Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

FEBRUARI 2019

BRONKOPNEUMONIA
PENDAHULUAN

– Infeksi saluran nafas bawah masih merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan
baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju.
– Insiden pneumonia pada anak ≤5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100
anak/tahun, sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun.
– Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok walaupun ada berbagai
kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal di atas disebabkan oleh munculnya organisme
nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik.
IDENTITAS PASIEN

 Nama : By. H (Muh.A)


 Tanggal Lahir : 13 April 2018
 Umur : 8 bulan
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Bukit Manggarupi
 Agama : Islam
 Ruangan : Asoka
ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Demam
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien anak laki-laki umur 8 bulan diantar oleh orang tuanya masuk RSUD Syekh Yusuf Gowa
dengan keluhan demam sejak 7 hari yang lalu, demam naik turun dan memberat pada malam hari. Demam
turun bila minum obat paracetamol. Batuk berlendir sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, tetapi lendir
sulit pasien keluarkan. Pasien tampak sesak dan mengalami flu.
Selera makan : kurang makan
Selera minum : banyak minum
BAB : BAB encer dengan frekuensi lebih dari 5 kali, berwarna hijau, terdapat lendir. Riwayat BAB
berdarah frekuensi 1 kali sebelum masuk rumah sakit.
BAK : Lancar
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Sakit Sedang/Gizi Buruk/Composmentis
 BB : 7,4 kg
 PB : 56 cm
Tanda Vital
 Suhu : 37,70C
 HR : 144 x/menit
 RR : 42 x/menit
STATUS GENERALIS
• Rambut : hitam halus, sulit dicabut
• Bentuk : mesochepal
• Ukuran : normocephal
• Ubun-ubun besar: menutup
• Wajah : simteris,
Kepala • Mata : konjungtiva pucat (-) , sclera icterus (-)
• Telinga: normotia, secret (-)
• Hidung : pernapasan cuping hidung (-)
• Bibir : tampak kering
• Tenggorokan : T1-T1 hiperemis
• Lidah : kotor
THORAKS
• Pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
Inspeksi
• Tampak retraksi intercostal dinding dada

Palpasi  Fremitus taktil kiri sama dengan kanan, melemah

Perkusi :  Bunyi sonor pada paru kiri dan kanan

 Bunyi pernapasan : bronkovesikuler


Auskultasi :
 Bunyi tambahan : rhonchi (+) , wheezing (-)
JANTUNG
Inspeksi • Ictus cordis tidak tampak
Palpasi • Ictus cordis tidak teraba

• Batas kiri :
• Linea midclavicularis sinistra
Parkusi • Batas kanan :
• Linea parasternalis dextra
• Batas atas :ICS III sinistra
• Bunyi Jantung I dan II murni regular,
Auskultasi
bising jantung (-)
• Inspeksi : cembung ikut gerak napas
• Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-)
Abdomen
• Perkusi : timpany
• Auskultasi : peristaltik kesan normal
Alat
kelamin,
• Dalam batas normal
ekstremitas,
kulit
FOLLOW UP
05/12/2018 Terapi Ugd :
Pasien masuk RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan keluhan demam selama 7 hari yang IVFD Asering 16 tpm
lalu, deman naik turun dan memberat pada malam hari. Batuk berlendir tetapi lendir sulit Paracetamol syr 3 x ½ cth
pasien keluarkan, flu, dan sesak.
Zinc 20 mg/hari
Selera makan : kurang
Selera minum : banyak
BAB : encer, frekuensi 5 kali/hari. Berwarna hijau. Tidak ada Hasil Lab :
lendir dan darah. Pasien mempunyai riwayat BAB darah sebelum masuk rumah sakit.
BAK : Lancar WBC :23,5 (10^3/uL)
O: RBC : 4.04 (10^6/uL)
– Suhu : 37,7 0C
HGB : 9,9 (g/dL)
HCT : 29,8 (%)
– HR : 152 x/menit MCV : 73,8 (fL)
– RR : 46 x/menit MCH : 24.5 (pg)
– A : Febris pro evaluasi + Diare akut MCHC : 33,2 (g/dL)
– P : Rawat Inap PLT : 433 (10^3/uL)
06/12/2018
S : Anak masih demam dan memberat menjelang sore sampai malam hari, batuk Terapi dari dokter :
berlendir, sesak mulai berkurang, mual dan muntah tidak ada.
IVFD asering 500ml/24 jam
S. makan : kurang Cefotaxime 370 mg/12jam/iv
Paracetamol drops 0,8 ml / 6 jam
S. minum : banyak
Zinc 20 mg/hari
BAB : belum BAB pagi ini Nebul Nacl/ 8 jam
BAK : Lancar
O : KU: sakit sedang
– N: 136 x/menit Hasil Foto Thoraks
Kepala : normochepal
– P: 42 x/menit Paru : Rh +/+, Wh -/- Bercak-bercak infiltrat pada kedua paru
Cu : bj I/II murni regular
– S : 37,20C Cor & aorta : bentuk & ukuran dalam batas
Abd : peristaltik (+) kesan meningkat
normal
Met : sianosis dan ikterus tidak ada
Kulit : kemerahan tidak ada Kedua sinus dan diafragma baik
A : bronkopneumonia + diare akut Tulang-tulang intak
P : foto thoraks Kesan : bronkopneumonia
07/12/2018
– S : Demam mulai menurun, batuk berlendir sekali-kali, flu,
perut kembung, tidak sesak, tidak mual, tidak muntah, tidak
sesak.
S. makan : kurang Obat dari dokter

S. minum : banyak IVFD asering 500ml/24 jam


BAB : Biasa Kepala : normochepal Cefotaxime 370 mg/12jam/iv
Paru : Rh +/+, Wh -/- Paracetamol drops 0,8 ml / 6 jam
BAK : Lancar Zinc 20 mg/hari
Cu : bj I/II murni regular
O : KU : Baik Abd : peristaltik (+) kesan normal Nebul Nacl/ 8 jam
– N : 134 x/m Met : sianosis dan ikterus tidak ada
Kulit : kemerahan tidak ada
– P : 32 x/m
A : Bronkopneumonia
– S : 36,7 ‘C P : Terapi Lanjut
08/12/2018
S : Demam mulai menurun, batuk berlendir sekali-kali, flu, tidak
sesak, tidak mual, tidak muntah, tidak sesak
S. makan : kurang
Obat dari dokter
S. minum : banyak
BAB : Biasa warna kuning IVFD asering 500ml/24 jam
Cefotaxime 370 mg/12jam/iv
BAK : Lancar warna kuning
Paracetamol drops 0,8 ml / 6 jam
Kepala : normochepal
O : KU : Baik Zinc 20 mg/hari
Paru : Rh +/+, Wh -/-
– N : 132 x/m Nebul Nacl/ 8 jam
Cu : bj I/II murni regular
Salicyl talk
– P : 32 x/m Abd : peristaltik (+) kesan normal
Met : sianosis dan ikterus tidak ada
– S : 36,5 ‘C Kulit : kemerahan tidak ada
A : Bronkopneumonia
P : Terapi Lanjut
09/12/2018
S : Pasien sudah tidak demam, batuk berkurang, tidak flu, tidak
sesak, tidak mual, tidak muntah
S. makan : mulai banyak
Obat dari dokter
S. minum : banyak
BAB : biasa IVFD asering 500ml/24 jam
Cefotaxime 370 mg/12jam/iv
BAK : lancar
Paracetamol drops 0,8 ml / 6 jam
Kepala : normochepal
O : KU : Membaik Zinc 20 mg/hari
Paru : Rh -/-, Wh -/-
– N :135 x/m Nebul Nacl/ 8 jam
Cu : bj I/II murni regular
Salicyl talk
– P : 32 x/m Abd : peristaltik (+) kesan normal
Met : sianosis dan ikterus tidak ada
– S : 36,3 ‘C Kulit : kemerahan tidak ada
A : Bronkopneumonia
P : Terapi Lanjut
10/12/2018
S : Pasien sudah tidak demam, tidak batuk, tidak mual,tidak
muntah, tidak flu, tidak sesak
Obat dari dokter
S. Makan : banyak
S. minum : banyak IVFD asering 500ml/24 jam
Cefotaxime 370 mg/12jam/iv
BAB : biasa Paracetamol drops 0,8 ml / 6 jam
BAK : lancar Zinc 20 mg/hari
Kepala : normochepal Nebul Nacl/ 8 jam
O : KU : baik Paru : Rh -/-, Wh -/- Salicyl talk
– N : 126 x/m Cu : bj I/II murni regular
Abd : peristaltik (+) kesan normal
– P : 30 x/m Met : sianosis dan ikterus tidak ada
– S : 36,5 ‘ C Kulit : kemerahan tidak ada
A : Bronkopneumonia
P : Terapi Lanjut
DIAGNOSIS KERJA

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, pasien


mengalami :
– Diagnosis Masuk : Febris pro evaluasi + Diare akut
– Diagnosis Keluar : Bronkopneumonia
RESUME
Pasien anak laki-laki umur 8 bulan diantar oleh orang tuanya masuk RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan keluhan Demam sejak
7 hari yang lalu, demam naik turun dan memberat pada malam hari. Demam turun bila minum obat paracetamol. Batuk, berlendir
tetapi lendir sulit pasien keluarkan. Pasien flu, dan sesak, pasien kurang makan, banyak minum, BAB encer lebih dari 5 kali, berwarna
hijau, terdapat lendir. Pasien mempunyai riwayat BAB berdarah sebelum masuk rumah sakit, BAK lancar. Riwayat penyakit sebelumnya
tidak ada. Riwayat penyakit yang sama pada keluarga tidak ada. Riwayat persalinan kesan bayi tunggal, cukup bulan, sesuai masa
kehamilan. Riwayat Imunisasi tidak lengkap. Pasien hanya mendapatkan imunisasi BCG 1, Hepatitis B0 dan Hepatitis B1.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan status gizi, pasien termasuk dalam gizi buruk sesuai dengan Z-Score (<-3 SD), keadaan
umum lemas, kesadaran compos mentis, suhu 37,7 oC, heart rate 144x/menit, respiratory rate 40x/menit, keadaan umum lemas,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus, bibir tampak kering, lidah tampak kotor, tenggorokan tampak hiperemis, turgor baik,
bunyi pernapasan bronkovesikuler, bunyi tambahan terdengan ronkhi pada kedua lapang paru, tidak terdengar wheezing pada kedua
lapang paru, tampak retraksi intercostal dinding dada, ictus cordis tidak tampak dan tidak teraba, bunyi jantung I dan II murni
regular, tidak terdengar bising jantung, peristaltik kesan meningkat, tidak tampak kemerahan pada kulit.
Bercak-bercak infiltrat pada
kedua paru
Pemeriksaan Darah Rutin (05-12-2018) Cor & aorta : bentuk & ukuran
WBC : 23,5 (10^3/uL) dalam batas normal
RBC : 4.04 (10^6/uL) Kedua sinus dan diafragma baik
HGB : 9,9 (g/dL) Tulang-tulang intak
HCT : 29,8 (%)
Kesan : bronkopneumonia
MCV : 73,8 (fL)
MCH : 24.5 (pg) Pengobatan
– IVFD asering 500ml/24 jam
MCHC : 33,2 (g/dL)
– Cefotaxime 370 mg/12jam/iv
PLT : 433 (10^3/uL) – Paracetamol drops 0,8 ml / 6 jam
– Zinc 20 mg/hari
– Nebul Nacl/ 8 jam
– Salicyl talk
DISKUSI
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
Dapat di lihat dari hasil anamnesis pasien awalnya masuk dengan keluhan demam sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit, demam
naik turun dan memberat pada malam hari. Demam turun bila diberikan obat penurun panas. Lalu setelah 3 hari, pasien mempunyai keluhan batuk
berlendir, tetapi lendirnya sulit pasien kelurkan, flu, dan demam naik kembali sesuai dengan gejala bronkopneumonia yaitu suhu dapat naik secara
mendadak sampai 39-40oC. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada
awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi batuk produktif. Pasien juga sebelumnya didiagnosis dengan diare akut dimana pasien mengalami
BAB encer lebih dari 5 kali sebelum masuk rumah sakit, berwarna hijau dan terdapat lendir. Riwayat terdapat BAB berdarah sebelum masuk rumah
sakit. Tetapi setelah diberikan terapi zinc 20 mg per hari , gejala BAB encer pasien sudah membaik.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan anak mengalami demam dengan suhu 37,7 oC, sesak, anak sangat gelisah, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung, ditemukan retraksi intercostal dinding dada, bunyi pern\apasan broncovesiculer, terdengar bunyi
tambahan ronkhi pada kedua lapang paru, tetapi tidak terdengar suara wheezing, tenggorokan tampak hiperemis, lidah tampak kotor dan mulut
tampak kering. Dan dari hasil pemeriksaan penunjang ditemukann leukositosis 23,5 (10^3/uL) dan hasil foto thoraks ditemukan bercak-bercak
infiltrat pada kedua paru.
Dengan demikian, dilihat dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
penyakit bronkopneumonia.
DEFINISI

Pneumonia
• Peradangan pada paru

Bronkopneumonia
• Bronkopneumonia merupakan
salah satu jenis pneumonia yang
terlokalisir pada bronkus sampai
alveolus paru
EPIDEMIOLOGI
 WHO 1999 : penyebab kematian
tertinggi akibat penyakit infeksi di
dunia adalah infeksi saluran napas akut
termasuk pneumonia dan influenza.
 Insiden Pneumonia pada anak ≤5 tahun
di negara maju 2-4 kasus / 100 anak
/ tahun
 Di negara berkembang 10-20 kasus /
100 anak / tahun
 Di Indonesia hampir 30% pada anak
<5 tahun dengan angka kematian yang
tinggi
ETIOLOGI
Lahir – 20 hari
• Bakteri : E.colli, Streptococcus grup B, Listeria monocytogenes

3 minggu – 3 bulan
• Bakteri : Clamydia trachomatis, Streptococcus pneumonia
Virus : Adenovirus, Influenza, Parainfluenza 1,2,3

4 bulan – 5 tahun
• Bakteri : Clamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumonia, Streptococcus
pneumonia
Virus : Adenovirus, Rinovirus, Influenza, Parainfluenza

5 tahun - remaja
• Bakteri : Clamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumonia, Streptococcus
pneumonia
DIAGNOSIS
GEJALA LAIN

Batuk kering →
Sesak napas Demam ≥ 38,5o C
dahak produktif

Palpasi : Vocal fremitus ↓


Kadang disertai Sianosis sekitar Perkusi : redup
muntah atau diare mulut & hidung Auskultasi : fine crackles
(ronkhi basah halus)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Perifer Lengkap
• Leukositosis 15.000 – 40.000/mm3 dengan predominan PMN, kadang LED ↑

C-Reactive Protein (CRP)


• Pneumonia karena pneumokokkus CRP ≥ 120 mg/1 dan prokalsitonin ≥ 5 mg/ml

Serologi
• Streptocokkus grup A : titer antibodi seperti antistreptomisin O, streptotozim atau
antiDbase B ↑
• IgM dan IgG dapat mengetahui jenis Chlamydia pneumonia dan Mycoplasma pneumonia
Pemeriksaan Radiologi

 Difus merata pada kedua paru berupa bercak-


bercak infiltrat
 Penebalan corakan peribronkial
 Konsolidasi segmen atau lobar
 air bronchogram
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3
dari 5 gejala berikut (Bradley et.al., 2011):

1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada

2. Demam

3. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)

4. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus

5. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan, dan
bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
Diagnosis Pneumonia pada daerah
dengan keterbatasan sarana
• Berat : pernafasan cepat (≥ 60 x/menit)
atau retraksi yang berat.
Bayi usia < 2 bulan • Sangat berat : tidak mau menetek/minum.
Kejang, letargis, demam/hipotermia,
bradipneu, atau pernapasan ireguler.

• Ringan : pernafasan pada anak umur 2


bulan – 1 tahun ≥ 50 x/menit. usia 1-5
Anak usia 2 bulan – tahun ≥ 40 x/menit

5 tahun • Berat : adanya retraksi


• Sangat berat : tidak dapat makan/minum,
kejang, letargis, malanutrisi.
PENATALAKSAAN

Pneumonia Ringan

Amoksisilin 25 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sehari


selama 3 hari. Diwilayah resistensi penisilin yang tinggi
dosis dapat dinaikan sampai 80-90 mg/kgBB.

Kotrimoksazol (trimetoprim 4 mg/kgBB – sulfametoksazol


20 mg/kgBB) dibagi dalam 2 dosis sehari selama 5 hari
Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), dipantau dalam 24 jam selama 72 jam
pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di
rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.
Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau
terdapat keadaan yang berat maka ditambahkan
kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat,
segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi
ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
Sebagai alternatif, beri PNEUMONIA
seftriakson (80-100 mg/kgBB
IM atau IV sekali sehari). BERAT
Bila anak tidak membaik
dalam 48 jam, maka bila
memungkinkan buat foto dada.
Apabila diduga pneumonia stafilokokal, ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali sehari) dan kloksasilin (50
mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3 kali pemberian). Bila keadaan anak membaik,
lanjutkan kloksasilin secara oral 4 kali sehari sampai mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara oral selama 2 minggu.
KOMPLIKASI

Pneumonia adanya pneumatokel


atau pneumotoraks
kokus Gram positif
infeksi kulit yang
disertai pus/pustula
Stafilokokus dengan efusi pleura
pada foto dada,
mendukung diagnosis.

Gambaran foto dada


demam menetap cairan pleura
Empiema menunjukkan adanya
cairan pada satu
meskipun sedang
diberi antibiotik
menjadi keruh atau
purulen.
atau kedua sisi dada,
Gagal Dalam Terapi

Tuberkulosis. demam persisten ≥ 2 minggu Lakukan


pemeriksaan dengan sistem skoring untuk menentukan
diagnosis TB pada anak.

Pneumonia pada anak dengan HIV/suspek HIV tersering


pada umur 4-6 bulan merupakan penyebab tambahan yang
penting dan harus segera diterapi.
PROGNOSIS

Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat,


mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1 %. Anak
dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang
terlambat menunjukan mortalitas yang lebih tinggi.
KESIMPULAN
• Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus
paru.
• Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung pada usia Usia. pasien merupakan peranan penting
pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi
pengobatan.
• Jenis pneumonia yang umum adalah pneumonia bakterialis yang paling sering disebabkan oleh pneumokokus.
Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan berlubang-lubang
sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih keluar dari darah masuk kedalam alveoli.
Dengan demikian, alveoli yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi
disebarkan oleh perpindahan bakteri dari alveolus ke alveolus.
• Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya nafas cepat dan
dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung baru dipikirkan kemungkinan pneumonia.
Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis pneumonia hanyalah pemeriksaan posisi AP.
TERIMA KASIH

TERIMA KASIH ....

Anda mungkin juga menyukai