima, adalah mata tunas yg
berada/terletak di ketiak daun, letaknya di
bagian tengah internodia, jumlahnya tiap meter
kayu entres 15 – 20 mata okulasi.
c) Mata palsu, tidak pada ketiak daun, berada di
bagian bawah internodia, 2 – 3 mata, mata ini
tdk akan tumbuh.l
Pemeriksaan hasil okulasi:
1. Pemeriksaan pertama 2 – 3 minggu setelah
okulasi, dengan membuka plastik pengikat,
jika hijau masih hidup dan jika coklat
kehitaman mati.
2. Pemerikasaan kedua 2 minggu setelah
pemeriksaan pertama
3. Pemeriksaan ketiga 1 – 2 minggu setelah
pemeriksaan kedua.
Penyerongan/pemotongan bibit
Setelah pemeriksaan okulasi yg terakhir, maka 2 – 4
minggu sebelum dipindah ke polybag, dilakukan
penyerongan setinggi kira-kira 5 cm di atas jendela
okulasi. Luka bekas penyerongan diolesi dengan
parafin.
Dongkel bibit
Setelah diserong, 2 – 4 minggu kemudian mata
okulasi mulai bengkak/mlentis. Saat yg terbaik untuk
memindahkan bibit ke dalam poybag dalam stadia
mlentis, sebab kalau sudah tumbuh tunasnya akan
terjadi resiko kerusakan dalam pengangkutan maupun
kematian dalam penanaman di polybag. Pengambilan
bibit samapi ke ujung akar tunggangnya, kmd akar
tunggangnya dipotong menyerong minimal 40 – 45 dari
leher akar.
PEMBIBITAN POLYBAG
1. Keuntungan menggunakan bibit polybag:
a. Bahan tanam yg dihasilkan akan homogen dan persentase
sulaman sangat kecil
b. Pembiakan akarnya lebih sempurna dan dapat
dipindahkan di lapangan secara utuh
c. Bibit yg dipindahkan ke lapangan benar-benar tanaman yg
tumbuh dengan baik karena berasal dari seleksi yg ketat
d. Pengelompokkan bibit atas dasar klon di lapangan lebih
mudah di atur
e. Penananaman di lapangan dpt dilakukan lebih awal
walaupun belum banyak hujan (minimal 100 mm) dan
perawatan selanjutnya relatif lebih mudah karena kondisi
tanaman cukup sehat
Penyusunan polybag, polybag ditempatkan
dalam parit dng ukuran lebar 40 cm dan
kedalaman 15 cm. Arah Utara – Selatan dan
mata okulasi dihadapkan ke Timur dan Barat
untuk memudahkan pemeliharaan.
PENANAMAN
1. Jarak tanam
a. Jarak segitiga (a=b=c)
b. Jarak bujur sangkar (a=b)
c. Jarak segi empat panjang (a>b, a/b mak 1,5)
d. Jarak pagar (a/b = 5 – 12)
e. Jarak pagar ganda.
Jarak tanam segitiga merupakan jarak tanam
yg ideal dipandang dari sudut pembagian
ruangan atau tempat antara phon-pohon, baik yg
ada di atas maupun di bawah tanah.
2. Kerapatan tanaman
a. Kerapatan dan bentuk pohon, umumnya tinggi
pohon tdk mempengaruhi kerapatan pohon, ttp
tg pd kesuburan tanah. Hasil penelitian: pengaruh
kerapatan pohon thd tinggi pohon kecil sekali.
b. Kerapatan dan pertumbuhan, tanaman yg
rapat mempunyai pertumbuhan yg lebih lambat
dibandingkan tanaman yg jarang
c. Kerapatan dan jumlah pohon yg dpt disadap,
Jumlah pohon pada jarak tanam yg rapat (1.111
ph/ha) tdk pernah mencapai tapbaarheids
criterium. Pd jarak tanam yg jarang (204 ph/ha)
setelah berumur 7 tahun, 90 % dari jumlah phon
sudah dpt disadap.
d. Kerapatan dan tebal kulit pohon, Makin
rapat tanamannya makin tipis kulitnya dan
sebaliknya.
e. Kerapatan dan produksi per pohon, pohon
pada tanaman yg rapat memberikan hasil yg
nyata lebih kecil dp pohon yg jarang
f. kerapatan dan kadar karet kering (KKK),
jarak tanam yg rapat menghasilkan KKK yg
rendah
g. Kerapatan pohon dan produksi per ha, makin
banyak pohon menunjukkan makin banyak
jumlah pohon per ha makin besar produksinya
dng optimumnya pd ± 625 ph/ha. Tan yg lebih
rapat tdk memberikan hasil yg lebih banyak.
h. Kerapatan, kerusakan angin dan penyakit,
kerukan oleh angin lebih banyak pd tanaman
yg jarang. Serangan cendawan akar putih tdk
berbeda nyata untuk tan jarang atau rapat,
termasuk penyakit bidang sadap.
Penyakit jamur upas, pada tanaman yg
jarang terdapat lebih banyak terserang
dibanding jarak tanam yg rapat. Akibat adanya
tajuk yg lebih rendah shg keadaan sekitar
dahan lebih lembab.
Ditinjau dari a sd h, tanaman yg rapat
merugikan a) bentuk pohon, b) pertumbuhan,
c) tebal kulit, d) produksi per pohon, dan e)
KKK nya. Tetapi menguntungkan pada
produksi per ha sampai batas-batas tertentu
dan terhadap kerusakan karena angin
MENANAM TUNGGUL PENDEK
DAN BIBIT POLYBAG
a. Menanam tunggul pendek
Bibit tan tunggul pendek/okulasi stump
pendek/okulasi mata tidur (OMAT), cirinya
tunggul pendek, mata tempelan (okulasi
belum tumbuh panjang dan berumur satu
atau dua tahun di pembibitan. Pada waktu
pembongkaran bibit diusahakan panjang
akarnya paling pendek 40 cm dari leher akar.
Mata tunas dihadapkan ke satu arah (Timur).
Pada sistem kontur, mata tunas
dihadapkan ke arah dalam, keburukannya jika
terjadi hujan adanya percikan air dan tanah
akan mengenai mata tunas dan kadang
menutup mata tunas.
b. Menanam bibit polybag
Menanam bibit polybag agak lebih mudah
dibanding dengan bibit stump pendek, krn
bibit polybag telah tumbuh dan berdaun.
Pengangkutan bibit polybag lebih berhati-hati
agar polybag tdk pecah dan bibit tdk patah.
c. Menanam bibit tunggul tinggi
Bibit tunggul tinggi (stump tinggi/okulasi
tunggul tinggi). Tinggi batang ± 3 m d atas
pertautan okulasi pada waktu dipindahkan ke
lapang produksi, umurnya 2,5 – 4 tahun.
Umur tunggul tinggi dihitung setelah
pemotongan batang bawah setelah okulasi.
Pemotongan tunggul tinggi setinggi 3 m dilakukan
jika pada tinggi tersebut batang sudah
menggabus. Jika pemeliharaan baik, batang yg
berumur 3 tahun pada tinggi 3,5 m sudah
bergabus dan mempunyai lingkar batang pd
tinggi 1m antara 12 – 15 cm.
Pembongkaran bibit tunggul tinggi
diusahakan akar-akarnya ikut terbongkar
sebanyak mungkin dan seutuh mungkin. Panjang
akar tunggang minimum 80 cm, akar samping 15
– 20 cm. Semua luka dioles dng koolter/kalixsin
untuk mencegah infeksi.
Menunas
Tanaman pada lapang produksi akan tumbuh
dan berkembang. Setiap satu bulan rata-rata akan
keluar satu payung daun. Pada ketiak daun akan
tumbuh tunas, tunas-tunas ini yg harus segera
dibuang. Pembuangan tunas hg batang setinggi 3
m.
Pada ketinggian 3 m jika tidak terjadi
percabangan, dilakukan pemotongan batang di
atas payung dengan ketinggian yg ditentukan
(2,75 – 3 m).
Pemupukan
Umur tan. Lokasi pemupukan
3 – 5 bl 20 – 30 cm dari pohon
6 – 10 bl 20 – 45 cm
11 – 20 bl 40 – 60 cm
21 bl – 4 th 40 – 90 cm
> 4 th 40 – 120 cm
Pemupukan dapat dilakukan pada parit di
antara tanaman dan setelah pemberian pupuk,
parit ditimbun tanah. Pemupukan ini diberikan 2
x setahun, yaitu menjelang/awal musim hujan
dan akhir musim hujan.
1. Pengendalian penyakit
a. Cendawan akar putih (Riqidoporus lignosus)
Terdapat jamur warna putih pada akar, daun
layu berwarna kusam, kering dan rontok dan
matinya ranting. Pohon yg sakit kadang
membentuk buah dan buah sebelum masanya.
Kebersihan lahan dari tunggul pohon dan
sisa-sisa pohon, perdu dan semak yg tertinggal
merupakan subtrat R. lignosus. Penyakit ini
berkembang dng baik pada tanah porus, jika
terjadi kontak dengan akar yg terserang
mudah menularkan.
Pengendalian, dng penaburan belerang
150 g yg dicampur dng tanah galian tiap
lubang tanam (pada waktu penanaman), pada
tanaman menghasilkan (TM), dng menabur
belerang 150 g per pohon, diletakkan di
sekitar pohon 30 – 40 cm.
b. Jamur upas (Cortisium salmonicolor), adanya
benang-benang halus mirip sarang laba-laba,
selanjutnya jamur membentuk kerak
berwarna merah jambu. Banyak menyerang
klon yg bertajuk rendah, keadaan kelembaban
kebun yg tinggi.
Pengendalian, pada bagian yg terserang dioles
dng bubur Bordeaux dng interval 7 – 10 sekali,
aplikasi 4 – 6 x. Pengolesan bagian yg
terserang tidak perlu dikerok.
c. Penyakit bidang sadap Mouldyrot (Ceratosmella
fimbriata), gejalanya pd bidang sadap yg terdekat
dng irisan sadapan mula-mula tdpt. Bercak-
bercak berwarna hitam yg merupakan jalur
berwarna hitam sejajar dng irisan sadapan. Pada
serangan yg berat menyebabkan luka-luka yg
besar. Banyak terjadi pada peralihan musim
basah ke kering atau dari kering ke basah.
Pengendalian, bagian yg sakit dioles dng
fungisida Bavistin 0,3 – 0,5 %, dng interval 1 – 2
bulan. Atau Divolatan 2 % interval 1 – 2 bulan.
d. Penyakit bidang sadap Stripe cancer
(Phytophtora palmivora), bidang sadap dekat
irisan sadapan tjd garis-garis vertikal halus
berwarna hitam, banyak menyerang pada
pergantian musim basah ke kering atau
sebaliknya.
Pengendalian, bagian yg sakit dioles Difolatan
4 F 2 % dng interval 1 – 2 bulan, Bavistine 0,3
– 0, 5 interval 1 – 2 bulan
e. Meelduw/penyakit gugur daun oleh cendawan
(Oidium heveae), Daun-daun yg baru
berkembang tampak suram, daun mkenjadi lemas
dan tepi agak keriting, kemudian gugur. Pada
daun yg tua terjadi perubahan warna, permukaan
daun yg sehat terdapat bercak putih seperti
beludru halus. Adanya hujan membantu
perkembangan penyakit ini, tdk banyak matahari
dan suhu rendah.Pada kebun dataran rendah
sehabis tanaman para meranggas (Juli – Sept),
pada lahan di atas 300 m serangan dpt
berlangsung sepanjang tahun.
Pengendalian, Hembusan serbuk belerang 6 –
7 kg/ha interval 3 – 7 hari dng aplikasi 3 – 4 x.
Hembusan dilakukan pagi-pagi (masih ada
embun) jam 02.00 - 05.00.
e. Penyakit kulit dalam coklat (BB: Bruine
Binnenbast/ Brown Bark Desease), penyakit
fisiologis akibat penyadapan yg berat.
Tandanya sebagian atau seluruh batang
menjadi kering, kambium berwarna coklat dan
sedikit sekali mengeluarkan getah/latek.
Pengendalian, pohon tdk disadap 3 – 6 bulan
dan sesudah disadap ringan.
2. Pengendalian hama
Hama pada tanaman para tidak begitu
menimbulkan kerusakan yg berarti:
a. Belalang, memakan daun terutama musim
kering, dikendalikan dng insektisida
b. Monyet
c. Babi hutan
d. Hama kutu, hama ini disebarluaskan oleh
semut merah, pengendaliannya dengan
menghambat penyebaran semut merah secara
fisik/khemis, mengurangi populasi kutu dng
insektisi Kelthane/Supracide M-45 0,4;
kebersihan kebun dijaga.
PENYADAPAN
1. Kriteria Matang Sadap
Suatu petakan tanaman para telah dapat
disadap jika 60 % dari pohonnya telah mencapai
kriteria sadap. Tan para yg telah mencapai lilit
batang 45cm, jika tan berasal dari okulasi diukur
1 m dari pertautan okulasi (kaki gajah). Untuk
tan dari seedling diukur 1,3 m dari permukaan
tanah. Tebal kulit minimum yg dapat disadap
secara ekonomis 7 mm.
Tinggi bukaan sadap alur sadap thd pertautan
okulasi, permulaan 1,3 m dari titik terrendah
dan 1,2 m untuk tan dari seedling ke permukaan
tanah.
Pembuluh latek tidak lurus ke bawah, tetapi
agak miring dari kanan atas ke kiri bawah.
Arah sadapan miring 40⁰ thd horisontal, baik
bidang sadap atas maupun bawah. Hal ini
disebabkan:
a. Memperpanjang alur sadap
b. Memperoleh aliran latek yg lebih baik
c. Menghindari adanya jalur kulit yg tdk
tersadap antara sadap bawah dan atas.
Tebal kulit yg ekonomis untuk disadap 7 mm,
dalam keadaan normal dpt diperoleh selama 7 tahun
utk kulit pulihan pertama, dan 8 tahun untuk kulit
pulihan kedua.
2. Rumus sadapan
a. Norma sadapan
- Bentuk alur sadapan:
s: alur berbentuk spiral
v: alur berbentuk V
c: alur yg tdk dpt dinyatakan bentuknya
- Panjang alur sadapan:
s/1: satu spiral
s/2: setengah spiral
s/3: sepertiga spiral
- Banyaknya alur sadap:
2s/2: dua keratan/sayatan dng setengah spiral
2v/2: dua sayatan dng bentuk v
- Frekuensi sadapan:
d: hari/dat
w: minggu/week
m: bulan/month
y: tahun/year.
Misal d/1: disadap setiap hari
d/2: disadap tiap dua hari sekali
d/3: disadap tiap 3 hari sekali.
Contoh: 2s/2 d/3: setiap pohon disadap 2
sadapan setengah spiral setiap 3 hari sekali.
s/2 d/4: setiap pohon disadap setengah spiral
setiap 4 hari sekali (biasa digunakan pada saat
bukaan sadap baru, biasanya selama 1 bulan
atau 7 kali sadapan.
3. Intensitas Sadapan
s/2 d/2: sesuai perjanjian intensitas sadap =
100 %. Jika s/2 d/3 maka intensitas sadapnya =
½ x 1/3 x 400 % = 67 %.
4. Pemakaian kulit
Frekuensi Per sadap Per bulan Per tahun
(mm) (cm) (cm)
d/2 1,6 2,4 29
d/3 1,8 1,8 22
d/4 2,0 1,6 19
d/5 2,2 1,3 1,6
Konsumsi minimum per hari = 1,6 mm untuk
d/2, tiap pohon disadap 2 hari sekali, dalam 1 bulan
disadap 15 x, pemakaian kulitnya = 15 x 1,6 mm = 24
mm atau 2,4 cm. Jumlah hari sadap setahun 360/2 =
180, kulit yg dipakai 180 x 1,6 mm = 288 mm = 28,8
cm (29 cm).
5. Sistem Sadap
a. Downward tapping: sadapan ke arah bawah
b. Upward tapping: sadap ke arah atas
c. Super high tapping
d. Micro tapping.
ad.a. Pada DT ada istilah change over panel yaitu
setelah disadap ± 1 tahun biasanya akan
memberikan efek pengkerutan pembuluh-
pembuluh latek di bawah irisan sadap sampai
sejauh 30 cm. Jika terjadi pengkerutan ini maka
penyadapan apabila diteruskan ke bawah hasil
lateknya tidak optimal., sehingga bidang sadap
dipindah di sebaliknya. Bidang A ke bidang B.
Syarat-syarat pelaksanaan change over panel pada
DT:
- Tdk boleh temu gelang (bertemunya irisan sadap
bidang A dan B)
- Untuk menjaga stabilitas produksi, maka pada
saat akan dilakukan change over sudah dimulai
double tap selama 2 – 3 kali sadapan.
ad. b. UT, dilakukan tepat di atas bidang sadap
bawah. Arah sadapan dari kanan bawah ke kiri
atas, pisau yg digunakan pisau pecekung yg
bertangkai, pemakaian kulit lebih banyak (2 mm)
per sadap, krn pelaksanaan sadapan lebih sulit.
Pada sadap atas (UT) penyadapan dilakukan
dengan aman jika sudah mempunyai lingkar
batang sekurang-kurangnya 70 cm pada
ketinggian 1 m dari kaki gajah, tebal kulit
sekurang-kurangnya 10 mm. Keadaan ini biasanya
diperoleh pada pohon yg sudah berumur lebih
dari 15 tahun.
Sadap atas tidak dilakukan pada satu bidang
terus menerus selama 1 tahun, karena akan
terjadi penurunan produksi dengan cepat. Hal ini
dilakukan dengan penyadapan secara berganti-
ganti antara sadap atas dengan sadap bawah.
Sistem sadap ATS (Alternate Tapping System),
merupakan suatu cara penyadapan berganti-ganti setiap 3
bulan antara penyadapan atas dengan penyadapan bawah.
Perbedaan penyadapan atas dan bawah:
a. Sadap bawah, habisnya kulit ke arah bawah dan pada
sadap atas habisnya kulit ke arah atas
b. Pada sadap bawah menggunakan pisau sadap biasa, pada
sadap atas menggunakan pisau pecekung
c. Pada sadap bawah, kulit yg pertama memenuhi kriteria
sadap minimal 7 mm, pada sadap atas tebal kulit
minimaum 10 mm
d. Pada sadap bawah lebih mudah dilakukan, sadap atas
lebih sulit dilakukan
e. Kebutuhan kulit pada sadap bawah 1,6 mm, sadap atas
2,6 mm (pemakaian kulit 2 mm per sadap jika diukur
vertikal pada batang 2 x 1,3 = 2,6 mm).
Ad. C. Super high tapping (SHT) biasa dilakukan
pada tan. Tua yg tidak lama lagi akan dibongkar.
Penyadapan dilakukan pada cabang-cabang yg
tinggi, dengan menggunakan tangga.
Ad.d. Micro Tapping (MT) juga disebut sadap mini,
atau sadap tusuk (puncture tapping), karena alat
yg digunakan adalah sebuah jarum yg panjangnya
sudah disesuaikan dengan dalamnya kulit.
Panjang jarum = ) p = n – 1, dimana p: panjang
jarum dan n: tebal kulit rata-rata dari pohon para.
Sadap ini hanya dilakukan oleh perusahaan
negara, karena memerlukan pengawasan yg ketat
dan dibarengi dengan penggunaan stimulansia.
Kedalaman sadapan
Pembuluh latek dalam kulit tersebar tidak
merata, makin ke dalam makin besar jumlah
pembuluh lateknya. Lapisan terluar dari
pohon: a. kulit gabus, b. kambium gabus, c.
lapisan sel batu, d. parenchym/kulit lunak, e.
kambium dan f. kayu/xylem.
Catatan: a, b dan c: kulit luar
Kedalaman sadap dengan % pembuluh latek yg terpotong

Kedalaman sadap % pembuluh latek yg terpotong

2 mm dari kambium 38

1,5 mm dari kambium 48

Antara 1 mm dari kambium 62

Antara 0,5 mm dari kambium 80


Penyadapan makin dalam makin banyak latek
yg diperoleh, asal tdk sampai kayu (± 1 mm dari
kambium). Latek yg diperoleh semakin encer atau
KKK nya makin rendah.

Pemakaian stimulansia
a. Lateks stimulan: Ethrel/ethephon) dengan
konsetrasi 2 – 2,5 %
b. Carrier stimulant adalah campuran minyak
sawit dng grease untuk stimulasi dng mengerok
kulit (Scraping). Carrier stimulant adalah air (air
hujan yg disaring untuk stimulasi dengan cara
Groove).
Cara Groove adalah pemberian ethrel pada alur
sadap setelah scrap yg menempel dibersihkan,
biasanya aplikasi atau pemakaian sebanyak 1 x 2
minggu dengan ethrel dan air.
Cara Scraping adalah cara penggunaan ethrel pada
kulit tanaman para yg telah dikerok bagian kulit gabus
hingga kulit pasir, diberikan 1 x sebulan dengan ethrel
dan sawit.
Dosis stimulasi 1 x 2 minggu sebanyak 0,5
g/pohon/aplikasi; untuk stimulasi 1 x sebulan
digunakan 1 g/pohon/aplikasi.
Penghentian aplikasi dihentikan selama 2 bulan
setiap tahunnya, yaitu pada saat tan menggugurkan
daunnya. Stimulasi dihentikan jika 50 % daun pada
tajuk telah gugur.

Anda mungkin juga menyukai