Faza Talitha Sany (14) Kanika Yudha (20) Naura Hayyu R () PENGERTIAN KOLOID Koloid merupakan suatu bentuk campuran fase peralihan homogen (sejenis) menjadi heterogen. Campuran tersebut merupakan keadaan antara larutan dan suspensi. Secara makroskopis koloid tampak homogen, akan tetapi sebenarnya koloid tergolong campuran heterogen, karena perbedaan partikel kedua fase koloid masih dapat diamati dan dibedakan secara makroskopis. KARAKTERISTIK KOLOID Dispersi molekuler Sifat campuran koloid merupakan heterogen. Dimensi partikel kurang dari 1 nm, sehingga dibutuhkannya mikroskop khusus untuk mengamati koloid. Walaupun koloid bersifat heterogen, akan tetapi koloid tidak dapat disaring. Seperti air laut yang juga mengandung garam didalamnya, akan tetapi setelah dilakukan penyaringan juga tidak kunjung didapatkan hasil. Sistem koloid stabil diakibatkan oleh gaya tarik menarik (London-van der waals), yang menyebabkan partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap. Juga akibat gaya tolak menolak yang disebabkan oleh pertumpang tindihan lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama. Contoh koloid seperti larutan gula, larutan garam, alkohol, cuka, spiritus, air laut, bensin, dan udara bersih. Sistem dispersi adalah campuran antara fase terdispersi dengan medium pendispersi yang bercampur secara merata. Sistem dispersi dibedakan menjadi 3 yaitu, N Dispersi Kasar Dispersi Halus Dispersi Koloid o (Suspensi) (Larutan) 1 Heterogen Homogen Tampak homogen 2 Dua fase Satu fase Dua fase (dilihat dengan mikroskop ultra) 3 Keruh ada endapan Jernih Keruh tanpa endapan 4 Dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring (dengan kertas saring ultra) 5 Tidak stabil Stabil Stabil 6 Diameter partikel > Diameter partikel Diameter partikel 0,00001 <0,0000001 0,0000001 — 0,00001 MACAM-MACAM KOLOID Ada 4 tipe koloid yaitu, Sol adalah sistem koloid dengan fase terdispersi padat dalam medium pendispersi berwujud cair atau padat. Aerosol adalah sistem koloid dengan fase terdispersi padat atau cair dalam medium pendispersi gas. Emulsi adalah sistem koloid dengan fase terdispersi cair dalam medium pendispersi berwujud padat atau cair. Busa adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dalam medium pendispersi cair atau padat. Busa disebut juga buih. Sistem koloid dibedakan menjadi 8 , yaitu N Nama Koloid Fase Terdispersi Medium Contoh Koloid O Pendispersi 1 Sol padat Padat Padat Paduan logam, kaca berwarna 2 Sol cair Padat Cair Tinta, cat
3 Aerosol padat Padat Gas Debu, asap rokok
4 Aerosol cair Cair Gas Kabut, awan
5 Emulsi padat Cair Padat Mentega, keju,
mutiara 6 Emulsi cair Cair Cair Susu, es krim, santan, mayones 7 Busa padat Gas Padat Batu apung, styrofoam 8 Busa cair Gas Cair Busa sabun, krim kocok SIFAT-SIFAT KOLOID Adsorbsi adalah proses penyerapan suatu partikel zat, baik berupa ion, atom, mapun molekul pada permukaan zat tersebut sehingga koloid akan memiliki muatan listrik. Adsorbsi terjadi karena adanya gaya tarik yang tidak seimbang pada partikel zat yang berada pada permukaan adsorben. Penerapan Adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Adsorpsi adalah sebagai berikut... o Penjernihan air dengan menggunakan tawas o Penjernihan air tebu dalam pembuatan gula o Penyembuhan sakit perut dengan norit akibat dari bakteri patogen o Pencelupan serat wol pada proses pewarnaan Koagulasi adalah peristiwa pengendapan partikel- partikel koloid sehingga fase terdispersi terpisah dari medium pendispersinya. Koagulasi disebut juga penggumpalan. Koagulasi terjadi karena dispersi koloid kehilangan kestabilan dalam mepertahankan pastikel- partikelnya untuk tetap tersebar di dalam mediumnya. Hal ini terjadi karena keduanya mempunyai muatan yang berlawanan sehingga saling menetralkan. Penyebab terjadinya koagulasi: Pelucutan muatan koloid sehingga mengakibatkan berkurangnya kestabilan koloid. Penambahan koloid pada dispersi koloid. Penerapan Koagulasi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh koagulasi adalah sebagai beirkut... Penjernihan air Proses penggumpalan debu atau asap pabrik Pengolahan karet dengan lateks Pembentukan delta di muara Proses penetralan partikel albuminoid dalam darah oleh ion Fe3 + atau Al3+ Dialisis adalah menghilangkan muatan koloid dengan cara memasukkan koloid ke dalam membran semipermeabel dengan cara memasukkan koloid ke dalam membran semipermeabel. Membran ini mempunyai pori- pori yang mampu ditembus oleh ion, tetapi tidak mampu ditembus partikel koloid. Bila kantong semipermeabel tersebut dimasukkan ke dalam aliran air, maka ion-ion yang keluar dari membran semipermeabel akan terbawa aliran air, sedangkan koloidnya masih tetap di dalam kantung semipermeabel. Prinsip dialisis diterapkan dalam proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal. Proses ini dikenal dengan nama hemodialisis. Koloid Pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid lainagar tidak terjadi koagulasi. Koloid pelindung bekerja dengan cara membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid lain, sehingga parikel koloid tidak menggumpal atau terpisah dari mediumnya. Contoh penggunaan koloid pelindung: Lesitin, merupakan koloid pelindung yang menstabilkan butiran-butiran halus air di dalam margarin. Gelatin, merupakan koloid pelindung untuk mencegah terbentuknya kristal es dalam es krim. Minyak silikon, sigunakan untuk melindungi campuran zat warna dan oksida logam dalam cat. Kasein dalam susu mampu melindungi lemak atau minyak dalam medium cair. Koloid Liofil dan Liofob Sol liofil ada sol yang fase terdispersinya mempunyai afinitas besar dalam menarik medium pendispersinya. Sol liofob adalah sol yang fase terdispersinya mempunyai afinitas kecil terhadap medium pendispersinya. Perbedaan sol liofil dan liofob No Sol Liofil Sol Liofob 1 Stabil Kurang stabil 2 Kekentalannya tinggi Kekentalannya rendah 3 Kurang menunjukan gerak Brown Gerak Brown sangat jelas 4 Efek Tyndall kurang jelas Efek Tyndall sangat jelas 5 Terdiri atas zat organik Terdiri atas zat anorganik 6 Sulit diendapkan dengan Mudah diendapkan dengan penambahan elektrolit penambahan elektrolit 7 Partikel terdispersinya mengadsorpsi Partikel terdispersinya mengadsorpsi molekul molekul 8 Dapat mengadsorpsi mediumnya Tidak dapat mengadsorpsi mediumnya 9 Bersifat reversible Bersifat irreversible 10 Contoh sol agar-agar dan sol kanji Contoh sol AgCl dan sol CaCO3 Cara Dispersi Dispersi merupakan cara pembuatan koloid yang berasal dari suspensi. Pembuatan koloid dengan cara dispersi dapat dilakukan dengan cara busur Bredig, mekanik, peptisasi, dan homogenisasi. Cara Busur Bredig Pembuatan koloid dengan cara busur Bredig sering disebut juga dengan elektrodispersi. Cara ini dilakukan untuk membuat partikel-partikel fase terdispersi dengan menggunakan loncatan bunga api listrik. Cara ini banyak digunakan untuk membuat sol logam. Logam yang akan didispersikan dipasang sebagai elektrode-elektrode yang dihubungkan dengan sumber arus listrik bertegangan tinggi. Loncatan bunga api listrik yang muncul di antara kedua elektrode akan menguapkan sebagian logam. Uap logam yang terbentuk di dalam medium dispersi akan menyublim dan membentuk partikel halus. Cara busur Bredig biasa digunakan untuk membuat sol emas dan sol platina. Cara Mekanik Pembuatan koloid dengan cara mekanik dilakukan dengan cara penggerusan zat padat hingga halus, kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Namun, pada proses ini fase terdispersinya kadang- kadang mengalami penggumpalan kembali sehingga perlu ditambahkan stabilizer atau zat pemantap. Contoh pada pembuatan mentega, tinta, dan cat. Cara Peptisasi Cara peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan jalan memecah partikel zat yang mengendap dalam medium pendispersi air menjadi berukuran partikel koloid. Proses ini diikuti dengan penambahan suatu elektrolit atau dengan menghilangkan ion-ion elektrolit penyebab pengendapan. Cara peptisasi ini digunakan pada pembuatan sol perak iodida (Agl). Sol perak iodida dibuat dengan cara mencampur larutan AgN03 dengan larutan Kl berlebih. Campuran kedua larutan ini menghasilkan endapan Agl. Endapan Agl kemudian dicuci agar mengalami peptisasi, yaitu terbentuknya partikel koloid Agl. Pencucian mengakibatkan hilangnya kelebihan elektrolit sehingga Agl dapat terdispersi kembali. Cara Homogenisasi Homogensasi adalah cara yang digunakan untuk membuat suatu zat menjadi homogen dan berukuran partikel koloid. Misal untuk membuat koloid tipe emulsi, seperti susu. Pada pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu diperkecil hingga berukuran partikel koloid. Caranya dengan melewatkan zat tersebut melaiui lubang berpori yang mempunyai tekanan tinggi. Apabila partikel lemak dengan ukuran partikel koloid sudah terbentuk, zat tersebut kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersinya 1. Penerapan efek Tyndall dalam kehidupan sehari- hari. Efek Tyndall adalah proses penghamburan cahaya pada partikel koloid. Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall diterapkan pada: a. penggunaan lampu sorot mobil pada kondisi cuaca berkabut. Lampu mobil akan lebih terang pada kondisi berkabut daripada kondisi cuaca cerah; b. sorot lampu mercusuar yang terlihat lebih terang pada kondisi malam yang berkabut dibandingkan pada malam yang cerah; dan c. pada saat ada orang yang merokok di dalam bioskop, sorot lampu proyektor akan terlihat jelas, sedangkan gambar film yang ada di layar tidak terlihat jelas. 2. Penerapan koagulasi dalam kehidupan sehari-hari. Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid dengan menambahkan bahan elektrolit yang berbeda muatan. Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan koagulasi dapat ditemukan pada proses-proses berikut. a. Proses penjernihan air Pada proses penjernihan air, kita dapat menambahkan Tawas KAl(SO₄)₂ ke dalam air. Tawas akan membentuk koloid Al(OH)₃ yang akan menggumpalkan kotoran-kotoran di air, lalu mengendapkannya sehingga kotoran-kotoran tersebut terpisah dari air. b. Pengolahan karet Karet diperoleh dari lateks ( karet mentah). Proses pemisahan karet dari lateks dapat dilakukan dengan menambahkan asam asetat atau asam formiat ke dalam lateks. Penambahan asam asetat dan asam formiat ini berfungsi untuk menggumpalkan karet sehingga karet terpisah dari lateks. c. Proses pembuatan tahu Tahu dibuat dengan menghaluskan kacang kedelai yang bercampur dengan air, kemudian disaring sehingga diperoleh filtrat susu kedelai. Susu kedelai ditambahkan zat elekrolit CaSO₄.2H₂O yang dikenal di kehidupan sehari-hari sebagai batu tahu. Penambahan batu tahu berfungsi untuk menggumpalkan protein yang ada pada susu kedelai sehingga menjadi tahu. 3. Penerapan adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari. Permukaan koloid memiliki kemampuan menyerap ion. Hal ini yang menyebabkan partikel koloid memiliki muatan. Proses penyerapan ion pada permukaan koloid disebut adsorpsi. Dalam kehidupan sehari-hari, sifat adsorpsi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal berikut. a. Pemutihan gula pasir Gula pasir atau gula tebu yang masih mengandung partikel pengotor akan berwarna cokelat atau berwarna kuning. Gula pasir dapat diputihkan dengan melarutkannya dengan air panas, kemudian dialirkan melalui tanah diatom yang berasal dari rangka tumbuhan air. Gula pasir juga dapat diputihkan dengan menambahkan karbon. Karbon adalah adsorben yang dapat mengikat partikel-partikel zat pengotor gula. b. Obat sakit perut (norit) Norit mengandung serbuk karbon yang berasal dari arang kayu tertentu. Norit digunakan sebagai obat sakit perut. Norit di dalam perut akan bercampur dengan cairan yang ada di usus membentuk koloid. Koloid yang terbentuk akan menyerap zat racun atau bakteri patogen yang berada di dalam usus. c. Deodoran Deodoran dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk menghilangkan bau badan. Bahan aktif yang terkandung di dalam deodorant adalah senyawa kimia aluminium klorohidrat Al₂(OH)₅ Cl.2H₂O. Ion aluminium klorohidrat memiliki fungsi memperkecil pori-pori kelenjar keringat dengan menggumpalkan cairan di dalam keringat sehingga jumlah keringat yang dihasilkan tidak berlebihan. 4. Penerapan koloid pelindung dalam kehidupan sehari-hari. Koloid pelindung adalah koloid yang memiliki kemampuan untuk menstabilkan koloid yang lain. Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari diantaranya sebagai berikut. a. Gelatin digunakan dalam pembuatan es krim. Gelatin berfungsi mencegah terjadinya pengkristalan pada es krim agar diperoleh es krim yang lembut. b. Kasein adalah koloid pelindung yang secara alami terdapat pada susu. 5. Penerapan dialisis dalam kehidupan sehari-hari Dialisis adalah proses pemisahan koloid dengan larutan sejati melalui selaput membran semipermiabel. Prinsip dialisis dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk membantu pasien yang mengalami masalah dengan ginjal (gagal ginjal). Pada penderita gagal ginjal, fungsi ginjalnya tidak sempurna. Ginjal berfungsi untuk menyaring darah yang mengandung urea sisa metabolisme tubuh. Seharusnya jika ginjal masih baik, darah yang keluar dari ginjal sudah bersih tidak mengandung urea. Pasien gagal ginjal harus menjalani proses cuci darah dengan menggunakan dialisator sebagai pengganti ginjal. 6. Penerapan elektroforesis dalam kehidupan sehari- hari. Elektroforesis adalah peristiwa terjadinya pergerakan partikel koloid bermuatan yang dipengaruhi oleh medan listrik. Jenis muatan partikel koloid dapat ditentukan dengan elektroforesis. Penerapan elektroforesis dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk mengurangi pencemaran udara. Asap pabrik hasil buangan industri dapat dibersihkan dengan menggunakan alat yang bernama Cottrell. Alat ini menggunakan prinsip elektroforesis. Asap pabrik adalah jenis koloid aerosol padat. Cerobong asap yang dilengkapi plat kawat listrik dialiri asap pabrik. Partikel padat (zat pengotor) yang terdapat dalam asap memiliki muatan. Ketika dialirkan ke dalam cerobong, partikel ini akan tertarik oleh plat kawat listrik yang berbeda muatan dengan zat pengotor. Kemudian zat pengotor ini akan menggumpal, selanjutnya mengendap ke bawah sehingga asap yang keluar dari cerobong tidak mengandung partikel pengotor lagi.