Tanda vital
• Paru-paru : simetris, suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
• Abdomen : Supel, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba membesar
• Ektremitas : Akral hangat, ekstremitas atas dan bawah tidak tampak deformitas,
oedem dan sianosis tidak ada.
Status Neurologis
Brudzinski
Kernig : (- Tanda I : (-/-)
/-)
rangsang
meningeal
Laseque Brudzinski
:(-/-) II : (-/-)
Pemeriksaan Nervus Kranial
5. N. Fasialis (N.VII):
Mengerutkan dahi : dalam batas normal
Menutup mata : dalam batas normal
Memperlihatkan gigi : dalam batas normal
Perasaan lidah 2/3 anterior : tidak dilakukan pemeriksaan
7. N. Glososfaringeus (N.IX) :
Perasa lidah 1/3 anterior : tidak dilakukan pemeriksaan
8. N. Vagus (N.X):
Posisi uvula: tidak ada deviasi
Arkus faring: simetris
9. N. Aksesorius (N.XI):
Mengangkat bahu : dalam batas normal
Memalingkan kepala : dalam batas normal
Fenitoin 2 x 2 caps
Asam folat 1 x 1 tab
Clobazam 1 x 10 mg
Pamol 300
Diazepam 1
Alpentin 75
} capsul
Prognosis
• Ad Vitam : Bonam
• Insiden tertinggi pada anak usia <2 tahun dan usia lanjut >65
tahun.
C. Etiologi
D. Klasifikasi
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) 1981, epilepsi
diklasifikasikan menjadi :
1. Bangkitan Parsial/fokal
Kejang dengan onset lokal pada satu bagian tubuh dan biasanya disertai aura.
a. Parsial sederhana (kesadaran tetap baik)
• Dengan gejala motorik
• Dengan gejala somatosensorik atau sensorik khusus
• Dengan gejala autonom
• Dengan gejala psikis
b. Parsial kompleks (kesadaran menurun)
• Berasal sebagai parsial sederhana dan berkembang menjadi
penurunan kesadaran
• Dengan penurunan kesadaran sejak awitan
c. Parsial yang menjadi umum sekunder
• Parsial sederhana yang menjadi umum toni- klonik
• Parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
• Parsial sederhana menjadi parsial kompleks dan menjadi umum
tonik-klonik
2. Bangkitan Umum
a. Absence
• bangkitan ini ditandai dengan gangguan kesadaran yang
mendadak (absence) dalam beberapa detik (5-10 detik) dengan
motorik terhenti dan penderita diam tanpa reaksi.
• Pada waktu kesadaran hilang, tonus otot skeletal tidak hilang
sehingga penderita tidak jatuh.
• Saat serangan mata penderita akan memandang jauh kedepan
atau mata berputar keatas dan tangan melepaskan benda yang
dipegangnya.
• Pasca serangan, pasien akan sadar kembali dan biasanya lupa
akan peristiwa yang baru dialaminya.
b. Klonik
• Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral , bilateral dengan
pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah.
• Kejang klonik fokal berlangsung 1-3 detik, terlokalisasi, tidak
disertai gangguan kesadaran dan biasanya diikuti oleh fase tonik.
• Kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio serebri atau oleh
ensefalopati metabolik.
c. Tonik
• Berupa gerakan tonik satu ekstremitas atau pergerakan tonik
umum dengan ekstensi lengan
• tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan
fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi.
d. Tonik-klonik
• Penderita akan jatuh secara tiba-tiba desertai teriakan pernafasan
terhenti sejenak kemudian diikuti oleh kekakuan tubuh.
• Setelah itu muncul gerakan kejang tonik-klonik (gerakan tonik
yang disertai dengan relaksasi).
• Pada saat serang penderita tidak sadar, bisa menggigit lidah atau
bibirnya sendiri.
• Pasca serangan, penderita akan sadar secara perlahan dan
merasakan tubuhnya terasa lemas dan biasanya akan tertidur
setelahnya.
e. Mioklonik
• Bangkitan mioklonik muncul akibat adanya gerakan involuntar
sekelompok otot skelet yang muncul secara tiba-tiba.
• Gambaran klinisnya terlihat gerakan ekstensi dan fleksi lengan
atau keempat ekstremitas yang berulang dan terjadi cepat.
f. Atonik
• Biasanya penderita kehilangan kekuatan otot dan terjatuh secara
tiba-tiba.
F. Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis : gejala dan tanda sebelum, selama dan pasca bangkitan.
Meliputi :
• Lama serangan
• Bentuk seranagn
• Faktor pencetus
• Riwayat epilepsi
2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologi
3. Pemeriksaan penunjang
o Elektroensefalografi (EEG)
o Pemeriksaan laboratorium
o MRI atau CT-scan
E. Patofisiologi