Anda di halaman 1dari 25

Abdullah Asyraf (1)

Ersa Agustining .T (13)


Faza Talitha Sany (14)
Kanika Yudha (20)
Naura Hayyu R ()
PENGERTIAN KOLOID
 Koloid merupakan suatu bentuk campuran fase
peralihan homogen (sejenis) menjadi heterogen.
Campuran tersebut merupakan keadaan antara
larutan dan suspensi. Secara makroskopis koloid
tampak homogen, akan tetapi sebenarnya koloid
tergolong campuran heterogen, karena perbedaan
partikel kedua fase koloid masih dapat diamati dan
dibedakan secara makroskopis.
KARAKTERISTIK KOLOID
 Dispersi molekuler
 Sifat campuran koloid merupakan heterogen.
 Dimensi partikel kurang dari 1 nm, sehingga dibutuhkannya
mikroskop khusus untuk mengamati koloid.
 Walaupun koloid bersifat heterogen, akan tetapi koloid tidak
dapat disaring. Seperti air laut yang juga mengandung garam
didalamnya, akan tetapi setelah dilakukan penyaringan juga
tidak kunjung didapatkan hasil.
 Sistem koloid stabil diakibatkan oleh gaya tarik menarik
(London-van der waals), yang menyebabkan partikel koloid
berkumpul membentuk agregat dan mengendap. Juga akibat
gaya tolak menolak yang disebabkan oleh pertumpang
tindihan lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama.
 Contoh koloid seperti larutan gula, larutan garam, alkohol,
cuka, spiritus, air laut, bensin, dan udara bersih.
 Sistem dispersi adalah campuran antara fase terdispersi
dengan medium pendispersi yang bercampur secara
merata.
Sistem dispersi dibedakan menjadi 3 yaitu,
N Dispersi Kasar Dispersi Halus Dispersi Koloid
o (Suspensi) (Larutan)
1 Heterogen Homogen Tampak homogen
2 Dua fase Satu fase Dua fase (dilihat dengan
mikroskop ultra)
3 Keruh ada endapan Jernih Keruh tanpa endapan
4 Dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring (dengan
kertas saring ultra)
5 Tidak stabil Stabil Stabil
6 Diameter partikel > Diameter partikel Diameter partikel
0,00001 <0,0000001 0,0000001 — 0,00001
MACAM-MACAM KOLOID
 Ada 4 tipe koloid yaitu,
 Sol adalah sistem koloid dengan fase terdispersi padat
dalam medium pendispersi berwujud cair atau padat.
 Aerosol adalah sistem koloid dengan fase terdispersi padat
atau cair dalam medium pendispersi gas.
 Emulsi adalah sistem koloid dengan fase terdispersi cair
dalam medium pendispersi berwujud padat atau cair.
 Busa adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas
dalam medium pendispersi cair atau padat. Busa disebut
juga buih.
 Sistem koloid dibedakan menjadi 8 , yaitu
N Nama Koloid Fase Terdispersi Medium Contoh Koloid
O Pendispersi
1 Sol padat Padat Padat Paduan logam,
kaca berwarna
2 Sol cair Padat Cair Tinta, cat

3 Aerosol padat Padat Gas Debu, asap rokok

4 Aerosol cair Cair Gas Kabut, awan

5 Emulsi padat Cair Padat Mentega, keju,


mutiara
6 Emulsi cair Cair Cair Susu, es krim,
santan, mayones
7 Busa padat Gas Padat Batu apung,
styrofoam
8 Busa cair Gas Cair Busa sabun, krim
kocok
SIFAT-SIFAT KOLOID
 Adsorbsi adalah proses penyerapan suatu partikel zat,
baik berupa ion, atom, mapun molekul pada permukaan
zat tersebut sehingga koloid akan memiliki muatan listrik.
Adsorbsi terjadi karena adanya gaya tarik yang tidak
seimbang pada partikel zat yang berada pada permukaan
adsorben.
Penerapan Adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
Adsorpsi adalah sebagai berikut...
o Penjernihan air dengan menggunakan tawas
o Penjernihan air tebu dalam pembuatan gula
o Penyembuhan sakit perut dengan norit akibat dari bakteri
patogen
o Pencelupan serat wol pada proses pewarnaan
 Koagulasi adalah peristiwa pengendapan partikel-
partikel koloid sehingga fase terdispersi terpisah dari
medium pendispersinya. Koagulasi disebut juga
penggumpalan. Koagulasi terjadi karena dispersi koloid
kehilangan kestabilan dalam mepertahankan pastikel-
partikelnya untuk tetap tersebar di dalam mediumnya. Hal
ini terjadi karena keduanya mempunyai muatan yang
berlawanan sehingga saling menetralkan.
Penyebab terjadinya koagulasi:
 Pelucutan muatan koloid sehingga mengakibatkan
berkurangnya kestabilan koloid.
 Penambahan koloid pada dispersi koloid.
Penerapan Koagulasi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
koagulasi adalah sebagai beirkut...
 Penjernihan air
 Proses penggumpalan debu atau asap pabrik
 Pengolahan karet dengan lateks
 Pembentukan delta di muara
 Proses penetralan partikel albuminoid dalam darah oleh
ion Fe3 + atau Al3+
 Dialisis adalah menghilangkan muatan koloid dengan
cara memasukkan koloid ke dalam membran
semipermeabel dengan cara memasukkan koloid ke dalam
membran semipermeabel. Membran ini mempunyai pori-
pori yang mampu ditembus oleh ion, tetapi tidak mampu
ditembus partikel koloid. Bila kantong semipermeabel
tersebut dimasukkan ke dalam aliran air, maka ion-ion
yang keluar dari membran semipermeabel akan terbawa
aliran air, sedangkan koloidnya masih tetap di dalam
kantung semipermeabel.
Prinsip dialisis diterapkan dalam proses cuci darah bagi
penderita gagal ginjal. Proses ini dikenal dengan nama
hemodialisis.
 Koloid Pelindung adalah koloid yang dapat melindungi
koloid lainagar tidak terjadi koagulasi. Koloid pelindung
bekerja dengan cara membentuk lapisan di sekeliling
partikel koloid lain, sehingga parikel koloid tidak
menggumpal atau terpisah dari mediumnya.
Contoh penggunaan koloid pelindung:
 Lesitin, merupakan koloid pelindung yang menstabilkan
butiran-butiran halus air di dalam margarin.
 Gelatin, merupakan koloid pelindung untuk mencegah
terbentuknya kristal es dalam es krim.
 Minyak silikon, sigunakan untuk melindungi campuran
zat warna dan oksida logam dalam cat.
 Kasein dalam susu mampu melindungi lemak atau minyak
dalam medium cair.
 Koloid Liofil dan Liofob
Sol liofil ada sol yang fase terdispersinya mempunyai
afinitas besar dalam menarik medium pendispersinya.
Sol liofob adalah sol yang fase terdispersinya mempunyai
afinitas kecil terhadap medium pendispersinya.
Perbedaan sol liofil dan liofob
No Sol Liofil Sol Liofob
1 Stabil Kurang stabil
2 Kekentalannya tinggi Kekentalannya rendah
3 Kurang menunjukan gerak Brown Gerak Brown sangat jelas
4 Efek Tyndall kurang jelas Efek Tyndall sangat jelas
5 Terdiri atas zat organik Terdiri atas zat anorganik
6 Sulit diendapkan dengan Mudah diendapkan dengan
penambahan elektrolit penambahan elektrolit
7 Partikel terdispersinya mengadsorpsi Partikel terdispersinya mengadsorpsi
molekul molekul
8 Dapat mengadsorpsi mediumnya Tidak dapat mengadsorpsi mediumnya
9 Bersifat reversible Bersifat irreversible
10 Contoh sol agar-agar dan sol kanji Contoh sol AgCl dan sol CaCO3
Cara Dispersi
 Dispersi merupakan cara pembuatan koloid yang berasal
dari suspensi. Pembuatan koloid dengan cara dispersi
dapat dilakukan dengan cara busur Bredig, mekanik,
peptisasi, dan homogenisasi.
 Cara Busur Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredig sering
disebut juga dengan elektrodispersi. Cara ini dilakukan
untuk membuat partikel-partikel fase terdispersi dengan
menggunakan loncatan bunga api listrik. Cara ini banyak
digunakan untuk membuat sol logam. Logam yang akan
didispersikan dipasang sebagai elektrode-elektrode yang
dihubungkan dengan sumber arus listrik bertegangan
tinggi. Loncatan bunga api listrik yang muncul di antara
kedua elektrode akan menguapkan sebagian logam. Uap
logam yang terbentuk di dalam medium dispersi akan
menyublim dan membentuk partikel halus. Cara busur
Bredig biasa digunakan untuk membuat sol emas dan sol
platina.
 Cara Mekanik
Pembuatan koloid dengan cara mekanik dilakukan
dengan cara penggerusan zat padat hingga halus,
kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi.
Namun, pada proses ini fase terdispersinya kadang-
kadang mengalami penggumpalan kembali sehingga
perlu ditambahkan stabilizer atau zat pemantap. Contoh
pada pembuatan mentega, tinta, dan cat.
 Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan jalan
memecah partikel zat yang mengendap dalam medium
pendispersi air menjadi berukuran partikel koloid. Proses
ini diikuti dengan penambahan suatu elektrolit atau
dengan menghilangkan ion-ion elektrolit penyebab
pengendapan.
Cara peptisasi ini digunakan pada pembuatan sol perak
iodida (Agl). Sol perak iodida dibuat dengan cara
mencampur larutan AgN03 dengan larutan Kl berlebih.
Campuran kedua larutan ini menghasilkan endapan Agl.
Endapan Agl kemudian dicuci agar mengalami peptisasi,
yaitu terbentuknya partikel koloid Agl. Pencucian
mengakibatkan hilangnya kelebihan elektrolit sehingga
Agl dapat terdispersi kembali.
 Cara Homogenisasi
Homogensasi adalah cara yang digunakan untuk membuat
suatu zat menjadi homogen dan berukuran partikel
koloid. Misal untuk membuat koloid tipe emulsi, seperti
susu. Pada pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada
susu diperkecil hingga berukuran partikel koloid. Caranya
dengan melewatkan zat tersebut melaiui lubang berpori
yang mempunyai tekanan tinggi. Apabila partikel lemak
dengan ukuran partikel koloid sudah terbentuk, zat
tersebut kemudian didispersikan ke dalam medium
pendispersinya
 1. Penerapan efek Tyndall dalam kehidupan sehari-
hari.
Efek Tyndall adalah proses penghamburan cahaya pada
partikel koloid. Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall
diterapkan pada:
a. penggunaan lampu sorot mobil pada kondisi cuaca
berkabut. Lampu mobil akan lebih terang pada kondisi
berkabut daripada kondisi cuaca cerah;
b. sorot lampu mercusuar yang terlihat lebih terang pada
kondisi malam yang berkabut dibandingkan pada malam
yang cerah; dan
c. pada saat ada orang yang merokok di dalam bioskop,
sorot lampu proyektor akan terlihat jelas, sedangkan
gambar film yang ada di layar tidak terlihat jelas.
 2. Penerapan koagulasi dalam kehidupan sehari-hari.
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid dengan
menambahkan bahan elektrolit yang berbeda muatan. Dalam
kehidupan sehari-hari, penerapan koagulasi dapat ditemukan pada
proses-proses berikut.
a. Proses penjernihan air
Pada proses penjernihan air, kita dapat menambahkan Tawas
KAl(SO₄)₂ ke dalam air. Tawas akan membentuk koloid Al(OH)₃ yang
akan menggumpalkan kotoran-kotoran di air, lalu mengendapkannya
sehingga kotoran-kotoran tersebut terpisah dari air.
b. Pengolahan karet
Karet diperoleh dari lateks ( karet mentah). Proses pemisahan karet
dari lateks dapat dilakukan dengan menambahkan asam asetat atau
asam formiat ke dalam lateks. Penambahan asam asetat dan asam
formiat ini berfungsi untuk menggumpalkan karet sehingga karet
terpisah dari lateks.
c. Proses pembuatan tahu
Tahu dibuat dengan menghaluskan kacang kedelai yang bercampur
dengan air, kemudian disaring sehingga diperoleh filtrat susu kedelai.
Susu kedelai ditambahkan zat elekrolit CaSO₄.2H₂O yang dikenal di
kehidupan sehari-hari sebagai batu tahu. Penambahan batu tahu
berfungsi untuk menggumpalkan protein yang ada pada susu kedelai
sehingga menjadi tahu.
 3. Penerapan adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari.
Permukaan koloid memiliki kemampuan menyerap ion. Hal ini yang
menyebabkan partikel koloid memiliki muatan. Proses penyerapan ion
pada permukaan koloid disebut adsorpsi. Dalam kehidupan sehari-hari,
sifat adsorpsi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal berikut.
a. Pemutihan gula pasir
Gula pasir atau gula tebu yang masih mengandung partikel pengotor akan
berwarna cokelat atau berwarna kuning. Gula pasir dapat diputihkan
dengan melarutkannya dengan air panas, kemudian dialirkan melalui
tanah diatom yang berasal dari rangka tumbuhan air. Gula pasir juga dapat
diputihkan dengan menambahkan karbon. Karbon adalah adsorben yang
dapat mengikat partikel-partikel zat pengotor gula.
b. Obat sakit perut (norit)
Norit mengandung serbuk karbon yang berasal dari arang kayu tertentu.
Norit digunakan sebagai obat sakit perut. Norit di dalam perut akan
bercampur dengan cairan yang ada di usus membentuk koloid. Koloid yang
terbentuk akan menyerap zat racun atau bakteri patogen yang berada di
dalam usus.
c. Deodoran
Deodoran dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk menghilangkan
bau badan. Bahan aktif yang terkandung di dalam deodorant adalah
senyawa kimia aluminium klorohidrat Al₂(OH)₅ Cl.2H₂O. Ion aluminium
klorohidrat memiliki fungsi memperkecil pori-pori kelenjar keringat
dengan menggumpalkan cairan di dalam keringat sehingga jumlah keringat
yang dihasilkan tidak berlebihan.
 4. Penerapan koloid pelindung dalam kehidupan
sehari-hari.
Koloid pelindung adalah koloid yang memiliki
kemampuan untuk menstabilkan koloid yang lain.
Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari diantaranya
sebagai berikut.
a. Gelatin digunakan dalam pembuatan es krim. Gelatin
berfungsi mencegah terjadinya pengkristalan pada es krim
agar diperoleh es krim yang lembut.
b. Kasein adalah koloid pelindung yang secara alami
terdapat pada susu.
 5. Penerapan dialisis dalam kehidupan sehari-hari
Dialisis adalah proses pemisahan koloid dengan larutan
sejati melalui selaput membran semipermiabel. Prinsip
dialisis dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk
membantu pasien yang mengalami masalah dengan ginjal
(gagal ginjal). Pada penderita gagal ginjal, fungsi ginjalnya
tidak sempurna. Ginjal berfungsi untuk menyaring darah
yang mengandung urea sisa metabolisme tubuh.
Seharusnya jika ginjal masih baik, darah yang keluar dari
ginjal sudah bersih tidak mengandung urea. Pasien gagal
ginjal harus menjalani proses cuci darah dengan
menggunakan dialisator sebagai pengganti ginjal.
 6. Penerapan elektroforesis dalam kehidupan sehari-
hari.
Elektroforesis adalah peristiwa terjadinya pergerakan partikel
koloid bermuatan yang dipengaruhi oleh medan listrik. Jenis
muatan partikel koloid dapat ditentukan dengan
elektroforesis. Penerapan elektroforesis dalam kehidupan
sehari-hari adalah untuk mengurangi pencemaran udara. Asap
pabrik hasil buangan industri dapat dibersihkan dengan
menggunakan alat yang bernama Cottrell. Alat ini
menggunakan prinsip elektroforesis. Asap pabrik adalah jenis
koloid aerosol padat. Cerobong asap yang dilengkapi plat
kawat listrik dialiri asap pabrik. Partikel padat (zat pengotor)
yang terdapat dalam asap memiliki muatan. Ketika dialirkan
ke dalam cerobong, partikel ini akan tertarik oleh plat kawat
listrik yang berbeda muatan dengan zat pengotor. Kemudian
zat pengotor ini akan menggumpal, selanjutnya mengendap ke
bawah sehingga asap yang keluar dari cerobong tidak
mengandung partikel pengotor lagi.

Anda mungkin juga menyukai