Anda di halaman 1dari 2

Di era milenial saat ini, kebutuhan manusia semakin meningkat dan kompleks, pesatnya

pembangunan perkotaan menjadi faktor utama pendorong terjadinya urbanisasi penduduk.


Kegiatan manusia yang semakin beragam dalam upaya pemenuhan kebutuhan menjadi salah satu
pendorong masyarakat untuk pindah ke kota. Lebih dari setengah populasi dunia saat ini tinggal
di perkotaan, dan akan terus meningkat signifikan hingga 68% pada tahun 2050 (PBB, 2018).
Meningkatnya angka pertumbuhan penduduk perkotaan baik dari kelahiran ataupun urbanisasi ke
kota tidak sebanding dengan pembangunan tempat tinggal yang ada, terutama bagi masyarakat
dengan pendapatan menengah kebawah yang berakibat pada timbulnya backlog perumahan di
area perkotaan
Meningkatnya angka pertumbuhan penduduk perkotaan yang tidak sebanding dengan
pembangunan hunian yang ada, juga terjadi di DKI Jakarta hingga saat ini. Tercatat pada tahun
2015 silam dikutip dari ppdpp.id yang diakses pada bulan September 2018, angka Backlog
perumahan di DKI Jakarta berjumlah 1.276.424 rumah dengan trend yang cenderung meningkat.
Disisi lain untuk memenuhi kebutuhan akan hunian di wilayah DKI Jakarta, Kementerian
Perumahan Rakyat (Kemenpera) melalui surat No. 02/KPTS/M/1998 telah menetapkan Maja
sebagai Kota Kekerabatan untuk Jakarta, yang nantinya diproyeksikan dapat menyangga
pertumbuhan penduduk perkotaan dan memenuhi kebutuhan perumahan terutama perumahan
bersubsidi yang ada di Jakarta. . Kota Kekerabatan Maja ditetapkan memiliki peran sebagai kota
satelit wilayah DKI Jakarta layaknya Depok dan Bekasi saat ini. Selain itu Kota Kekerabatan
Maja juga didorong pembangunan dan perkembangannya sebagai salah satu alternative counter
magnet di wilayah Jabodetabek, dalam rangka pemerataan pertumbuhan pembangunan ke
wilayah barat daya,

Pada tahun 2017, tercatat terdapat lima pengembang yang membangun perumahan di Kota
Kekerabatan Maja yaitu PT.Armedian Karya Tama (Bumi Maja Persada), PT. Bukit Nusa Indah
Perkasa (Permata Mutiara Maja), PT. Lindungan Cahya Semesta (Padasuka Residences), PT. PAL
(Bumi Maja Wiratama) dan PT. Citra Maja Raya J O (Citra Maja Raya). Dari kelima perumahan
yang ada hingga saat ini, Perumahan Citra Maja Raya memiliki demand yang paling tinggi diantara
perumahan lainnya yang ada di Kota Kekerabatan Maja hal itu terlihat dari sigapnya pembeli
merespon pemasaran dan penjualan hunian di Perumahan Citra Maja Raya, seperti pada tahun
2015 tercatat, sebanyak 7000 unit hunian di Perumahan Citra Maja Raya laku terjual semua
unitnya dalam jangka waktu 11 hari, selain itu pada tahun 2017 tercatat sebanyak 1000 unit hunian
di Perumahan Citra Maja Raya laku terjual dalam jangka waktu 2 hari. Selain hal tersebut,
Perumahan Citra Maja juga tercatat sebagai perumahan terluas yang ada di Kota Kekerabatan Maja
dengan luasan total mencapai 2600 Ha atau seperempat luasan Kota Kekerabatan Maja, sementara
itu Padasuka Residences merupakan perumahan dengan luasan terkecil, yaitu 3 Ha. Perumahan
Citra Maja Raya tidak hanya menjadi perumahan dengan demand tertinggi dan luasan terbesar,
melainkan juga hanya Perumahan Citra Maja Raya yang mengajukan perizinan perumahan non
subsidi atau komersil namun melakukan penjualan dengan harga dibawah standar harga
perumahan bersubsidi.

Namun, tingginya angka permintaan dan pembelian hunian di Perumahan Citra Maja Raya,
ternyata tidak sebanding dengan pembeli yang memilih tinggal di Perumahan Citra Maja Raya.
Pada februari 2019, tercatat dari 6075 rumah kluster RS yang sudah laku terjual di Perumahan
Citra Maja Raya, sebanyak 5961 rumah dibiarkan kosong oleh pemiliknya. Hal ini
mengindikasikan bahwa pembeli yang ada tidak sesuai dengan peruntukan hunian bersubsidi
Rumah yang seharusnya dijadikan sebagai tempat tinggal justru dibiarkan kosong ditinggalkan
oleh penghuninya, fenomena ini tidak sesuai dengan tujuan pembangunan perumahan yang
tercantum dalam UU RI No 1 Tahun 2011, yaitu pembangunan perumahan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan perumahan serta menyediakan tempat tinggal layak huni terutama bagi
MBR (Masyarakat Berpendapatan Rendah),
melihat hunian yang seharusnya ditempati sebagai salah satu kebutuhan pokok, namun dibiarkan
kosong oleh penghuninya. Oleh karena hal-hal tersebut, maka penelitian ini diindikasikan
membahas mengenai pergeseran peruntukan perumahan bersubsidi di Kota Kekerabatan Maja
(KKM) yang secara detail terjadi di Perumahan Citra Maja Raya untuk kemudian ditemukan
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran tersebut.

Sedikitnya pembeli yang memilih bertempat tinggal di Perumahan Citra Maja Raya
mengindikasikan adanya ketidaksesuaian ataupun pergeseran peruntukan perumahan bersubsidi di
Kota Kekerabatan Maja atau secara lebih detail di Perumahan Citra Maja Raya. Berdasarkan
permasalahan penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian yang ingin dijawab adalah seperti apa
pergeseran peruntukan perumahan bersubsidi yang terjadi di Kota Kekerabatan Maja (KKM)?

Anda mungkin juga menyukai