Anda di halaman 1dari 20

Gaya atau ragam

beku (frozen). Gaya atau


ragam beku adalah
variasi bahasa yang
paling formal, yang
digunakan pada situasi-
situasi hikmat, misalnya
dalam upacara
kenegaraan, khotbah,
dan sebagainya. Dalam
dokumen tertulis, ragam
beku misalnya bahasa
dalam kitab suci, UUD
1945, dan Pancasila.
Gaya atau ragam resmi
(formal). Gaya atau
ragam resmi adalah
variasi bahasa yang
biasa digunakan pada
pidato kenegaraan,
rapat dinas, surat-
menyurat dinas, dan
sebagainya.
Gaya atau ragam
usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam
usaha atau ragam
konsultatif adalah
variasi bahasa yang
lazim dalam
pembicaraan biasa di
sekolah, rapat-rapat,
bisnis, atau
pembicaraan yang
berorientasi pada
hasil atau produksi.
Gaya atau ragam
santai (casual) Gaya
bahasa ragam
santai adalah ragam
bahasa yang
digunakan dalam
situasi yang tidak
resmi untuk
berbincang-bincang
dengan keluarga
atau teman karib
pada waktu istirahat
dan sebagainya.
Gaya atau ragam
akrab (intimate) Gaya
atau ragam akrab
adalah variasi bahasa
yang biasa digunakan
oleh para penutur yang
hubungannya sudah
akrab. Variasi bahasa
ini biasanya pendek-
pendek dan tidak jelas.
Pembicaraan lisan dalam situasi
formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi
tidak formal atau santai. Jika
ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat
kita sebut sebagai ragam tulis.
Akan tetapi, tetap saja ragam
bahasa itu kita sebut sebagai
ragam lisan; hanya diwujudkan
dalam bentuk tulis.
a. Memerlukan orang kedua/teman bicara.
b. Bergantung pada situasi, kondisi, ruang, dan
waktu.
c. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal,
hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d. Berlangsung cepat.
e. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu
f. Kesalahan dapat langsung dikoreksi
g. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan
mimik wajah serta intonasi.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
Dalam ragam bahasa tulis ini, kita harus
memperhatikan beberapa hal seperti tata
cara penulisan (ejaan). Hal ini karena dalam
ragam bahasa tulis ini, kita dituntut agar
tepat dalam memilih unsur tata bahasa,
seperti bentuk kata, susunan kalimat, pilihan
kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan
penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide kita.
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman
bicara
2. Tidak bergantung pada kondisi, situasi,
ruang serta waktu
3. Harus memperhatikan unsur gramatikal
4. Berlangsung lambat
5. Selalu memakai alat bantu
6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi
7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh
dan mimik muka, hanya terbantu dengan
tanda baca.
Berbahasa yang baik adalah
berbahasa sesuai “lingkungan” bahasa
itu digunakan. Dalam hal ini, beberapa
faktor menjadi penentu, yaitu:
1. Orang yang berbicara
2. Orang yang diajak bicara
3. Situasi pembicaraan apakah situasi
itu formal atau non-formal
4. masalah atau topik pembicaraan.
Bahasa yang benar
ialah bahasa yang
sesuai dengan
kaidahnya,
aturannya, bentuk,
dan strukturnya.
Jadi, berbahasa
yang baik dan benar
adalah berbahasa
sesuai dengan
lingkungan bahasa
itu digunakan
dengan kaidah,
aturan, bentuk, dan
struktur yang tepat.
Marliana, Lia. 2018. Sejarah, Kedudukan, Fungsi, dan Ragam Bahasa. Jakarta: Pedalaman Materi Bahasa
Indonesia Modul 4.

Badudu, J.S. 1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar 3. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai