Anda di halaman 1dari 47

Yang Di Buat Oleh : 1.

Dena Ayu Yuliana


2.Remy Endang
DEFINISI

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia


kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda
kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran
jaringan plasenta dan kemungkinan kematian
janin.Pada abortus septik, perdarahan per vagina yang
banyak atau sedang, demam (menggigil),
kemungkinan gejala iritasi peritoneum, dan
kemungkinan syok.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari
terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta,
yang menyebabkan perdarahan sehingga janin
kekurangan nutrisi dan O2.
ETIOLOGI

Beberapa faktor yang menyebabkan Kelainan pada


plasenta.
a) gangguan pembentukan pembuluh darah pada
plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit
darah tinggi yang menahun.
b) Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang
diderita oleh sang ibu
c) Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu
KLASIFIKASI

Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian,


antara lain :
a) Abortus Komplit.
b) Abortus Inkomplit
c) Abortus Insipiens
d) Abortus Iminens.
e) Abortus Habitualis..
f) Abortus Infeksius.
g) Abortus Septik.
MANIFESTASI KLINIS

a) Terlambat haid atau amenore kurang dari 20


minggu
b) Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak
lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi
c) Perdarahan pervaginam, mungkin disertai
keluarnya jaringan hasil konsepsi
d) Rasa mulas atau keram perut di daerah atas
simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup,


bahkan 2-3 minggu setelah abortus
b) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan
apakah janin masih hidup
c) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed
abortion
PENATALAKSANAAAN

1. Abortus iminens
a) Istirahat baring agar aliran darah ke uterus
bertambah dan rangsangan mekanik
berkurang.
b) Periksa denyut nadi dan suhu tubuh 2 kali
sehari bila pasien tidak panas. Namun bila
pasien panas lakukan pemeriksaan setiap 4 jam.
c) Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil
negatif, kemungkinan janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan janin
masih hidup.
2.Abortus insipiens
a) Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya
abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam
dengan diberikan morfin.
b) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang
biasanya disertai perdarahan, tangani dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakum atau
cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg
intramuskular.
3.Abortus inkomplit
a) Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus
cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan
sesegera mungkin ditranfusi darah.
b) Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret
tajam lalu suntikan ergometrin 0,2 mg
intramuskular.
c) Bila janin sudah keluar tetapi plasenta masih
tertingal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual
TERAPI
Terapi untuk perdarahan yang tidak mengancam nyawa
:
MacrodexH
aemaccel, Periston
Plasmagel
Plasmafundin (pengekspansi plasma pengganti
darah) dan perawatan di rumah sakit.
Terapi untuk perdarahan yang mengancam nyawa (syok
hemoragik) dan memerlukan anestesi, harus dilakukan
dengan sangat hati-hati jika kehilangan darah banyak.
Pada syok berat, lebih dipilih kuretase tanpa anestesi
kemudian Methergin. Pada abortus pada demam
menggigil, tindakan utamanya dengan penisilin,
ampisilin, sefalotin, rebofasin, dan pemberian infus.
KEHAMILAN EKTOPIK

DEFINISI
Istila ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic,
dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang
berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
“berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada
kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam
hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik
terganggu.
ETIOLOGI
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak
diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak
diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya
menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan
dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi
tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari
kehamilan ektopik adalah
1. nyeri, amenorrhe
2. perdarahan per vaginam.
Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang
datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen
bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik.
TANDA GEJALA
Tanda :
a) Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau
spotting atau perdarahan vaginal.
b) Menstruasi abnormal.
c) Abdomen dan pelvis yang lunak.
d) Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi
oleh massa kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan.
Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.
e) Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi
hipovolemi.
f) Kolaps dan kelelahan
g) Pucat
h) Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
PENATALAKSANAAN
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah
laparotomi. Dalam tindakan demikian , beberapa hal
harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai
berikut.
a) Kondisi ibu pada saat itu.
b) Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi
reproduksinya.
c) Lokasi kehamilan ektropik.
d) Kondisi anatomis organ pelvis.
e) Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
f) Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
KOMPLIKASI
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder
akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau
pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis
secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya
ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan
hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC,
dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain
adalah perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus,
kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain
itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
PENCEGAHAN
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan
ektopik. Wanita yang merokok memiliki kemungkinan
yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik.
Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan
kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam
arti berhubungan seks secara aman akan melindungi
seseorang dari penyakit menular seksual yang pada
akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit
radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada
saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya
kehamilan ektopik.
RUPTUR UTERI
A.DEFINISI
Ruptur uterus adalah robekan pada uterus, dapat
meluas ke seluruh dinding uterus dan isi uterus
tumpah ke seluruh rongga abdomen (komplet), atau
dapat pula ruptur hanya meluas ke endometrium dan
miometrium, tetapi peritoneum di sekitar uterus tetap
utuh
C. ETIOLOGI
Penyebab kejadian ruptur uteri, yakni:
a) tindakan obstetri,
b) ketidakseimbangan fetopelvik,
c) letak lintang yang diabaikan
d) kelebihan dosis obat bagi nyeri persalinan atau induksi
persalinan,
e) jaringan parut pada uterus,
f) kecelakaan.
D. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya uterus dibagi atas 2 bagian besar corpus
uteri dans ervik uteri. Batas keduanya disebut ishmus uteri
pada rahim yang tidak hamil. Bila kehamilan sudah kira-
kira kurang lebih dari 20 minggu, dimana ukuran janin
sudah lebih besar dari ukuran kavum uteri, maka mulailan
terbentuk SBR ishmus ini. Batas antara korpus yang
kontraktil dan SBR yang pasif disebut lingkaran dari bandl.
Lingkaran bandl ini dianggap fisiologi bila terdapat pada 2
sampai 3 jari diatas simpisis, bila meninggi, kita harus
waspada terhadap kemungkinan adanya rupture uteri
mengancam (RUM). Rupture uteri terutama disebabkan
oleh peregangna yang luar biasa dari uterus
TANDA GEJALA KLINIS

 Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis


atau tenang.
 Dramatis.
 Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat
kontraksi hebat memuncak.
 Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
 Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
 Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat,
tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
 Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan
terdahulu
 Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
 Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis
dalam abdomen ibu
 Bagian janin lebih mudah dipalpasi
 Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun
menjadi tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ
masih didengar
 Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat
dirasakan disamping janin ( janin seperti berada diluar
uterus ).
 Tenang
 Kemungkinan terjadi muntah
 Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
 Nyeri berat pada suprapubis
 Kontraksi uterus hipotonik
 Perkembangan persalinan menurun
 Perasaan ingin pingsan
 Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
 Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
Tanda-tanda syok progresif
 Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek
pada servik atau kontraksi mungkin tidak dirasakan
 DJJ mungkin akan hilang
PENATALAKSANAAN
 Tindakan pertama adalah memberantas syok,
memperbaiki keadaan umum penderita dengan
pemberian infus cairan dan tranfusi darah,
kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan
umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah
melakukan laparatomi dengan tindakan jenis
operasi:
 Histerektomi baik total maupun sub total
 Histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya lalu
di jahit sebaik-baiknya
 Konserfatif : hanya dengan temponade dan
pemberian antibiotika yang cukup.
 Tindakan yang akan dipilih tergantung pada
beberapa faktor, diantaranya adalah :
a. Keadaan umum penderita
b. Jenis ruptur incompleta atau complete
c. Jenis luka robekan : jelek, terlalu lebar, agak lama,
pinggir tidak rata dan sudah banyak nekrosis
d. Tempat luka : serviks, korpus, segmen bawah rahim
e. Perdarahan dari luka : sedikit, banyak
f. Umur dan jumlah anak hidup
g. Kemampuan dan ketrampilan penolong
MANAGEMEN
 Segera hubungi dokter, konsultan, ahli anestesi, dan staff kamar
operasi
 Buat dua jalur infus intravena dengan intra kateter no 16 : satu
oleh larutan elektrolit, misalnya oleh larutan rimger laktat dan
yang lain oleh tranfusi darah. ( jaga agar jalur ini tetap tebuka
dengan mengalirkan saline normal, sampai darah didapatkan ).
 HUBUNGI bank darah untuk kebutuhan tranfusi darah cito,
perkiraan jumlah unit dan plasma beku segar yang diperlukan
 Berikan oksigen
 Buatlah persiapan untuk pembedahan abdomen segera (
laparatomi dan histerektomi )
 Pada situasi yang mengkhawatirkan berikan kompresi aorta dan
tambahkan oksitosin dalam cairan intra vena.
PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
PENGERTIAN
 Pre eklampsia
Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah
suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita
hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar
protein di
dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga
akan
mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan.
 Eklampsia
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti
“halilintar“ karena gejala eklampsia datang dengan
mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam
kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi
akut yang mengancam nyawa dari kehamilan ditandai
dengan munculnya kejang tonik - klonik, biasanya pada
pasien yang telah menderita preeklampsia. (Preeklamsia dan
eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi
kehamilan dan toksemia kehamilan.) (Prawiroharjo,2005).
KLASIFIKASI PRE-EKLAMPSIA DAN
EKLAMPSIA

Pre-eklampsi
Pre Eklamsia ringan
dibagi menjadi
2 golongan Pre-eklampsi
berat
Pre Eklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai
berikut:
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur
pada posisi berbaring terlentang dengan kenaikan
diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30
mmHg atau lebih.
2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau
kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu.
3. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter,
kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream.
Pre Eklamsi berat, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut:
 Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

 Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.

 Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.

 Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di


epigastrium.
 Terdapat edema paru dan sianosis
Eklampsia menjadi 3 bagian berdasarkan waktu
terjadinya eklampsia :
1. Eklampsia gravidarum
2. Eklampsia parturientum
3. Eklampsia puerperium
Eklampsia gravidarum
 Kejadian 50% sampai 60 %
 Serangan terjadi dalam keadaan hamil
Eklampsia parturientum
 Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
 Saat sedang inpartu
 Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan
terutama saat mulai inpartu
Eklampsia puerperium
 Kejadian jarang 10 %
 Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan
berakhir
Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :
1. Tingkat awal atau aura : Berlangsung 30 – 35 detik, tangan
dan kelopak mata gemetar, mata terbuka dengan
pandangan kosong, kepala di putar ke kanan atau ke kiri.
2. Tingkat kejang tonik : Berlangsung sekitar 30 detik, seluruh
tubuh kaku (wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti
sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam,
lidah dapat tergigit).
3. Tingkat kejang klonik : Berlangsung 1 sampai 2 menit,
kejang tonik berubah menjadi kejang klonik, konsentrasi
otot berlangsung cepat, mulut terbuka tertutup dan lidah
dapat tergigit sampai putus, mata melotot, mulut
berbuih, muka terjadi kongesti dan tampak sianosis,
penderita dapat jatuh menimbulkan trauma tambahan.
4. Tingkat koma : Setelah kejang klonik berhenti penderita
menarik nafas, Diikuti yang lamanya bervariasi.
ETIOLOGI PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
 Penyebab preeklamsi dan eklampsi sampai sekarang belum
diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang
penyebab preeklamsi dan eklampsi yaitu :
 Sebab bertambahnya frekuensi pada
primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola
hidatidosa.
 Sebab bertambahnya frekuensi yang makin
tuanya kehamilan
 Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita
dengan kematian janin dalam uterus.
 Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan –
kehamilan berikutnya
 Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang
dan koma.
PATOFISIOLOGI
 Pre-Eklampsia
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan
sensitivitas vaskuler terhadap angiotensin II.
Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan
kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi
vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter
pembuluh darah kesemua organ, fungsi-fungsi organ
seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai
40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan
degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi
IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan
sensitifitas terhadap oksitosin meningkat (Maryunani
& Yulianingsih, 2010).
Perubahan
Sedangkan
pada organ-organ:
kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui s

Perubahan pada mataPada eklampsia terjadi spasmus


pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada
biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasmus, maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
 Perubahan pada organ-organ:

a) Perubahan pada otak


b) Perubahan ada ginjal
c) Perubahan pada paru-paru
TANDA DAN GEJALA PRE-EKLAMPSIA DAN
EKLAMPSIA
 Pre-Eklampsia
Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine
dan tekanan darah tinggi, gejala preeklampsia yang
patut diwaspadai adalah :
a) Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari
penimbunan cairan dalam tubuh
b) Nyeri peru
c) Sakit kepala yang berat
d) Perubahan pada refleks
Pre-eklampsia ringan
Tanda dan gejala :
 Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai
kurang dari 160 mmHg; diastole 90 mmHg sampai
kurang dari 110 mmHg
 Proteinuria : didapatkannya protein di dalam
pemeriksaan urin (air seni)
 Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut,
punggung, wajah atau tangan
Pre-eklampsia Berat
 Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi
kehamilan yang ditandai dengan timbulnya tekanan
darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih. Tanda dan gejala pre-eklampsia
berat :
 Tekanan darah sistolik 160 mmHg
 Tekanan darah diastolik 110 mmHg
 Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus
(kuning)
KOMPLIKASI PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Pre-Eklampsi
 Komplikasi yang terjadi pada preeklamsia yaitu antara lain
(Mitayani, 2009):
 Pada ibu
 Eklamsia
 Solusio plasenta
 Perdarahan subkapsula hepar
 Kelainan pembekuan darah
 HELLP syndrome (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low
platelet count)
 Ablasio retina
 Gagal jantung hingga syok dan kematian
PENCEGAHAN
Usaha pencegahan preklampsia dan eklampsia
sudah lama dilakukan. Diantaranya dengan diet
rendah garam dan kaya vitamin C. Selain itu, toxoperal
(vitamin E,) beta caroten, minyak ikan (eicosapen
tanoic acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti
hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini
mampu mencegah terjadinya preklampsia dan
eklampsia.
PENANGANAN
Tujuan utama penanganan adalah :
 Untuk mencegah terjadinya preeklamsi dan eklamsi
 Hendaknya janin lahir hidup
 Trauma pada janin seminimal mungk
Prinsip penanganan preeklampsia dan eklamsi:
 Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
 Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
 Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio
plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia
sampai kematian janin)
 Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan
cepat sesegera mungkin setelah matur atau imatur jika
diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih berat
jika persalinan ditunda lebih lama.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai