Outline
Bab I Pendahuluan Bab II Tinjauan Pustaka Bab III Metode Penelitian
Latar Belakang, Perumusan Rumah, Perumahan & Permukiman, Pendekatan & ParadigmaPenelitian,
Masalah & Pertanyaan Penelitian, Tujuan Pembangunan Perumahan, Unit Amatan, Unit Analisis & Variabel
Tujuan, Batasan & Manfaat Perumahan Bersubsidi, Faktor Penelitian, Metode & Langkah
Penelitian Pembelian Perumahan, Faktor Teknis Pengumpulan Data, Metode Analisis
Lokasi Perumahan, Evaluasi Data, Tahapan Penelitian.
Pembangunan, Kerangka Teori
Terdapat 5 Pengembang
Maja sebagai Kota Menyangga
Hanya Citra Maja Raya :
Kekerabatan untuk pertumbuhan penduduk
Jakarta perkotaan Memiliki Demand
Tertinggi
kota satelit layaknya Memenuhi kebutuhan
Perumahan Terluas
Depok dan Bekasi saat perumahan bersubsidi
ini. yang ada di Jakarta Mengajukan Periznan
yang berbeda
Rumusan Masalah
Seperti apa
Dari 6075 rumah Fenomena ini tidak
pergeseran
kluster RS yang sudah sesuai dengan tujuan
peruntukan
laku terjual, sebanyak pembangunan
perumahan bersubsidi
5961 rumah dibiarkan perumahan yang
yang terjadi di Kota
kosong oleh tercantum dalam UU
Kekerabatan Maja
pemiliknya.. RI No 1 Tahun 2011
(KKM)?
TUJUAN PENELITIAN
Faktor-Faktor Pemilihan
Preferensi Pemilihan, Pembelian dan Pengambilan Keputusan Konsumen
Pembelian oleh Konsumen
Evaluasi Pembangunan Rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil
Permukiman (outcome) terhadap rencana dan standar
Tujuan Pembangunan Perumahan
Adanya permintaan perumahan dalam jumlah yang besar seiring dengan meningkatnya persebaran
penduduk, maka untuk mengatasi kebutuhan perumahan di bagi menjadi perumahan perkotaan dan
Batubara (1986)
perumahan pedesaan. Pembagian wilayah penanganan kebutuhan perumahan ini didasarkan pada kenyataan
bahwa perbandingan penduduk Indonesia yang bermukim di daerah kota dengan di daerah.
Adanya pembangunan perumahan adalah untuk memenuhi kebutuhan perumahan serta menyediakan tempat
UU RI No 1 Tahun 2011 tinggal layak huni terutama bagi MBR (Masyarakat Berpendapatan Rendah), melalui prasarana, sarana dan
utilitas umum.
Subsidi
Sumber Isi Kesimpulan
kredit pemilikan rumah adalah kredit yang diberikan dalam bentuk untuk membantu konsumen dalam memerlukan kebutuhan papan
yang digunakan untuk keperluan pribadi maupun untuk keluarga yang berisafat komersial dan tidak mempunyai nilai tambah barang
Ibrahim (dalam Natalia, 2015)
atau jasa di masyarakat”. Untuk membedakan kredit menurut faktor–faktor dan unsur–unsur yang ada dalam pengertian kredit, maka
perbedaan kredit dapat dibedakan atas dasar : Jenis KPR, Jenis bank penyedia KPR, Jenis agunan, Sifat kredit, Keperluan Kredit
Subsidi merupakan alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual barang dan jasa, yang
Nota Keuangan dan RAPBN 2014
memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa, sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat
Subsidi adalah pembayaran yang dilakukan pemerintah kepada perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai tujuan tertentu yang
Milton H. Spencer dan Orley M. Amos, Jr.
membuat mereka dapat memproduksi atau mengkonsumsi suatu produk dalam kuantitas yang lebih besar atau pada harga yang lebih
(dalam Munawar, 2013)
murah.
Peraturan Perumahan Bersubsidi
Sumber Isi Kesimpulan
Kelompok sasaran KPR selisih angsuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan tidak memiliki rumah yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari yang bersangkutan dan diketahui oleh kepala desa/lurah Pemerintah telah mengatur standar teknis
Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor setempat; b. belum pernah menerima subsidi Pemerintah untuk pemilikan rumah; c. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan dan skema pembiayaan dalam
48/PRT/M/201 d. menyerahkan fotokopi SPT Tahunan PPh Orang Pribadi atau surat pernyataan bahwa penghasilan yang bersangkutan tidak melebihi pembangunan perumahan bersubsidi
batas penghasilan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri ini.
Aksesibilitas yaitu kemudahan menuju pusat perbelanjaan, Ketersediaan Aksesibilitas, Kerawanan Bencana, Fasilitas Kesehatan,
Prasarana Air Bersih, Ketersediaan Fasilitas Perbelanjaan Pertokoan, (Saputra,
Fasilitas Pendidikan, Pola Ruang, Legalitas, Jaringan
(Ayesha & Umilia, 2013)
Ketersediaan Fasilitas Peribadatan (Mushola), Keindahan (kebersihan), Rachmawati, dan
Aksesibilitas (Kemudahan Menuju Angkutan Umum), Aksesibilitas Kelistrikan, Jaringan Air Minum, Penggunaan Lahan,
Wulan, 2015
(Kemudahan Menuju Sekolah), Ketersediaan Jaringan Listrik, dan Harga Harga Lahan, Kemiringan Lahan
Lahan/Rumah.
Aksesibilitas ke pusat kota: jalan raya utama, sekolah dan tempat rekreasi,
Karakteristik fisik dan lingkungan pemukiman: Kondisi jalan, pedestrian, pola
jalan dan ketenangan, Fasilitas dan pelayanan: kualitas dari utilitas, sekolah,
Bourne (1975)
polisi, dan pemadam kebakaran.Lingkungan sosial: pemukiman bergengsi,
komposisi sosial ekonomi, etnis dan demografi. Karakteristik site rumah: luas Faktor utama dalam
tanah, luas bangunan, jumlah kamar dan biaya pemeliharaan pengembangan
Faktor produk, harga dan lokasi menjadi
pertimbangan utama dalam keputusan Tidak berada pada kawasan lindung, Bebas dari perumahan adalah
pencemaran air, udara, dan gangguan suara atau lokasi, legalitas,
Kesesuaian harga yang dijabarkan melalui kesesuai harga dengan daya beli, pemilihan dan pembelian perumahan
gangguan lainnya, baik yang ditimbulkan sumber aksesibiltas dan
kualitas rumah dan uang muka yang ringan. Kesesuaian lokasi yang
dijabarkan melalui kemudahan menuju lokasi rumah, kedekatan dengan daya buatan manusia maupun sumberdaya alam kesesuaian
(Dolly Andrian, 2004): pusat kota, keuntungan lokasi rumah dan kebencanaan. Serta Kesesuaian seperti banjir, tanah longsor, tsunami, Ketinggian
fasilitas yang dijabarkan melalui kelengkapan fasilitas yang disediakan lahan kurang dari 1.000 meter diatas permukaan laut
pengembang, kesesuaian fasilitas dengan kebutuhan konsumen dan biaya (MDPL), Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan
fasilitas yang sebanding dengan pengeluaran. ketentuan : 1) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang
terletak pada lahan bergeomorfologi datar-landai
Tipe sederhana : faktor harga, kemudahan sistem pembayaran, kedekatan Pd T-03-2005-C dengan kemiringan 0-8% 2) Diperlukan rekayasan
dengan tempat kerja, kemudahan angkutan umum, sistem air bersih dan tata teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%., Pada
letak perumaham. Tipe menengah : faktor keamanan, kedekatan dengan kota-kota yang mempunyai bandar udara, tidak
fasilitas perbelanjaan, pendidikan, kesehatan dan lainnya, sistem air bersih. mengganggu jalur penerbangan pesawat, Kondisi
Shinta (2002) Tipe mewah : lingkungan alam (kesejukan udara, kemudahan memperoleh air sarana-prasarana memadai , Dekat dengan pusat-
bersih), manusia (kebersihan, keindahan dan keamanan), masyarakat (nilai
pusat kegiatan dan pelayanan kota, Bagi masyarakat
prestise perumahan), lindungan (bentuk dan kualitas bangunan rumah),
fasilitas yang tersedia serta faktor jejaring (jaringan air bersih) dan letak
berpenghasilan menengah kebawah, keterkaitan
lokasi perumahan. antara lokasi perumahan dengan pusat-pusat
kegiatan (tempat kerja) dan pelayanan kota akan
mempunyai implikasi ekonomi
faktor lokasi menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan perumahan.
Faktor lain yang dipertimbangkan oleh konsumen adalah aspek lingkungan,
fisik rumah, fungsi rumah dan kedekatan dengan berbagai fasilitas perkotaan
Ehwan (2004)
lainnya. Selain itu kondisi lingkungan yang asri, udara segar, ketersediaan air
bersih, kenyamanan dan kondisi lingkungan yang aman akan menjadi
pertimbangan konsumen
KERANGKA TEORI
Metode Penelitian
Pendekatan & ParadigmaPenelitian, Unit Amatan,
Unit Analisis & Variabel Penelitian, Metode &
Langkah Pengumpulan Data, Metode Analisis
Data, Tahapan Penelitian.
Deduktif Kualitatif
PENDEKATAN
UNIT AMATAN
Pergeseran peruntukan
perumahan bersubsidi yang
terjadi di Kota Kekerabatan Maja
UNIT ANALISIS
Perumahan bersubsidi yang ada
di Kota Kekerabatan Maja
Observasi Lapangan,
Peraturan dan kebijakan pemerintah pusat dan
Aturan (Regulasi) Sesuai/Tidak Primer dan Sekunder Wawancara dan
pemerintah daerah
Studi Literatur
Observasi Lapangan,
Jumlah Rumah Terbeli, Terhuni dan Kosong,
Penghunian (Occupancy) Sesuai/Tidak Primer dan Sekunder Wawancara dan
Tujuan pembelian, Kesesuaian Status Ekonomi
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Faktor Oleh Pemerintah Ada/Tidak Primer
dan Wawancara
Faktor-Faktor Pergeseran
Hasil Temuan analisis Pergeseran Peruntukan Observasi Lapangan
Peruntukan Perumahan Faktor Oleh Pengembang Ada/Tidak Primer
Perumahan Bersubsidi (Deskriptif Eksploratif) dan Wawancara
Bersubsidi
Observasi Lapangan
Faktor Oleh Penghuni Ada/Tidak Primer
dan Wawancara
Sumber Data Jenis Data
Regulasi Pembangunan
Studi Literatur Faktor-faktor lokasi
Sejarah Pembangunan
Masterplan Perumahan
CARA & LANGKAH Jumlah Unit Rumah
PENGUMPULAN DATA Jumlah Unit Rumah Terjual
Harga per unit
Developer Nilai Lahan
1. Primer Pangsa pasar
2. Observasi Lapangan
Fasilitas Sosial tersedia dan
3. Wawancara
Prasarana dan Utilitas
4. Dokumentasi
lingkungan
5. Sekunder
Monografi Kelurahan
Kesesuaian Lahan
Pemerintah Daerah dan Peraturan dan kebijakan
Kantor Kelurahan pemerintah pusat dan
daerah
RDTR atau RTBL
METODE ANALISIS
Deskriptif Eksploratif
“Cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul untuk kemudian dianalisis dan
mencapai kesimpulan akhir. Digunakan untuk mencari serta menemukan.“
Analisis mengenai
Peruntukan Perumahan
Bersubsidi dan Pendeskripsian hasil
Mengkaji keterkaitan
Pergeserannya serta observasi dalam Perumusan rangkuman
antar data dan
faktor-faktor yang rangka pengecekan atau garis besar
informasi yang
mendukung pergeseran data dan informasi
didapat, serta teori-
peruntukan perumahan untuk mendukung
teori.
bersubsidi di Kota proses analisis.
Kekerabatan Maja
Responden Narasumber Cara Keterangan
Pemerintah
Populasi Sampel
Spring View Ibu Eni Blok A09/52
Spring View Ibu Siti Maryam Blok A37/26
Spring View Ibu Maria Blok B33/17
Spring Wood Pak Arya Blok B12/05
Spring Wood Pak Dani Blok A 02/04
Spring Wood Pak Rendy Blok A 05/02
Gambaran Umum
Lokasi Kota Kekerabatan Maja, Kecamatan Maja,
Wilayah Administrasi, Komposisi Kependudukan,
Sarana Prasarana, Perumahan Citra Maja Raya
Kota Fungsional Maja
Kawasan strategis
ekonomi kabupaten
maupun nasional,
RPJMN 2015-2019
Berpotensi menjadi
kawasan ekonomi
dengan tingkat
Luas Kecamatan 6827 Ha Luas permukiman 2,493.01 Ha persaingan regional
Kecamatan Maja
Kondisi Geografis
8 TK 5 pasar
31 SD 11 Minimarket
15 SMP 60 Toko
5 SMA 0 Supermarket
58 Posyandu
3 Puskesmas
3 Balai Pengobatan
2 Praktik Dokter
13 Praktik Bidan
Perumahan Citra Maja Raya
• Pembangunan Boulevard Utama CMR 2, CBD Area, dan EcoPlaza Rumah yang ditawarkan
2018 • Pembangunan New Marketing Office, Sarana Ibadah dan Commuter Bus adala kluster RS dengan
tipe rumah 22/60, 27/72
• Pembangunan Waterpark, Sekolah dan Pasar Modern dan 36/72.
2019 • Pembangunan Sportclub, Sarana Ibadah dan Feeder Bus Harga 119 -160 juta
Kondisi Pembangunan 2015
Pembangunan marketing
office, rumah contoh dan
pembangunan +/- 5000
hunian dalam kategori RS
(rumah sederhana)
Kluster :
Park Lane 1000 rumah
Park Way 529 rumah
Park Ville 572 rumah
Spring Wood 670 rumah
Spring Dale 690 rumah
Spring Valley 210 rumah
Kondisi Pembangunan 2016
Pembangunan
commercial area,
boulevard utama dan
flyover yang diikuti
dengan pembangunan
rumah sebanyak +/- 2000
rumah dan 500 ruko.
Kluster
Park Hill 282 rumah,
Park Street 205 rumah,
spring field 717 rumah
Kondisi Pembangunan 2017
Dibangunnya Sportclub,
Ecopark, Klinik Kesehatan,
Alfamart dan Shuttle Bus
serta melanjutkan
pembangunan
perumahan +/- 6500
rumah yang didominasi
oleh rumah bertipe RE
(Real Estate).
Pembangunan belum “[…]Jalan masih banyak yang belum jadi, belum sesuai rencana
sepenuhnya terselesaikan sama perumahan ini masih sepi aja sih[…]” (Wawancara Pak
Hendi 2 Februari 2019)
relatif memiliki
peningkatan harga yang 200
cukup signifikan :
Tipe 22/60 114-170 Juta 150
Tipe 27/72 132-200 Juta
Tipe 36/72 160-220 Juta
Sistem Cash Keras, Cash
100
mempersempit pangsa
pasar dari Perumahan
Citra Maja Raya.
Rangkuman
Diperbolehkannya pihak
pengembang mengajukan
perizinan pembangunan
perumahan non-subsidi
namun menjualnya dengan
harga perumahan
bersubsidi
Diperbolehkannya hunian di
Perumahan Citra Maja Raya
dijadikan sebagai sebuah
sarana investasi
Faktor oleh Penghuni
Pembeli Perumahan Citra
“[…]Tadinya buat investasi mas tapi karena kerasa berat Maja Raya didominasi oleh
harus bayar cicilan sama bayar kos/kontrak akhirnya jadi pengusaha dan pegawai
tempat buat ditinggalin deh ini[…]” (Wawancara Bu Riani 1 swasta yang berasal
Februari 2019) (Jabodetabek)
“[…]Awal beli buat investasi mas, soalnya kan yang bangun Ciputra,
Pembeli Perumahan memilih
terus kalau dibandingin sama citraland yang lain harganya naik juga
perumahan yang ada, tidak
pasti, saya ngeliat citraland yang di cikupa naiknya udah berkali-kali
hanya sebagai sarana
lipat, tapi karena keluarga saya di desa dan saya kerjanya di BSD
tempat tinggal melainkan
rumah ini jadinya ditempatin buat saya kerja mas[…]” (Wawancara
sebagai saran berinvestasi
Pak Robertus 1 Feb 2019)
dan diketahui pengembang
Celah :
Diperbolehkannya melakukan pembangunan,
penjualan dan pembelian hunian bersubsidi,
dengan perizinan perumahan non-subsidi
Tidak adanya regulasi berdampak pada tatanan
penyelenggaraan dan penghunian
Diskusi Komprehensif
Pembangunan Perumahan
Citra Maja Raya sampai Pergeseran dalam tatanan
Pergeseran dalam tatanan
dengan saat ini telah penyelenggaraan
penghunian (Occupancy)
memasuki tahap (Delivery)
pembangunan ketiga
Selama pembangunan
Perubahan dan
perumahan terjadi
penambahan regulasi tidak
berbagai perubahan dan
berpengaruh
penambahan regulasi
Kontribusi Teoritik
Tujuan
Pembangunan
Perumahan UU 1
Tahun 2011 dan Aca
Sugandhi (2005)
Wilayah Harga Standar Subsidi
Jawa (kecuali Jabodetabek) Rp. 130.000.000
Faktor Pembelian
Faktor Sumatera (Kecuali Kep.Riau dan Bangka Belitung) Rp. 130.000.000
Perumahan
Pengembangan Kalimantan Rp. 142.000.000
Perumahan Tjiptono (2009),
Sinulingga (2018), Sulawesi Rp. 136.000.000
Saputra dkk (2015)
Shinta (2002) Maluku dan Maluku Utara Rp. 148.500.000
Bali dan Nusa Tenggara Rp. 148.500.000
Papua dan Papua Barat Rp. 205.000.000
Kep.Riau dan Bangka Belitung Rp. 136.000.000
Jabodetabek Rp. 148.500.000
Pergeseran Pergeseran
ditatanan Peruntukan
Penghunian Perumahan
Bersubsidi
(Occupancy)
Pemerintah, Pengembang ,
Perlu dibuatnya peraturan yang berkaitan Pembangunan sarana-prasarana atau fasilitas
dengan harga jual perumahan yaitu, penunjang seharusnya dapat segera
perumahan dengan harga jual masuk kedalam diselesaikan sebagai daya tarik masyarakat
kategori harga bersubsidi seharusnya untuk mulai menghuni perumahan yang ada
langsung dimasukan ke dalam kategori
perumahan bersubsidi dengan peruntukan
khusus sesuai dengan persyaratan yang
belaku, dengan sistem standarisasi harga.