Kelompok II (dua):
Fredy Arifta Nasel 5417221071
Marselina 5417221087
Lia Warti 5417221083
UNIVERSITAS PANCASILA
PROGRAM MAGISTER ILMU KEFARMASIAN
JAKARTA
2018
PENGERTIAN
Menurut WHO, Geriatrik (lansia) adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupan.
• A. Perubahan fisiologi
• B. Perubahan farmakokinetika
• C. Perubahan farmakodinamika
A. Perubahan fisiologi
1. Perubahan panca indera
2. Problem pada tulang
3. Problem pada esofagus
4. Masalah ginjal
5. Masalah otot
6. Masalah paru-paru
B. Perubahan farmakokinetika
R/ Captopril 25 XLV
S 3 dd 1
R/ HCT XV
S 1-0-0
R/ Bisoprolol 5 XV
S 1 dd 1
R/ ISDN 5 XV
S 1 dd 1 SL bila nyeri dada
R/ B1 XLV
S 3 dd 1
R/ Meloxicam 15 XV
S 2 dd 1
R/ Antasida Fl. I
S 4 dd C
Pro : Ny. N (61 Th)
II. Kondisi pasien
Pasien mengeluh nyeri dada, tekanan darah tinggi, sering tremor, dan pegal pada
sekujur badan.
III. Analisis
Pasien menerima 7 item obat yaitu :
1. Captopril yang merupakan antihipertensi golongan inhibitor enzim
pengkonversi angiotensin (ACEI),
2. Hidroklorotiazid (HCT) yang merupakan diuretik golongan tiazid,
3. Bisoprolol suatu agen antihipertensi golongan pemblok β yang kardioselektif
4. Isosorbid dinitrat (ISDN) merupakan antiangina golongan nitrat
5. Tiamin (vitamin B1) untuk terapi defisiensi vitamin B1
6. Meloksikam merupakan obat antiinflamasi nonsteroid, yang memiliki sifat
antinyeri
7. Antasida untuk menetralkan asam lambung
Berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh pasien, maka diresepkan Captopril, HCT, Bisoprolol,
dan ISDN untuk mengatasi hipertensi dan keluhan nyeri dada. Nyeri dada sering menjadi indikasi
adanya gangguan jantung. Meloksikam ditujukan untuk mengatasi keluhan nyeri badan. Vitamin B1
untuk membantu fungsi kardiovaskular dan mengatasi tremor. Pasien tidak secara langsung
mengeluhkan kondisi yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, namun dokter
meresepkan Antasida, hal ini ditujukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya iritasi lambung.
Apabila keluhan nyeri dada pada kasus ini berhubungan dengan gangguan fungsi jantung seperti
halnya angina, maka pemilihan kombinasi antihipertensi berupa Captopril (ACE inhibitor), HCT
(diuretik tiazid), dan Bisoprolol (β-bloker kardioselektif), ISDN merupakan pilihan yang tepat.
Kombinasi tersebut sebagaimana disarankan oleh JNC7. Kecuali pasien tersebut memiliki riwayat
infark myokard, penggunaan diuretik tidak disarankan.
Selain hasil diagnosa, dalam kasus ini yang juga harus menjadi dasar pemilihan terapi yaitu usia.
Dalam hal ini, pasien telah lanjut usia, yaitu 61 tahun. Faktor usia lanjut sangat memungkinkan
terjadinya pengaruh hipertensi terhadap kerusakan berbagai organ seperti jantung, hati, ginjal, dan
otak. Sehingga pemilihan terapinya harus benar-benar diperhatikan.
◦ Dosis Captopril: pasien menerima Captopril 75 mg/hr dalam dosis terbagi tiga, maka dosis
tersebut masih dapat diterima sebagai dosis aman. Begitupun dengan HCT satu kali sehari
pada pagi hari, merupakan dosis yang lazim. Dalam hal ini perlu diingatkan pada pasien,
agar jangan mengkonsumsi HCT pada waktu sore atau malam hari, karena dapat
menimbulkan efek diuresis nokturnal, yang akan mengganggu waktu istirahat pasien pada
malam hari. Bisoprolol 5 mg satu kali sehari juga merupakan dosis aman. Namun pasien
harus diingatkan untuk tidak menghentikan penggunaan obat ini secara mendadak, karena
dapat menyebabkan kambuhan hipertensi (Dipiro).
◦ Pemberian ISDN yang bersifat insidental secara sublingual cukup tepat. Pemberian secara
sublingual dapat memberikan efek yang lebih cepat dibandingkan secara oral. ISDN akan
dengan cepat menangani serangan angina akut yang ditandai gejala sesak nafas dan nyeri
dada. Terapi Captopril akan membantu mencegah serangan angina yang berulang. Pasien
yang menjalani terapi ISDN juga harus diapantau konsentrasi kreatinin serumnya,
terutama pada pasien-pasien yang terindikasi mengalami kerusakan ginjal.
◦ Peresepan vitamin B1, berhubungan dengan penanganan keluhan tremor dan membantu
fungsi kardiovaskular.
◦ Meloksikam diberikan untuk mengobati rasa nyeri. Meloksikam merupakan salah satu anti
inflamasi nonsteroid yang selektif pada COX-2. Sehingga obat ini relative aman terhadap
lambung. Namun harus diwaspadai efeknya terhadap ginjal. (Dipiro; 688, 916)
Dosis Meloksikam yang diresepkan terlalu besar. Pada kasus nyeri osteoarthritis, meloksikam
hanya digunakan untuk terapi jangka pendek, kecuali pada penanganan rheumatoid arthritis
dapat digunakan sebagai terapi jangka panjang. Dosis yang dianjurkan hanya 7,5 mg/hari,
maksimum 15 mg/hari. Apalagi dalam kasus ini pasien telah lanjut usia, dosis yang disarankan
hanya 7,5 mg/hari. Sedangkan pada resep tersebut dokter menuliskan 2 kali sehari masing-
masing 15 mg, atau 30 mg/hari. BNF maupun Pharmacotherapy-Dipiro menyebutkan bahwa
pemberian meloksikam hanya sekali sehari. (BNF 57; 552, 559)
Pemberian antasida tampaknya kurang signifikan. Pasien tidak mengeluhkan gejala yang
menunjukan adanya kelebihan asam lambung sehingga perlu mengkonsumsi antasida. Meskipun
antasida ini hanya bekerja secara local pada lambung, namun tetap perlu diwaspadai
interaksinya. Interaksi mungkin terjadi dengan obat lain, berupa terhambatnya absorpsi obat
lain, yang mengakibatkan bioavailabilitasnya rendah, dan konsentrasi efektif minimumnya
dalam darah tak tercapai, sehingga terapi yang optimum juga tidak tercapai. Disamping itu,
akumulasi kation Mg2+ dan Al3+ sangat mungkin berikatan dengan senyawa-senyawa
phosphate, sehingga absorpsi phophat menurun dan mengakibatkan hipophosphatemia. Terlebih
pasien juga mengkonsumsi diuretik, yang akan meningkatkan aktivitas urinari, yang dapat
semakin meningkatkan resiko hipophosphatemia. (Dipiro; 996).
Penggunaan beberapa item obat secara bersamaan, sangat memungkinkan terjadinya interaksi. Interaksi
yang mungkin terjadi :
a. Captopril dapat berinteraksi dengan antasida. Antasida dapat menurunkan absorpsi captopril,
sehingga antasida dan captopril tidak boleh dikonsumsi bersamaan.
b. Meloksikam + Captopril = menurunkan respon tekanan darah dan risiko kerusakan fungsi ginjal
d. Antasida mengambat absorbsi obat lain yang digunakan pada waktu bersamaan secara oral
IV. Saran:
◦ Dosis meloksikam sebaiknya dikurangi, yaitu hanya 7,5 mg/hari, mengingat pasien telah lanjut
usia, kemungkinan risiko reaksi obat merugikan akan meningkat berupa kerusakan atau penurunan
fungsi ginjal. Begitupun dengan lama terapinya sebaiknya dibatasi. Sampaikan pada pasien untuk
segera menghentikan konsumsi meloksikam ini bila gejala nyeri pada badan telah mereda.