Anda di halaman 1dari 25

ANTIBIOTIK

ANGGOTA KELOMPOK

1. RIZKY RAMADHAN (J210180123)


2. PUJI LESTARI (J210180130)
3. QIDAM HABIBILLAH (J210180142)
4. LANGGENG ADI SANTOSO (J210180165)
5. FITRAH AZZAHRA (J210180166)
6. LENIA SEPTIKA (J210180168)
7. UTARI WIDYA NF (J210181021)
Antibiotik adalah zat kimia yang menghambat bakteri
tertentu. Zat kimia tersebut yang mencegah
pertumbuhan bakteri disebut sebagai bakteriostatik dan
yang membunuh bakteri secara langsung disebut
bakterisidal. Beberapa antibiotik bersifat bakterisidal dan
bakteriostatik bergantung pada konsentrasi obat
tertentu. Antibiotik di gunakan untuk mengobati berbagai
infeksi sistemik dan topikal.
Tahap-Tahap Pembuatan Antibiotik

1. Mikroorganisme penghasil antibiotik harus diisolasi dan jumlah nya harus meningkat
berkali-kali (dikembangbiakan)
2. Lalu mikroorganisme dipindahkan kedalam bejana fermentasi yang menyerupai
tangki yang berisi makanan dan nutrisi untuk mikroorganisme dan ditempat ini
mikroorganisme dipacu pada lingkungan yang cocok agar dapat berkembang dengan baik
dan cepat.
3. Dari hasil cairan biakan itu lalu antibiotik diekstraksi dan dimurnikan, lalu selanjutnya
antibiotik diujikan dengan beberapa tahap dibawah ini: Zat diuji dalam suatu tabung reaksi
apakah zat antibiotik itu bisa mematikan kuman atau tidak.Lalu zat diujikan pada hewan
percobaan , lalu dilihat efek sampingnya.
4. Jika ternyata aman , zat ini akan diujikan kepada beberapa orang dengan pengawasan
ketat para ahli.Jika pengujiannya berhasil, barulah diujikan pada pasien dan selanjutnya
dipasarkan.
Mekanisme Kerja Antibiotik
1. Menghambat metabolisme sel mikroba

2. Menghambat sintesis dinding sel mikroba

3. Menggangu keutuhan membran sel mikroba

4. Menghambat sintesis protein sel mikroba

5. Menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba. Contoh obat rifampisin, dan golongan
kuinolon
Jenis-Jenis Antibiotik
1. Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah sekelompok antibiotik yang sangat kuat yang digunakan untuk mengobati
infeksi serius akibat basilaerob gram negatif. Karena sebagian obat-obat tersebut berpotensi
menimbulkan efek samping yang serius, obat baru yang kurang toxic telah menggantikan
aminoglikosida untuk pengobatan infeksi yang kurang serius.

A. Indikasi:
a. Pengobatan infeksi gram negatif yang serius
b. Pengobatan infeksi pseudomonas
c. Pengobatan koma hepatik
d. Pengobatan topikal pada luka kulit
e. Pengobatan IV atau IM jangka pendek untuk infeksi yang serius
B. Kontraindikasi :
a. Adanya alergi terhadap segala jenis amino glikosda
b. Penyakit hati atau ginjal yang dapat di perburuk oleh efek toxic aminoglikosida
c. Kehilangan pendengaran yang sudah ada, dapat bertambah parah akibat efek toxic pada saraf
auditori
d. Infeksi aktif akibat infeksi herpes

C. Efek samping :
a. Tuli irreversible
b. Paralisis vestibular
c. Kesemutan
d. Demam
e. Mual, muntah dan diare
2. Sefalosporin
Sefalosporin pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an. Obat ini serupa dengan penisilin
dalam hal struktur dan aktivitasnya Sampai saat ini, empat generasi sefa-losporin telah dibuat,
setiap kelompok memiliki spektrum aktivitasnya sendiri.

A. Indikasi:
a. Infeksi saluran kemih
b. Faringitis
c. Demam tifoid
d. Infeksi kulit
e. Penyakit radang panggul

B. Kontraindikasi:
Obat-obat ini tidak boleh digunakan pada pasien yang memiliki alergi terhadap sefalosporin
atau penisilin, karena banyak terjadi sensitivitas silang. Selain itu pengguna harus hati-hati
pada pasien dengan gagal ginjal.
C. Efek samping
Efek merugikan yang paling banyak terjadi akibat penggunaan sefalosporin pada saluran
pencemaan antara lain mual, muntah, diare, anoreksia, nyeri abdomen, dan flatulensi (biasa terjadi).
Kolitis pseudomembranosis, gangguan yang berpotensi membahayakan, telah dilaporkan pada
penggunaan beberapa sefalosporin. Obat tertentu harus dihentikan dengan segera jika terdapat
tanda-tanda diare berdarah yang sangat berat atau nyeri abdomen. Gejala pada SSP antara lain
sakit kepala, pusing, letargi, dan parestesia. Nefrotoksisitas juga berhubungan dengan penggunaan
sefalosporin, terutama sekali pada pasien yang memiliki faktor predisposisi insuflsiensi ginjal. Efek
merugikan lainnya termasuk superinfeksi, yang sering terjadi karena kematian bakteri pelindung
flora normal. Pasien yang mendapatkan sefalosporin parenteral harus dipantau untuk kemungkinan
terjadi flebitis pada pemberian 1V atau abses lokal di tempat injeksi 1M.
3. Fluorokuinolon
Fluorokuinolon adalah kelas antibiotik berspektrum luas yang relatif baru. Obat-obat ini, yang
semuanya dibuat secara sintetis, memiliki efek merugikan yang relatif ringan. F luorokuinolon yang
banyak digunakan adalah siprofloksasin (Cipro), yang efektif melawan bakteri gram-negatif
berspektrum luas. Obat ini tersedia dalam bentuk injeksi, oral, dan topikal.
A. Indikasi :
a. Pengobatan saluran pernafasan
b. Pengobatan saluran perkemihan
c. Pengobatan penyakit kulit
d. Pengobatan radang panggul
e. Pengobatan infeksi okular

B. Kontraindikasi:
Fluorokuinolon dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui alergi terhadap fiuorokuinolon
apapun dan pada wanita hamil atau menyusui, karena efek obat ini belum diketahui terhadap janin
dan bayi. Pemakaian harus hatihati jika terdapat disfungsi ginjal, yang dapat mengganggu ekskresi
obat, dan kejang, yang dapat memperburuk efek obat pada saluran membran sel.
C. Efek samping:
Beberapa efek merugikan dihubungkan dengan fluorokuinolon. Efek yang paling banyak terjadi
yang berhubungan dengan kemungkinan efek pada membran SSP adalah sakit kepala, pusing,
insomnia, dan depresi. Efek pada GI meliputi mual, muntah, diare, dan mulut kering, yang berkaitan
dengan efek obat tersebut secara langsung pada saluran GI dan kemungkinan stimulasi zona
pemicu kemoreseptor pada SSP.
Efek imunologisnya antara lain depresi sumsum tulang, yang mungkin terkait dengan efek obat
pada sel sumsum tulang yang dapat berganti dengan cepat. Efek merugikan lainnya meliputi
demam, ruam dan fotosensitivitas, efek merugikan dengan potensi serius yang dapat menyebabkan
reaksi kulit berat. Pasien harus dianjurkan untuk menghindari matahari dan pajanan sinar ultraviolet
serta menggunakan pakaian pelindung dan tabir surya.
4. Makrolid
Makrolid adalah antibiotik yang mengganggu sintesis protein pada bakteri yang rentan.
A. Indikasi:
a. Pengobatan infeksi saluran pernafasan ringan sampai sedang
b. Pengobatan infeksi kulit
c. Pengobatan infeksi pada pasien yang alergi penisilin

B. Kontraindikasi:
Makrolid dikontraindikasikan pada pasien yang alergi terhadap jenis makrolid manapun, karena
dapat terjadi sensitivitas silang. Preparat okular dikontraindikasikan untuk infeksi mata yang
disebabkan oleh virus, jamur, atau mikobakteri, karena dapat memperburuk kondisi akibat hilangnya
bakteri flora normal. Pemakaian harus hati-hati pada pasien dengan disfungsi hepatik karena dapat
mengubah metabolisme obat; pada pasien dengan penyakit ginjal karena dapat mengganggu
ckskresi obat; pada wanita yang menyusui karena makrolid yang disekresikan ke dalam ASI dapat
menycbabkan diarca scrta superinfeksi pada bayi; dan pada wanita hamil, karena adanya potensi
efek merugikan pada janin yang sedang berkembang.
C. Efek Samping
Efek merugikan yang terkait dengan makrolid relatif sedikit. Efek merugikan yan g paling sering
terjadi, melibatkan efek langsung obat pada saluran GI, sering kali cukup mudah untuk
membatasi penggunaan obat ini. Efek merugikan tersebut antara lain adalah kram abdomen,
anoreksia, diare, muntah, dan kolitis pseudomembranosis. Efek merugikan lainnya meliputi
gejala-gejala neurologis, seperti konfusi, pemikiran abnormal dan emosi tidak terkontrol, yang
dapat berhubungan dengan efek obat pada membran SSP; reaksi hipersentivitas dari ruam
sampai anafilaksis; dan superinfeksi yan g berkaitan dengan hilangnya flora normal.
5. Linkosamid
Linkosamid mirip dengan makrolid tetapi lebih bersifat toksik. Linkosamid bekerja pada tempat yang
hampir sama untuk sintesis protein dan efektif melawan strain bakteri yang sama.
A.Indikasi
Pengobatan infeksi yang berat jika penisilin atau antibiotik yang kurang toksik lainnya tidak dapat
digunakan.

B.Kontraindikasi
Neonatus, hipersensivitas, anak-anak, kehamilan, menyusui, diare, kolitis, kolitis pseudomembran,
meningitis, gangguan lambung, mengemudi. Gangguan fungsi ginjal dan gangguan fungsi hati,
perlu pemantauan fungsi hati dan fungsi ginjal pada pengobatan jangka panjang.

C. Efek Samping
Pemakaian harus hati-hati pada pasien dengan kerusakan hati atau ginj al, yang dapat
mengganggu metabolisme dan ekskresi obat tersebut. Obat ini menembus plasenta dan masuk ke
ASI, oleh karena itu penggunaannya selama kehamilan dan laktasi hanya diperbolehkan jika
manfaatnya lebih besar daripada risikonya terhadap janin atau neonatus. Reaksi GI yang hebat,
seperti kolitis pseudomembranosa telah terjadi. Beberapa efek toksik lain yang membatasi
penggunaan obat ini adalah nyeri, infeksi kulit, dan depresi sumsum tulang.
6. Monobaktam ( Aztreonam)
Diantara antibiotik lainnya, strukturnya unik dan hanya sedikit menimbulkan resistensi silang.
Aztreonam efektif melawan enterobakteria gram negatif dan tidak berpengaruh pada bakteri gram
positif atau anaerob. Obat ini merupakan alternatif yang aman untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri yang rentan pada pasien yang alergi penisilin atau sefalosporin.
A.Indikasi
Pengobatan infeksi enterobakteri gram negatif, sering digunakan sebagai alternatif penisilin.

B.Kontra Indikasi
Aztreonam dikontraindikasikan pada pasien yang alergi terhadap.salah satu jenis aztreonam.
Peringatan harus hatihati pada pasien dengan riwayat reaksi alergi akut terhadap penisilin atau
sefalosporin karena adanya kemungkinan reaktivitas silang; pada pasien dengan disfungsi ginjal
clan hati yang dapat mengganggu bersihan dan ekskresi obat ini; dan pada wanita hamil dan
menyusui, karena adanya kemungkinan efek merugikan pada neonatus.
C. Efek samping
Efek merugikan akibat penggunaan aztreonam biasanya relatif ringan. Efek GI lokal meliputi mual,
rasa tidak nyaman pada GI, muntah, dan diare. Peningkatan enzim hati yang berhubungan dengan
efek obat secara langsung pada hati juga dapat terjadi. Efek lainnya meliputi, inflamasi, flebitis, dan
rasa tidak nyaman pada tempat injeksi dan juga kemungkinan terjadinya respons alergi, termasuk
anafilaksis
7. Penisilin dan Resisten Penisilinase
Penisilin adalah antibiotik yang pertama kali diperkenalkan untuk penggunaan klinis. Sir Alexander
Fleming menggunakan jamur Penicillium untuk menghasilkan penisilin yang asli pada tahun 1920-
an. Versi penisilin berikutnya dikembangkan untuk mengurangi efek merugikan obat tersebut dan
memodifikasinya agar dapat bekerja terhadap bakteri yang resisten.
A.Indikasi
a.Pengobatan infeksi berat yang disebabkan organisme yang sensitif
b.Pengobatan sifilis
c.Pengobatan infeksi saluran kemih pada orang dewasa
d.Pengobatan Lyme

B.Kontraindikasi
Obat-obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang alergi terhadap penisilin, sefalosporin, atau
alergen lainnya. Uji sensitivitas penisilin harus dilakukan jika riwayat alergi pasien tidak jelas dan
penisilin merupakan obat pilihan. Pemakaian harus hati-hati pada pasien dengan penyakit ginjal
(penurunan dosis perlu dilakukan karena pasien juga mengalami penurunan ekskresi), pada wanita
hamil, dan wanita yang menyusui (dapat terjadi diare dan superinfeksi pada bayi).
C. Efek samping
Efek merugikan yang utama dari terapi penisilin melibatkan saluran GI. Efek merugikan yang
banyak terjadi meliputi mual, muntah, diare, nyeri abdomen, glositis, stomatitis, gastritis, luka mulut,
dan lidah kotor. Efek tersebut terutama terjadi akibat hilangnya bakteri dari flora normal dan
kemudian timbul infeksi oleh bakteri oportunistik. Superinfeksi, termasuk infeksi ragi, juga sangat
umum terjadi dan sekali lagi dikaitkan dengan hilangnya bakteri dari flora normal. Nyeri dan
infiamasi pada lokasi injeksi dapat terjadi jika obat berada dalam bentuk yang dapat diinjeksikan.
Reaksi hipersensitivitas dapat termasuk mam, demam, mengi, dan dengan pajanan berulang,
anaiilaksis yang dapat berkembang menjadi syok anafllaktik dan kematian.
8.Sulfonamid
Sulfonamid, atau obat-obat sulfa, adal'ah obat yang manghambat sintesis asam folat. Asam folat
diperlukan untuk sintesis purin dan pirimidin, yang merupakan prekursor RNA dan DNA. Untuk
pertumbuhan dan reproduksi sel, sel memerlukan asam folat. Manusia tidak dapat mensintesis
asam folat dan bergantung pada folat di dalam diet untuk mendapatkan zat yang esensial ini.
Bakteri bersifat impermeabel terhadap asam folat dan harus mensitesisnya di dalam sel tersebut.
A.Indikasi
a.Pengobatan infeksi penyakit menukar seksual
b.Pengobatan kolitis ulseratif
c.Pengobatan otitis media
d.Pengobatan infeksi saluran kemih
e.Pengobatan saluran bronkitis

B.Kontraindikasi
Sulfonamid dikontraindikasikan pada pasien yang alergi terhadap salah satu jenis sulfonamid,
sulfonilurea, atau diuretik tiazid, karena dapat terjadi sensitivitas silang; selama kehamilan, karena
obat dapat menyebabkan cacat lahir dan kernikterus; dan selama laktasi, karena adanya risiko
kernikterus, diare, dan ruam pada bayi. Pemakaian harus diterapkan pada pasien dengan penyakit
ginjal atau memiliki riwayat batu ginjal karena ada kemungkinan peningkatan efek toksik dari obat
tersebut.
C. Efek samping
Efek merugikan yang berhubungan dengan sulfonamid antara lain efek pada GI, seperti
mual, muntah, diare, nyeri abdomen, anoreksia, stomatitis, dan cedera hati yang kesemuanya
terkait dengan iritasi langsung pada saluran GI dan kematian bakteri normal. Efk pada ginjal
berhubungan dengan filtrasi obat di glomerulus dan meliputi kristaluria, hematuria ,dan proteinuria,
yang dapat berkembang menjadi sindrom nefrotik dan kemungkinan nefrosis toksik. Efek pada SSP
antara lain sakit kepala, pusing, vertigo, ataksia, konvulsi, dan depresi (kemungkin, an terkait
dengan efek obat pada saraf). Depresi sumsum tulang dapat terjadi dan terkait dengan efek obat
pada sel-sel yang berganti dengan cepat di sumsum tulang.
Efek dermatologi meliputi fotosensitivitas dan ruam akibat efek langsung pada sel-sel
kulit. Reaksi hipersentivitas yang luas juga dapat terjadi.
9.Tetrasiklin
Tetrasiklin dikembangkan sebagai antibiotik semisintetis berdasarkan pada struktur jamur tanah
yang biasa. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis protein pada bakteri yang sensitif. Obat
ini terdiri dari empat cincin, yang menjadi naama obat tersebut. Peneliti telah membuat tetrasiklin
yang terbaru untuk meningkatkan absorpsi dan penetrasi jaringan. Resistensi yang semakin banyak
terhadap tetrasiklin telah membatasi penggunaannya selama beberapa tahun terakhir ini.
Tetrasiklin (Sumycin, Panmycin, dan 1ain-1ain)tersedia dalam bentuk oral dan topikal untuk
pengobatan berbagai jenis, infeksi, termasuk akne vulgaris dan infeksi kulit minor yang disebabkan
oleh oganisme yang sensitif. Jika penisilin dikontraindikasikan, tetrasiklin sering digunakan.
Tetrasiklin juga tersedia dalam bentuk agens oftalmik untuk mengobati lesi okular superfisial yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan dan sebagai agens profilaktik untuk neonatorum
oftalmia yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae dan C. trachomatis.
A. Indikasi
a.Pengobatan karier meningokokus
b.Infeksi genitourinaria
c.Infeksi kulit minor
d.Ginekologis tanpa komplikasi
B.Kontraindikasi
Tetrasiklin dikontraindikasikan pada pasien yang alergi terhadap tetrasiklin atau tartrazin (yaitu pada
preparat oral khusus yang mengandung tartrazin) dan selama kehamilan dan Iaktasi karena efeknya
pada tulang dan gigi.
Tetrasiklin harus digunakan secara hati-hati pada anak-anak yang berusia kurang dari 8 tahun,
karena berpotensi merusak tulang dan gigi. Tetrasiklin juga harus digunakan secara hati-bati pada
pasien dengan disfungsi hati atau ginjal, karena obat in terkonsentrasi di dalam empedu dan
diekskresikan di dalam urine. Preparat oftalmik dikontraindikasikan pada pasien dengan infeksi
jamur, mikobakteri, atau infeksi virus okular, karena obat ini tidak hanya membunuh bakteri yang
tidak diinginkan tetapi juga bakteri flora normal, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
eksaserbasi infeksi okular yang sedang diobati.

E.Efek samping
Efek merugikan utama terapi tetrasiklin melibatkan iritasi langsung pada saluran GI yang
meliputi mual, muntah diare, nyeri abdomen, glositis dan disfagia. Hepatotoksisitas fatal akibat efek
obat yang mengiritasi hati juga telah dilaporkan Efek pada skeletal meliputi kerusaka gigi dan tulang
karena tetrasiklin memiliki afinitas dengan gigi dan tulang, obat ini terakumulasi di tulang dan gigi,
memperlemah strukturnya dan menyebabkan perubahan warna serta melubangi tulang dan gigi.
Efek dermatologis meliputi fotosensitivitas dan ruam. Superinfeksi termasuk infeksi ragi, terjadi jika
bakteri flora normal dihancurkan. Efek lokal, seperti nyeri dan rasa tersengat pada penggunaan
topikal atau okular, cukup banyak terjadi. Efek hematologi jarang terjadi, seperti anemia hemolitik,
dan depresi sumsum tulang sekunder akibat efek pada sel-sel sumsum tulang yang berganti
dengan cepat. Reaksi hipersensitivitas yang dilaporkan adalah dari urtikaria sampai anafilaksis dan
juga mencakup hipertensi intrakranium
FARMAKOKINETIK
Profil farmakokinetik antibiotik dinyatakan dalam konsentrasi di serum dan jaringan terhadap waktu
dan mencerminkan proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Karakteristik penting
farmakokinetik meliputi peak & trough konsentrasi di serum, waktu paruh (T1/2), bersihan
(clearance) dan volume distribusi. Data farmakokinetik berguna untuk memperkirakan dosis
antibiotik yang tepat, frekuensi pemberian dan mengatur dosis pada pasien dengan gangguan
fungsi ekskresi (Cunha, 2002; Archer, 2005).
Absorpsi antibiotik menunjukkan nilai dan besarnya bioavailability obat setelah pemberian secara
oral atau suntikan. Bioavailability diartikan sebagai besarnya persentase dosis obat yang mencapai
sirkulasi sistemik dari tempat masuknya. Obat harus melewati beberapa membran untuk mencapai
tempat kerjanya
Sebagian besar antibiotik dalam tubuh akan mencapai keseimbangan di jaringan dan plasma.
Penelitian menunjukkan bahwa proses distribusi antibiotik ditandai adanya variabilitas antar individu
dan antar jaringan. Kadar obat di tempat infeksi berbeda dengan kadar di plasma. Kadar dibawah
MIC dapat memicu terjadinya resistensi. Hal ini perlu diperhatikan jika terdapat ketidaksesuaian
antara respons klinis dan hasil tes kepekaan. Hambatan penetrasi jaringan oleh antibiotik paling
baik ditunjukkan pada infeksi sistem saraf pusat (SSP).
FARMAKODINAMIK
Berdasarkan sifat farmakodinamik dan konsentrasi penghambatan minimal (MIC), antibiotik dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu time-dependent atau concentration-independent dan
concentration-dependent. Pada antibiotik kelompok time-dependent seperti β-laktam, glikopeptide,
makrolide, klindamisin dengan meningkatnya konsentrasi antibiotik hanya menunjukkan sedikit atau
tidak ada peningkatan efek terapi sedangkan antibiotik kelompok concentration-dependent seperti
aminoglikosida dan quinolon menunjukkan peningkatan aktivitas seiring dengan peningkatan
konsentrasi. International Society for Anti-infective Pharmacology (ISAP) membuat definisi
parameter farmakokinetik (PK) dan farmakodinamik (PD). Untuk kelompok time-dependent biasanya
menggunakan parameter Untuk kelompok time-dependent biasanya menggunakan parameter
farmakologi t > MIC yaitu persentase kumulatif waktu selama periode 24 jam saat konsentrasi
obat diatas MIC, sedangkan kelompok concentration-dependent biasanya menggunakan parameter
AUC/MIC (area dibawah kurva konsentrasi-waktu selama 24 jam dibagi MIC) dan Cmax/MIC (kadar
konsentrasi puncak dibagi MIC) (Barger, 2003).
Antibiotik juga memiliki perbedaan sifat postantibiotic effect (PAE). Pada umumnya, golongan
concentration-dependent mempunyai PAE lebih lama dibanding golongan time-dependent. Untuk
antibiotik concentration-dependent rasio Cmax/ MIC kurang lebih sepuluh dikaitkan dengan
keberhasilan klinis. Oleh karena itu, konsentrasi yang tinggi menjadi tujuan terapi. Hal ini dapat
dicapai melalui pemberian dosis tinggi sekali sehari. Antibiotik concentration-independent akan lebih
efektif jika durasi konsentrasi di serum lebih tinggi dari MIC pathogen dengan interval dosis yang
proporsional. Pemberian dosis yang sering atau dengan infus kontinyu dapat meningkatkan t > MIC.
Optimalisasi pemberian regimen antibiotik berdasarkan prinsip farmakodinamik dapat menurunkan
terjadinya resistensi antibiotik (Burgess, 1999).
TERIMA KASIH ♥

Anda mungkin juga menyukai