(dua) golongan, yaitu : 1. Badan Usaha yang bukan berbadan hukum (Non Badan Hukum) 2. Badan Usaha yang berbadan hukum (Badan Hukum) Secara sepintas tampaknya kedua badan usaha ini tidak ada perbedaan, namun, jika dilihat dari perspektif hukum perusahaan, ada perbedaan yang cukup mendasar, yakni masalah tanggung jawab. Mungkin timbul pertanyaan apa yang dimaksud dengan badan hukum ? Dalam undang-undang sendiri tidak dijabarkan apa yang dimaksud dengan badan hukum. Dalam Pasal 1653 KUH Perdata hanya disebutkan jenis perkumpulan, yakni: 1. Perkumpulan yang diadakan oleh kekuasaan umum 2. Perkumpulan yang diakui oleh kekuasaan umum 3. Perkumpulan yang diperkenankan atau untuk suatu maksud tertentu yang tidak berlawanan dengan undang-undang atau kesusilaan. Mengingat rumusan Badan Hukum tidak ditemui dalam undang-undang, maka para ahli hukum mencoba membuat kriteria badan usaha yang dapat dikelompokan sebagai badan hukum, yaitu jika memiliki unsur-unsur : 1.Adanya harta kekayaan yang terpisah (antara perusahaan dengan anggota/pengusaha) 2. Mempunyai tujuan tertentu 3. Mempunyai kepentingan sendiri 4. Adanya organisasi yang teratur Jika tidak memenuhi unsur-unsur tersebut di atas, maka suatu badan usaha tidak dapat dikelompokan sebagai badan hukum. Perusahaan Dagang adalah perusahaan perseorangan yang dilakukan oleh seorang pengusaha. Perusahaan Dagang dapat dikelola oleh 1 (satu) orang atau lebih; modal milik sendiri. Perusahaan dagang belum diatur secara khusus dalam undang-undang tersendiri, akan tetapi dalam praktik diterima sebagai pelaku usaha. Hal ini tampak bahwa pemerintah pun berupaya untuk mengakui eksistensi jenis usaha ini. Hal ini dapat dilihat dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan. Dalam Pasal 1 butir 3 disebutkan : Lembaga perdagangan adalah suatu instansi/badan yang dapat berbentuk perorangan atau badan usaha...” Persyaratan apa yang harus dipenuhi untuk mendirikan Perusahaan Dagang, belum ada standar prosedur pendirian yang harus diikuti, hanya dalam praktik pada umumnya pendirian Perusahaan Dagang dibuat dengan akta Notaris. Persekutuan Perdata (Maatschap) Keberadaan Persekutuan Perdata sebagai badan usaha diatur dalam Pasal 1618-Pasal 1652 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Persekutuan perdata adalah suatu perjanjian dengan mana 2 (dua) orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya (Pasal 1618 KUH Perdata). Dari rumusan di atas dapat diketahui ciri-ciri Persekutuan Perdata : 1. Perjanjian antara 2 (dua) orang atau lebih 2. Memasukkan sesuatu (inbreng) 3. Tujuannya membagi keuntungan atau kemanfaatan. Dalam Pasal 1619 ayat (2) KUH Perdata disebutkan : “Masing-masing sekutu diwajibkan memasukkan uang, barang dan keahliannya kedalam persekutuan” Sedangkan dalam Pasal 1625 KUH Perdata dijelaskan : “Apa yang telah disanggupi wajib dipenuhi oleh sekutu” Dalam Pasal 1627 KUH Perdata : “keahlian yang dimasukkan ke dalam persekutuan wajib ditaati”. Apabila dicermati pengertian Persekutuan Perdata seperti yang diatur dalam Pasal 1618 KUH Perdata, tampak bahwa pendirian persekutuan perdata dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. Demikian juga halnya bila dicermati Pasal 1624 KUH Perdata, dapat diketahui bahwa persekutuan perdata berdiri sejak adanya kesepakatan di antara para pihak dalam anggaran dasar persekutuan. Namun demikian, jika hendak mendirikan persekutuan perdata ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yakni : a. Tidak dilarang oleh undang-undang; b. Tidak bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum c. Tujuannya adalah kepentingan bersama untuk membagi keuntungan. Apakah persekutuan perdata badan hukum ? Jika dicermati ketentuan dalam Pasal 1644 KUH Perdata yang mengemukakan bahwa ”persekutuan tidak terikat atas perbuatan sekutu, kecuali ada surat kuasa untuk itu”, kemudian ketentuan Pasal 1645 KUH Perdata yang mengemukakan bahwa Salah seorang sekutu mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga atas nama persekutuan, maka persekutuan berhak secara langsung menagih piutang ke pihak ketiga”. Dari ketentuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persekutuan perdata bukan badan hukum, sebab tanggung jawabnya tidak terbatas. Selain itu, dalam Pasal 1646 KUH Perdata disebutkan bahwa : persekutuan Perdata berakhir karena : a. Lampaunya waktu persekutuan didirikan, b. Musnahnya barang atau telah diselesaikannya usaha yang menjadi tugas pokok persekutuan; c. Kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu, d. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit. Namun sesuai dengan sifat hukum perjanjian sebagai hukum pelengkap (optional law) para pihak dapat menentukan lain dalam anggaran dasarnya. Sebagaimana ditegaskan dalam HR 6 Februari 1935, dalam Anggaran Dasar dapat ditentukan bahwa tiap-tiap sekutu dapat memasukkan pihak ketiga menjadi anggota persekutuan tanpa izin sekutu lainnya. Masalah hubungan ekstern persekutuan perdata, diatur dalam Pasal 1642-1645 KUH Perdata. Dalam Pasal 1642 jo 1645 disebutkan : ”Para persero tidak bertanggung jawab sepenunya terhadap utang-utang persekutuan, kecuali ada perjanjian atau surat kuasa untuk itu” FIRMA (Fa) Keberadaan Firma sebagai badan usaha diatur dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 KUH Dagang. Pengertian firma secara sederhana dijabarkan dalam Pasal 16 KUHD. Firma adalah tia-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Rumusan lengkap dijabarkan dalam Pasal 16, Pasal 17 dan Pasal 18 KUHD. Firma adalah suatu persekutuan perdata yang menyelenggarakan perusahaan atas nama bersama di mana tiap-tiap sekutu yang tidak dikecualikan satu dengan yang lain dapat mengikatkan firma dengan pihak ketiga dan mereka masing-masing bertanggung jawab atas seluruh hutang firma secara renteng. Jadi ciri-ciri firma adalah : a. Menyelenggarakan perusahaan, b. Mempunyai nama bersama, c. Adanya tanggung jawab renteng (tanggung menanggung), d. Pada asasnya tiap-tiap sekutu dapat mengikat firma dengan pihak ketiga. Pendirian Firma Diatur dalam Pasal 22 KUHD sampai dengan Pasal 28 KUHD. Dalam Pasal 22 KUHD disebutkan bahwa Tiap-tiap persekutuan firma harus didirikan dengan akta otentik akan tetapi ketiadaan akta yang demikian tidak dapat dikemukakan untuk merugikan pihak ketiga. Dengan adanya kalimat terakhir (digaris bawahi), dapat disimpulkan bahwa pendirian firma bentuknya bebas, dalam arti dapat didirikan dengan akta ataupun cukup secara lisan. Akan tetapi dalam praktek dibuat dengan akta notaris. Fungsi akta dalam hal ini adalah sebagai alat bukti jika ada perselisihan antara para pihak, baik intern maupun ekstern firma. Umumnya dalam praktik, firma didirikan : 1.Dengan akta Notaris 2.Didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri (Pasal 23 KUHD) 3.Diumumkan dalam Berita Negara Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap = CV) Pengertian CV tidak ada dalam KUHD, pengaturannyapun sangat singkat, yaitu dalam Pasal 19, Pasal 20 dan Pasal 21 KUHD. Dari ketentuan pasal pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa Persekutuan komanditer adalah Persekutuan perdata yang menjalankan perusahaan yang memiliki sekutu pengurus yang bertanggung jawab sepenuhnya dan sekutu yang hanya memasukan modal, dan tidak bertanggungjawab sepenuhnya serta tidak boleh mengurus perusahaan. Jadi unsur-unsur CV adalah : a Persekutuan Perdata, b. Menjalankan perusahaan, c. Adanya sekutu pengurus/sekutu komplemen, d. Adanya sekutu pelepas uang (sekutu komandit/sekutu diam). Pendirian CV : Sama halnya dengan pendirian firma, tidak ada ketentuan yang tegas dalam KUHD, akan tetapi dalam praktik dibuat secara otentik. Jenis-jenis CV. 1. CV diam-diam Maksudnya bahwa CV belum menyatakan diri secara terbuka sebagai CV. Bagi orang luar, jenis usaha ini masih dianggap sebagai usaha dagang biasa. Akan tetapi secara intern di antara para pemilik modal dalam usaha dagang tersebut telah ada pembagian tugas dan wewenang yang berkaitan dengan tanggung jawab hukum 2. CV terang-terangan Untuk jenis ini, CV telah menyatakan diri secara terbuka kepada pihak ketiga. Hal ini terlihat dengan dibuatnya akta pendirian cv oleh notaris dan akta pendirian didaftarkan. 3. CV dengan saham Munculnya jenis CV atas saham karena dalam perkembangannya CV membutuhkan modal. Untuk mengatasi masalah kekurangan modal dapat dibagi beberapa saham dan masing-masing sekutu komandit dapat memiliki 1 (satu) atau beberapa saham.