Anda di halaman 1dari 28

Kas

Menganggur:
7 Dilema Antara
Penyerapan,
Risiko, dan
Tuntutan Hukum
Manajemen Keuangan Sektor Publik
Hello!
Kelompok 8
Ni Kadek Arista Dewi
Ni Kadek Anggun Pramesthi Dewi
Sujata
I Wayan Tresna Wira Sentana
I Gede Darma Sarjana

2
Pendahulua
n
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Perubahan (APBN-P) 2015 memerlihatkan data peningkatan anggaran pendapatan
dan belanja negara dibandingkan APBN-P 2014.
Pendapatan dari sektor perpajakan menjadi
penyokong utama pemasukan pemerintah.
Walaupun sebenarnya tax ratio Indonesia masih
rendah, yaitu hanya sekitar 12,73 persen dalam
APBN-P 2015. Namun masih ada harapan untuk
dapat meningkatkan pemasukkan dari sektor
perpajakan.

Sebenarnya, tax ratio tersebut bisa meningkat


sampai dengan 15,06 persen apabila
pemasukkan dari sektor minyak dan gas bumi
serta pajak daerah dimasukkan di dalam
perhitungan. Meski demikian, Indonesia perlu
meningkatkan tax ratio-nya sehingga tidak jauh
tertinggal dari beberapa negara tetangga seperti
Malaysia dan Thailand yang memiliki taxratio
di atas 16 persen.
Dari sektor belanja dan transfer pemerintah
pusat ke daerah, serta dana desa terlihat angka
yang begitu signifikan sekitar 1.984 triliun.
Angka tersebut sudah termasuk di dalamnya
belanja pemerintah pusat menurut organisasi,
menurut fungsi, dan menurut jenis belanja yang
tercantum dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian dan Lembaga (RKA/KL) dan
yang tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA).
Belanja transfer ke daerah dapat dibagi menjadi
dana perimbangan, dana otonomi khusus, dana
keistimewaan, dan dana transfer lainnya di
mana besarannya masing-masing 521,8 triliun,
17,1 triliun, 0,5 triliun, dan 104,4 triliun.
Alokasi transfer pemerintah pusat paling besar
terdapat dalam dana perimbangan.
Kegunaan dana perimbangan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

Mengurangi adanya kesenjangan fiskal antara


pemerintah pusat, pemerintah daerah dan
antarpemerintah daerah
Menciptakan keseimbangan keuangan antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan
antarpemerintah daerah
Dana otonomi khusus dan
penyesuaian dapat dilihat
dalam sejarah perubahan
(Pasal 18 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2003
aturan sebagai berikut
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2004).
(Pasal 1 Angka 24 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2004 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2005).

(Pasal 1 Angka 24 Undang-Undang Nomor 15 Tahun


2005 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2006).
Pasal 1 Angka 24 Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2007).
(Pasal 1 Angka 18 dan 19 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
Besarnya dana yang dialokasikan pemerintah
untuk pemerintah pusat sendiri atau pun yang
dialokasikan kepada daerah menunjukkan
betapa dana tersebut benar-benar harus dapat
terserap untuk pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Penyerapan
anggaran yang maksimal diharapkan akan
membawa kesejahteraan yang juga maksimal
untuk masyarakat.

Kementerian Keuangan mencatat bahwa


penyerapan anggaran beberapa kementerian
masih rendah. Penyerapan beberapa
kementerian tersebut hanya berkisar antara 2,6
persen sampai dengan 21,5 persen. Suatu
angka yang sangat jauh dari perkiraan dan
harapan untuk dapat mempercepat
pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Data tersebut dapat dicermati
dalam tabel 10.3.
Kementerian Keuangan Republik
Indonesia juga memberikan laporan
bahwa sampai dengan triwulan III
tahun 2015 penyerapan anggaran
kementerian dan lembaga baru
mencapai 44,29 persen

Pengaturan proses lelang yang selama ini


diindikasi menjadi penghambat proses penyerapan
sehingga dilakukan revisi Perpres 70 Tahun 2012
dengan Perpres 172 Tahun 2014 sebagai
perubahan ketiga atas Perpres 54 Tahun 2010
belum memberi dampak yang cukup signifikan.
Namun, diharapkan ke depannya penyerapan
anggaran kementerian dan lembaga akan lebih
baik lagi
Penyerapan
Anggaran
Makin banyak program
“ yang dilaksanakann
dalam satu periode
anggaran maka akan
meningkatkan
penyerapan anggaran.

12
Penyebab penyerapan anggaran yang
rendah:

○ Proses penyerapa anggaran terhalang proses


lelang dan pengadaan barang dan jasa.
○ Proses hukum apabila terjadi kerugian Negara
dan kesalahan dalam proses adminidtrasi.
○ Perencanaan anggaran yang buruk.
○ Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Direktorat
Jendral Anggaran Kementrian Keuangan masih
memberlakukan mekanisme blokir atau
bintang terhadap program yang ada dalam
RKA-KL ataupun DIPA

13
Kas
Menganggur
Kas Menganggur

Kelebihan pengelolaan uang menurut Peraturan


Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2017 tentang pengelolaan uang negara/daerah
merupakan kegiatan pengelolaan yang mencakup
pengelolaan kas dan surat berharga termasuk kegiatan
untuk menanggulangi kekurangan kas atau
memanfaatkan kelebihan kas secara optimal.
Pengelolaan dan Pemanfaatan Kelebihan
Kas Secara Optimal

Pasal 35 No. 39
Th. 2007 Pasal 36 Ayat 1 Pasal 36 Ayat 2
Dalam hal terjadi Dalam hal terjadi kelebihan penempatan uang negara
kekurangan kas, Bendahara kas, Bendahara Umum pada bank umum dilakukan
Umum Daerah dapat Negara setelah dengan memastikan bahwa
melakukan pinjaman dari berkoordinasi dengan Bendahara Umum Negara
dalam negeri dan / atau Gubernur Bank Sentral dapat menarik uang
menjual Surat Utang dapat menempatkan uang tersebut sebagian atau
Negara dan / atau surat negara pada rekening di seluruhnya ke Rekening Kas
berharga lainnya sesuai Bank Sentral/Bank Umum Umum Negara pada saat
dengan peraturan yang menghasilkan diperlukan
perundang – undangan bunga/jasa giro dengan
tingkat bunga yang berlaku
Pengelolaan dan Pemanfaatan Kelebihan
Kas Secara Optimal

Pasal 36 Ayat 3 Pasal 36 Ayat 4 Pasal 37 Ayat 1


Kelebihan kas dapat ketentuan lebih lanjut Bendahara umum Daerah
digunakan untuk pembelian mengenai penempatan uang dapat menempatkan uang
kembali Surat Utang Negara negara pada bank umum daerah pada rekening di
sebagaimana dimaksud pada bank sentral/bank umum
ayat 2 dan tata cara yang menghasilkan
pembelian / penjualan bunga/jasa giro dengan
kembali Surat Utang Negara
tingkat bunga yang berlaku
dalam rangka pengelolaan
kas sebagaimana dimaksud
pada ayat 3 diatur dengan
peraturan menteri keuangan.
Pengelolaan dan Pemanfaatan Kelebihan
Kas Secara Optimal

Pasal 37 Ayat 2 Pasal 37 Ayat 3


Penempatan uang daerah ketentuan lebih lanjut
pada bank umum dilakukan mengenai penempatan
dengan memastikan bahwa uang daerah bada bank
Bendahara Umum Daerah umum sebagaimana
dapat menarik uang dimaksud pada ayat 1 dan 2
tersebut sebagian atau diatur dengan Peraturan
seluruhnya ke Rekening Kas Kepala Daerah
Umum Daerah pada saat
diperlukan
Pengelolaan dan Pemanfaatan Kelebihan
Kas Secara Optimal

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3/PMK.605/2010


tentang pengelolaan kelebihan/kekurangan kas pemerintah.
Kelebihan kas merupakan suatu kondisi saat terjadinya dan/atau
diperkirakan saldo Rekening Kas Umum Negara (KUN) melebihi
kebutuhan pengeluaran negara pada periode tertentu setelah
diperhitungkan dengan saldo awal dan saldo Kas Minimum (SKM)
Pengelolaan dan Pemanfaatan Kelebihan
Kas Secara Optimal

Pasal 3 dalam PMK menyebutkan bahwa pengelolaan kelebihan /


kekurangan kas bertujuan untuk:
 Mendapatkan bunga, jasa giro, bagi hasil dari penempatan uang
negara di bank sentral dan/atau bank umum, reverse repo dan/atau
selisih lebih dari harga jual dengan harga beli (capital gain) dari
pembelian/penjualan SBN; dan
 Mengupayakan biaya yang rendah dalam usaha memenuhi
ketersediaan kas pada saat terjadi dan/atau diperkirakan akan terjadi
kekurangan kas.
Pengelolaan dan Pemanfaatan Kelebihan
Kas Secara Optimal

Pada Pasal 4 PMK ini mengatur bagaimana jenis dan tata cara melakukan
investasi terhadap kelebihan kas, meliputi:
 Penempatan uang negara pada bank sentral
 Penempatan uang negara pada bank umum
 Pembelian SBN dari pasar sekunder
 Reverse Repo
Pengelolaan dan Pemanfaatan Kelebihan
Kas Secara Optimal

Tujuan utama manajemen kas pemerintah:


 Menghindari penyimpanan idle cash balances melalui
keputusan pembayaran dan penerimaan kas yang tepat waktu,
serta kemampuan peramalan cash flow yang akurat.
 Memaksimalkan keuntungan pada idle cash dan menghindari
akumulasi simpanan pemerintah yang tidak mendapatkan imbal
balik serta menekan seminimal mungkin biaya – biaya yang
terkait dengan penyimpanan saldo tersebut pada sistem
perbankan di bank sentral atau bank komersial.
Pengelolaan dan Pemanfaatan Kelebihan
Kas Secara Optimal

Tujuan utama manajemen kas pemerintah:


 Mampu mengendalikan berbagai risiko di antaranya risiko
operasional, risiko kredit dan risiko pasar yang terkait dengan
kegiatan pemerintah dan pendanaan kegiatan pemerintah.
 Memastikan bahwa kas yang cukup tersedia untuk membayar
pengeluaran saat jatuh tempo dan meminjam hanya bila
diperlukan dengan upaya meminimalkan biaya pinjaman
pemerintah dan mampu menyediakan pedanaan bagi
pengeluaran pemerintah, atau pembayaran utang pemerintah
tepat pada waktunya dan tidak ada keterlambatan
Risiko dan
Tuntutan
Hukum
Setiap bentuk investasi
“ sampai dengan
investasi yang paling
konservatif sekali pun
akan mempunyai risiko.
Risiko dapat dating dari
faktor eksternal dan
internal
25
Menurut pendidik dan pelatih Treasury Dealing
Room Dapartemen Keuangan Republik Indoneisa
2013 bidang anajemen risiko mengenal 4 macam
jenis manajemen risiko

○ Manajemen Risiko Likuiditas


○ Manajemen Risiko Tingkat Bunga
○ Manajemen Risiko Nilai Tukar Asing
○ Manajemen Risiko Pasar

26
Upaya pengendalian
risiko internal
○ Mencantumkan limit kerugian bagi setiap
dealer yang ditugaskan untuk melakukan
pengelolaan terhadap kelebihan kas.
○ Melakukan pengaturan risiko secara ketat
dalam SOP.
○ Seorang dealer tidak diperkenankan
mengambil risiko di luar jabatan.
○ Pemberian insentif dan remunerasi khusus
yang besarnya akan ditentukan.

27
Thanks
!
Any questions?

28

Anda mungkin juga menyukai