Pasal 2
Ketentuan Pidana
Pasal 72
Cetakan *******
Editor : Indra J Piliang
Kata Pengantar : Ahmad Erani Yustika & Ardan Adi Perdana
Desain Sampul : M Ismail Z
Tata Letak : Sadam Husain
Pra-cetak :
Ukuran : 13 mm x 20 mm
Halaman : ******
ISBN :
Diterbitkan oleh :
PT SANG GERILYA INDONESIA
Jl. Asem Baris Raya Nomor 9, RT 02/RW 05
Kebon Baru, Tebet, Jakarta
Telepon: 021-6349722
E-Mail: sanggerilyaindonesia@gmail.com
twitter: @GerilyaNews
KATA PENGANTAR
v
vi ******
Ardan Adiperdana
Kata Pengantar Edisi
Pertama
viii
Desa Millenium Ketiga: ix
Prospek & Tantangan Bisnis
xi
xii ******
Misbakhun
Anggota DPR RI
Pendahuluan
Narasi kesejahteraan masyarakat dan peran aktif negara
merupakan artefak yang sejak dahulu diperdebatkan oleh
para filosof, negarawan dan cendekiawan. Negara adalah
institusi formal yang menaungi penduduk dalam suatu
wilayah. Hanya saja, peran negara mengalami dekadensi
manakala pemahaman mengenai pasar dan kapitalisme
merebak pasca revolusi industri di Inggris. Indonesia
sebagai sebuah negara yang berdaulat, baru memahami ini
sebagai gagasan yang mengambang. Walaupun ditopang
dengan konstitusi, landasan negara dan dasar negara yang
kuat, namun konsep kesejahteraan seperti hanya gurauan
para pemangku kebijakan ketika mulai mendekati masa
pergantian rezim kekuasaan.
1
2 ******
1
Thee Kian Wie, Pembangunan, Kebebasan dan “Mukjizat” Orde
Baru, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2003), hlm. 4.
4 ******
2
Yohan Naftali, “Upaya Pemerataan Pembangunan”, http://
www.yohanli.com/upaya-pemerataan-pembangunan.html, hlm. 1.
6 ******
desa.
3
Taufik Kurniawan, dkk, Desa Milenium Ketiga, (Jakarta: Sang
Gerilya Indonesia, 2016), Cet. I, hlm. 81.
8 ******
4
Faisal Kasryno, Prospek Ekonomi Pedesaan Indonesia,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1983), hlm. 21.
10 ******
ekonomi masyarakat.
Misalnya jika setiap desa di Indonesia diberikan jatah
anggaran yang sama yakni sebesar 1 milyar rupiah pertahun,
maka sebuah desa di sebuah kabupaten yang sudah
berkembang dan memiliki anggaran daerah di kisaran 5
trilyun, porsi kebutuhan, prioritas penggunaan dan manfaat
dana desa bagi desa yang berada di pelosok Pulau Papua
tentu akan sangat berbeda. Kita tidak bisa melakukan
azas sama rata bagi kedua desa yang sebetulnya memiliki
kebutuhan berbeda dalam pengalokasiannya. Desa di Papua
akan memiliki lebih banyak kebutuhan anggaran karena
kondisi ekonomi yang belum berkembang, sementara desa
di Kabupaten Bekasi misalnya hanya membutuhkan sedikit
dari alokasi anggaran untuk memberdayakan masyarakat
desa. Hal ini dilatar belakangi oleh berbagai faktor,
seperti faktor kemampuan penunjang anggaran daerah,
kondisi demografis masyarakat, pendapatan masyarakat,
ketersediaan sumber-sumber ekonomi atau lapangan
pekerjaan, tingkat inflasi daerah, jumlah uang beredar
maupun akses publik terhadap infrastruktur penunjang.
Apa yang dilakukan pemerintah mengenai
pemberlakuan prioritas dana desa sudah mencakup prinsip
keadilan dalam pembangunan. Hal ini sesuai dengan teori
sosialistis yang menjadi cabang pemikiran dari Sonny
Keraf (1998) mengenai keadilan distributif. Keadilan
sosialistis memilih prinsip kebutuhan setiap orang sebagai
dasar pemikirannya, seperti yang diungkapkan oleh Louis
Blanc (1811-1882), seorang filsuf sosialisme asal Prancis.
Menurut teori ini, kehidupan masyarakat dapat dikatakan
adil jika kebutuhan semua warganya terpenuhi, seperti
18 ******
5
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2000), hlm. 99.
Desa Millenium Ketiga: 19
Prospek & Tantangan Bisnis
6
V.Wiratna Sujarweni, Akuntansi Desa: Panduan Tata Kelola
Keuangan Desa, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015), hlm. 16.
20 ******
7
Wikipedia, “Undang-Undang Desa”, https://id.wikipedia.
org/wiki/Undang-Undang_Desa, ketentuan umum, hlm. 1.
Desa Millenium Ketiga: 21
Prospek & Tantangan Bisnis
8
Endra M. Yusuf, “Pengertian Undang-Undang Desa dan
Keistimewaannya”, http://www.keuangandesa.com/2017/03/
pengertian-undang-undang-desa-dan-keistimewaanya/, hlm. 1.
22 ******
9
James. A.F. Stoner, “ Definisi Manajemen Menurut Para Ahli”,
http://rocketmanajemen.com/20-definisi-manajemen-menurut-
para-ahli/, hlm. 1.
Desa Millenium Ketiga: 23
Prospek & Tantangan Bisnis
T.A. berkenaan;
• Kekayaan Milik Desa per 31 Des. T.A. berkenaan; dan
• Program Pemerintah & Pemda yang masuk ke Desa.
10
NN, “Peran Bpk Dalam Pemeriksaan Dan Pengawasan
Pengelolaan Keuangan Negara”, https://oneclubaplikom.wordpress.
com/2010/11/21/peran-bpk-dalam-pemeriksaan-dan-pengawasan-
pengelolaan-keuangan-negara/, Hlm. 1.
Desa Millenium Ketiga: 27
Prospek & Tantangan Bisnis
Gatot Darmasto
Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan
Penyelenggaraan Keuangan Daerah
1
Sutoro Eko dkk, Desa Membangun Bangsa”, Australian
Community Development and Civil Society Strengthening Scheme, Cetakan
Desa Millenium Ketiga: 31
Prospek & Tantangan Bisnis
2
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan kebudayaan Republik Indonesia, “Pedoman Umum Gerakan
Desa (Gerakan Pembangunan Desa Semesta) Berbasis Kawasan Untuk
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan”, Maret 2015.
34 ******
3
Cholisin, “Pemberdayaan Masyarakat”, Disampaikan Pada
Gladi Manajemen Pemerintahan Desa Bagi Kepala Bagian/Kepala
Urusan Hasil Pengisian Tahun 2011 Di Lingkungan Kabupaten
Sleman, Desember 2011.
36 ******
4
MG Ana Budi Rahayu, “Pembangunan Perekonomian
Nasional Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa”, tanpa tahun.
Desa Millenium Ketiga: 37
Prospek & Tantangan Bisnis
5
Sutoro Eko dkk, Desa Membangun Bangsa”, Australian
Community Development and Civil Society Strengthening Scheme, Cetakan
Pertama, Februari 2014.
Desa Millenium Ketiga: 39
Prospek & Tantangan Bisnis
Penutup
Pengembangan aplikasi Siskeudes selalu menyesuaikan
dengan perkembangan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Sebagai contoh, dengan terbitnya
Permenkeu Nomor 50/PMK.07/2017 yang mengharuskan
laporan keuangan desa menampilkan output kegiatan,
kemudian Permenkeu Nomor 225/PMK.07/2017 yang
menambahkan informasi dalam laporan keuangan desa
berupa ‘tenaga kerja, durasi, dan upah’.
Sebagai penutup marilah kita merenungi sebuah lagu
indah tentang desa.. Semoga kenangan kita akan masa kecil..
memberi tekad kuat yang membara.. untuk memberikan
kontribusi yang terbaik bagi desa..
sumber:
Buku: Tata Kelola Pemerintahan Desa Era UU Desa, 2017.
Nata Irawan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Politik di Desa:
Demokrasi Lokal Ala
Nagari
Pendahuluan
Desa merupakan kesatuan organisasi penting sebagai
bagian dari kesatuan organisasi pemerintahan. Desa menjadi
tumpuan karena desa menghadirkan pelbagai aktifitas
masyarakat yang seringkali menghidupi kota. Di desa juga
ditemukan aktifitas masyarakat yang mengedepankan
aspek sosio-kultural. Selain itu di desa pula isu seputar nilai
kearifan lokal (local wisdom) dan isu yang berkaitan dengan
lingkungan dan perlindungan kelestarian alam diwujudkan
dalam bentuk kegiatan yang khas.
Undang-undang yang mengatur mengenai
Pemerintahan Desa terus mengalami perubahan, sejak
diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Pemerintahan di Daerah, UU No. 32 Tahun 2004
57
58 ******
1
Untuk lebih jelasnya baca Undang – Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, tersedia di : www.kemendagri.go.id/
dmdocumentsUU_6_2014_Desa.pdf;
2
Penjelasan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014, lihat
www.budimansudjatmiko.net/uudesa
Desa Millenium Ketiga: 59
Prospek & Tantangan Bisnis
Local Government
Local government mengandung tiga arti (Hoeesein,
2001:3), yaitu Pertama, berarti pemerintahan lokal. Kedua,
berarti pemerintahan lokal yang dilakukan oleh pemerintah.
Ketiga, berarti daerah otonom. Dalam arti yang pertama
merujuk pada lembaga/organnya, sehingga local government
adalah organ/badan/lembaga pemerintah di tingkat daerah.
Istilah local government kemudian dikenal dengan istilah
local authority (United Nation:1961). Kedua istilah tersebut
kemudian merujuk pada council dan mayor yang rekrutmen
62 ******
Kembali Bernagari
Pada masa pemerintahan orde baru, pemerintahan nagari
dihapus di Minangkabau. Kebijakan ini menegaskan bahwa
Pemerintahan terendah yang berlaku disebut sebagai Desa.
Desa Millenium Ketiga: 63
Prospek & Tantangan Bisnis
Penutup
Nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum dengan
batas-batas wilayah yang jelas, mempunyai harta kekayaan
sendiri dan memiliki kelengkapan, serta berhak mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan kembalinya
bernagari berarti masyarakat Minangkabau menegakkan
adat lamo pusako usang dalam konteks kekinian. Artinya
masyarakat Minangkabau kembali menjalankan sistem
pemerintahan berbasis adat atau budaya Minangkabau
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal tersebut dapat dilihat dari keberadaan pemerintahan
nagari sebagai pemerintahan terendah yang berkoordinasi
dengan pemerintahan di atasnya dalam menyelenggarakan
pemerintahannya. Artinya, pemerintahan nagari saat ini tidak
lepas berdiri sendiri tanpa memperdulikan pemerintahan di
atasnya. Wali Nagari yang tadinya berasal dari pucuk adat,
saat ini dapat dipegang oleh siapa pun yang memenuhi
syarat dan memenangkan proses pemilihan.
Di samping itu, unsur-unsur kepemimpinan
Minangkabau tetap dilibatkan dan bersama-sama dengan
Wali Nagari dalam menjalankan pemerintahan nagari. Unsur
kepemimpinan tersebut bergabung dalam suatu Badan
Perwakilan Nagari atau BPN. Suatu badan yang tadinya
tidak termaktub dalam adat atau budaya Minangkabau.
Keputusan-keputusan Wali Nagari, BPN, maupun
keputusan kerapatan adat nagari tetap berpedoman atau
tidak bertentangan dengan berbagai Perda kabupaten,
propinsi maupun peraturan pemerintah dan undang-
undang yang terkait.
70 ******
Referensi
Eko, Sutoro, Menggantang Asap: Kritik dan Refleksi Atas
Gerakan Kembali ke Nagari, 2005.
Frans dan Keebet von Benda-Beckmann, 2009. “Identitas-
identitas Ambivalen: Desentralisasi dan Komunitas-
komunitas Politik Minangkabau” dalam Henk
Schulte Nordholt dkk (Editor). Politik Lokal di
Indonesia. Jakarta: KITLV dan Yayasan Obor
Indonesia.
Kartohadikoesoemo, Soetardjo, Desa, Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1984.
Kumpulan Tulisan Pemberdayaan Masyarakat Adat Di
Indonesia, Yogyakarta: IRE.
Mahmoed IA, Sutan. 2008. Nagari Limo Kaum. Pusat Bodi
Caniago Minangkabau. Limo Kaum: Yayasan Mesjid
Raya Limo Kaum.
Navis, AA. 1986. Alam Terkembang Jadi Guru. Adat dan
Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: PT. Pustaka
Grafitipers.
Desa Millenium Ketiga: 71
Prospek & Tantangan Bisnis
Taufik Kurniawan
Doktor lulusan Universitas Diponegoro. Sekarang
menjadi Wakil Ketua DPR RI.
Pendahuluan
Dewasa ini, pemerintahan Ir Joko Widodo dan Drs
Jusuf Kalla (2014-2019) sangat giat mengembangkan
infrastuktur daerah dan perdesaan. Selama dua dekade,
terutama sejak reformasi politik melanda tahun 1998,
Indonesia memang lebih banyak terfokus kepada penataan
kelembagaan demokrasi lewat amandemen konstitusi dan
kegiatan lainnya.1 Penataan kelembagaan demokrasi itu
1
Amanda Savirani & Olle Tornquist (Penyunting). Mei 2016.
Reclaiming The State: Mengatasi Problem Demokrasi di Indonesia Pasca-
Soeharto. Yogyakarta: POLGOV & PCD Press.
72
Desa Millenium Ketiga: 73
Prospek & Tantangan Bisnis
2
Buku bacaan paling berpengaruh menyangkut topik
demokrasi ini terdapat dalam Guillermo O’Donnel, Philippe C
Schmitter & Laurence Whitehead (Editor). Februari 1993. Transisi
Menuju Demokrasi: Tinjauan Berbagai Perspektif. Jakarta: LP3ES.
Desa Millenium Ketiga: 75
Prospek & Tantangan Bisnis
3
R Siti Zuhro (Editor). April 2007. Profesionalitas dan Netralitas
Birokrasi Menuju Daya Saing Ekonomi Daerah: Studi di Empat Provinsi.
Jakarta: The Habibie Center dan Hans Siedel Foundation.
76 ******
4
Taufik Abdullah. 2001. Nasionalisme dan Sejarah. Bandung:
Satya Historika.
Desa Millenium Ketiga: 77
Prospek & Tantangan Bisnis
5
Lihat Hermawan Sulistyo, “Negara dan Masyarakat Lokal:
Studi mengenai Otonomi Daerah, Pemda, dan Kapasitas Masyarakat
Lokal”, dalam Didik J Rachbini (Penyunting). 1995. Negara dan
Kemiskinan di Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
6
Bambang Yudoyono. 2001. Otonomi Daerah: Desentralisasi dan
Pengembangan SDM Aparatur PEMDA dan Anggota DPRD. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
7
Edward Aspinall & Greg Fealy (Ed). 2003. Local Power and
Politics in Indonesia: Decentralisation & Democratisation. ISEAS & CSIS:
Singapore.
78 ******
8
Budi Baik Siregar & Wahono (Penyunting). 2002. Kembali
ke Akar: Kembali ke Konsep Masyarakat Asli. Jakarta: Forum
Pengembangan Partisipasi Masyarakat.
Desa Millenium Ketiga: 79
Prospek & Tantangan Bisnis
9
Jack Snyder. November 2003. Dari Pemungutan Suara ke
Pertumpahan Darah. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
80 ******
pelayanan publik.
Ketiga : mensinergikan tata-kelola pemerintahan
Indonesia sebagai satu kesatuan sistem yang
tidak terfragmentasi dengan memperlakukan
rezim desentralisasi sebagai ujung tombak
menggantikan rezim sektoral dan rezim
keuangan.
Keempat : Melakukan reformasi tata hubungan
keuangan pusat dan daerah dengan cara
pengaturan sistem distribusi keuangan
nasional .
Kelima : Melakukan pemerataan pemerataan
pembangunan antar wilayah: Jawa – Luar
Jawa, Indonesia Barat – Indonesia Timur;
serta Kota – Desa.
Keenam : Menata pembentukan daerah otonom
baru yang lebih berorientasi kesejahteraan
dengan perubahan kebijakan Dana Alokasi
Umum (DAU).
Ketujuh : Mendorong daerah dalam melakukan
pengurangan overhead cost (biaya rutin)
dan mengalokasikan lebih banyak untuk
pelayanan publik.
Kedelapan : Melakukan reformasi pelayanan publik
melalui penguatan desa, kelurahan dan
kecamatan sebagai ujung tombak, serta
implementasi UU tentang Desa secara
sistematis, konsisten dan berkelanjutan
dengan fasilitasi, supervisi dan
pendampingan.
Desa Millenium Ketiga: 83
Prospek & Tantangan Bisnis
10
R Siti Zuhro. 2009. Demokrasi Lokal: Peran Aktor dalam
Demokratisasi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
84 ******
11
Mohamad Ikhsan, Chris Manning & Hadi Soesastro. Juni
2002. Ekonomi Indonesia di Era Politik Baru: 80 Tahun Mohammad Sadli.
Jakarta: Penerbit Kompas.
Desa Millenium Ketiga: 85
Prospek & Tantangan Bisnis
12
Secara keseluruhan, persoalan ekonomi dalam perubahan
konstitusi di Indonesia dalapat dibaca dalam Jimly Asshiddique.
Januari 2010. Konstitusi Ekonomi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
86 ******
13
Francois Raillon, “Dapatkah Orang Jawa Menjalankan
Bisnis?: Bangkitnya Kapitalis Pribumi di Indonesia”, dalam Hans
Antlov dan Sven Cederroth. 2001.Kepemimpinan Jawa: Perintah Halus,
Pemerintahan Otoriter. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal. 223-258.
Desa Millenium Ketiga: 87
Prospek & Tantangan Bisnis
14
Eka Sastra. 2007. Agar Negara Kaya Raya: Entrepreneurship
untuk Pembangunan Ekonomi Nasional. Jakarta: Merdeka Book.
88 ******
Daftar Pustaka:
1. Amanda Savirani & Olle Tornquist (Penyunting). Mei
2016. Reclaiming The State: Mengatasi Problem Demokrasi
di Indonesia Pasca-Soeharto. Yogya: POLGOV & PCD
Press.
2. Bambang Yudoyono. 2001. Otonomi Daerah:
Desentralisasi dan Pengembangan SDM Aparatur PEMDA
dan Anggota DPRD. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
15
Rama Prihandana. 2006. Menuju Desa Mandiri Energi. Jakarta:
Proklamasi Publishing House.
Desa Millenium Ketiga: 89
Prospek & Tantangan Bisnis
Pendahuluan
Pada era globalisasi, informasi begitu cepat hilir mudik
mengisi keseharian kehidupan kita. Dalam hitungan detik,
informasi mengenai apa yang terjadi di Amerika Serikat
misalnya, dapat diketahui dan menjadi perbincangan
di belahan bumi lain seperti Indonesia. Era globalisasi
menuntut kita dalam kondisi yang serba cepat dalam
penguasaan tekhnologi informasi. Tertinggal satu detik saja
maka kita akan kalah dalam kompetisi berdasar system yang
menjadi pakem dunia global saat ini. Hal tersebut berakibat
pada semakin tajamnya kompetisi dan persaingan pada
beberapa aspek kehidupan. Ekonomi, social, kesehatan,
keamanan, ketahanan nasional, politik dan berbagai hal
lainnya. Kompetisi yang ada tanpa dibatasi dimensi ruang
dan waktu, hanya terbatas pada genggaman tangan anda.
91
92 ******
Daftar Pustaka
http://desamembangun.id/kelengkapan-implementasi-
pasal-82-dan-86-uu-des_a/
Marshall, Mcluhan, Understanding Media: The Extensing
of Man, The MIT Press,1964.
Soekanto, Sarjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali
Pers, 2008.
Onno W. Purbo dan Aang Arif, Mengenal E-Commerce,
Elex Media Komputindo, 2001
Laudon, Kenneth C, E-Commerce: Business, Technology,
Society (4th Edition), Upper Saddle River, New
Jersey: Pearson Education, 2008.
Ancaman Digital
Divide bagi
E-Commerce
Harryadin Mahardika
Kepala Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Univesitas Indonesia
103
104 ******
akibat digital divide ini? Selain itu, strategi apa saja yang
dapat digunakan oleh e-commerce untuk sementara waktu
dengan kondisi infrastruktur jaringan internet seperti
sekarang ini?
Kesenjangan Digital
Jaringan internet berkecepatan tinggi dan gadget
yang mumpuni saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok
masyarakat, tak terkecuali masyarakat pedesaan. Selain
sebagai sumber informasi, internet juga bisa memiliki
manfaat lain yang sangat diperlukan masyarakat desa,
yaitu manfaat ekonomi. Sebagian besar populasi pedesaan
di Indonesia bekerja sebagai petani dan nelayan, yang
menghasilkan berbagai macam komoditas bahan makanan.
Kesenjangan digital dalam konteks wilayah pedesaan
(dan daerah terpencil) di Indonesia umumnya terjadi karena
empat faktor berikut:
Pertama karena tidak adanya infrastruktur jaringan
internet. Pemerintah dan swasta memiliki keterbatasan
dalam berinvestasi membangun jaringan ke seluruh sudut
Indonesia. Faktor geografis Indonesia yang terdiri dari
banyak kepulauan dan dipenuhi dataran tinggi pegunungan,
membuat skala ekonomi dari investasi yang dilakukan
sulit dicapai. Diperkirakan 10 persen dari total populasi
Indonesia mengalami isolasi digital secara temporer
maupun permanen.
Penyebab kesenjangan kedua adalah ketersediaan
gawai yang mampu mengakomodasi perkembangan
teknologi internet terbaru. Karena keterbatasan akses
Desa Millenium Ketiga: 105
Prospek & Tantangan Bisnis
R. Yando Zakaria2
Pengantar
Meski tidak menjadi bagian pendorong awal dalam
gerakan advokasi UU Desa yang baru (Vel, Zakaria, dan
Bedner, 2016), gerakan perempuan menjadi salah satu
pihak yang aktif dalam proses legislasi UU Desa. Lebih
1
Makalah yang dipresentasikan pada lokakarya “New Law,
New Villages? Changing rural Indonesia”. Leiden, 19 – 20 May 2016.
Diselenggarakan oleh KITLV bekerjasama dengan Van Volenhoven
Institute, Leiden University, Program Asian Modernities and
Traditions (AMT), dan the Norwegian Centre for Human Rights,
University of Oslo (NCHR).
2
Praktisi antropologi. Fellow pada Lingkar pembaran Desa dan
Agraria (KARSA), Yogyakarta; dan pengajar tamu pada Jurusan Ilmu
Politik dan Ilmu Pemerintahan, FISIPOL UGM.
109
110 ******
10
Pasal 67 Ayat (1) huruf c.
11
Pasal 63.
12
Pasal 60 s/d Pasal 64.
Desa Millenium Ketiga: 115
Prospek & Tantangan Bisnis
13
Kajian Simarmata dan Zakaria (2016) terhadap perangkat
peraturan perundang-undangan yang lebih rendah terkait
implementasi UU Desa menunjukkan bahwa dua peraturan
pemerintah dan beberapa peraturan setingkat menteri juga lebih
maju jika dibandingkan dengan beberapa UU sektoral lainnya.
116 ******
14
Judul lengkap dokumen rumusan masukan tersebut adalah
Pandangan Kritis dan Masukan dari Gerakan Perempuan Indonesia
untuk Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan
Desa.
15
Rekomendasi Kongres Perempuan Poso untuk Tim Perumus
Peraturan Pemerintah untuk UU Desa.
118 ******
16
Seiring dengan perjalanan waktu KARSA juga dilibatkan
dalam mengembangkan kurikulum dam materi Sekolah Perempuan
yang diinisiasi oleh YSKK, SOLO, di mana, sebagaimana yang sudah
terjadi di Kabupaten Poso, UU Desa sebagai materi ajar yang dikaji
secara intesif. Pada masa berikut, HIVOS, sebuah lembaga donor
dari Negeri Belanda juga tertarik untuk mengoptimalisasi UU Desa
bagi kemajuan program yang berkaitan dengan hak-hak perempuan
dan anak di 3 (tiga) kabupaten lainnya. Masing-masing Kabupaten
Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, dan kabupaten Kutai Barat dan
Mahakam Hulu di Kalimantan Timur. Proses evaluasi di empat
wilayah belajar yang ditemani oleh KARSA ini silahkan taut ke
Desa Millenium Ketiga: 119
Prospek & Tantangan Bisnis
https://www.youtube.com/watch?v=54gJX7AN_p0
17
Lihat juga http://www.arrahmah.com/
news/2016/03/22/operasi-tinombala-kontak-tembak-di-poso-2-
tewas.html
120 ******
18
http://perempuanposo.com/2014/11/10/perempuan-
membangun-indonesia-dari-desa-di-poso/
Desa Millenium Ketiga: 121
Prospek & Tantangan Bisnis
19
http://perempuanposo.com/2014/11/10/perempuan-
membangun-indonesia-dari-desa-di-poso/
20
http://perempuanposo.com/2016/02/04/perempuan-
poso-memimpin-pembaharuan-desa/
122 ******
21
Koalisi ini pada akhirnya memenangi pemilihan kepala daerah
di daerah yang bersangkutan. Saat ini jaringan gerkan masyakat
sipil yang terlibat dalam “forum belajar UU Desa” dan Sekolah
Perempuan Poso ini sedang terlibat dalam proses penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten
Poso yang memang menjadi kaharusan bagi setiap kepala daerah
yang baru; disamping juga tetap terlibat dalam proses legislasi untuk
ketiga rencana peraturan daerah yang telah disepakati dengan pihak
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Poso.
126 ******
Bahan bacaan
Akatiga, 2010. Kelompok Marjinal dalam PNPM-Perdesaan.
Bandung: Akatiga.
Alganih, Igneus, 2014. Konflik Poso (Kajian Historis Tahun
1998-2001), Universitas Pendidikan Indonesia.
Decentralisation Support Facility, 2007. Gender Review and
PNPM Strategy Formulation. Mission Report. Working
Paper on the Findings of Joint Donor and Government
Mission.
Gidley, J, et al. 2010. “Social inclusion: Context, theory and
practice”, dalam The Australasian Journal of University-
Community Engagement, Vol. 5, No. 1, pp. 6-36.
GTZ- SfDM, Support for Decentralization Measures.
Guidelines on Capacity Building in the Regions. Module
C: Supplementary Information and References. SfDM
Report 2005-4 (2005).
Institute Mosintuwu dan Sekolah Perempuan Poso, 2013.
“Rekomendasi Kongres Perempuan Poso untuk Tim
Perumus Peraturan Pemerintah untuk UU Desa”.
Komisi Nasional Hak Azasi Manusia, 2005. Poso, Kekerasan
yang Tak Kunjung Usai. Refleksi 7 Tahun Konflik
Poso, Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Juliantara, Dadang. 2003. Pembaruan Desa, Bertumpu pada yang
Terbawah’. Yogyakarta: LAPERA Pustaka Utama.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
2013. “Masyarakat Adat di Indonesia: Menuju
Perlindungan Sosial yang Inklusif ” (http://
www.bappenas.go.id/files/6914/2865/6850/
Desa Millenium Ketiga: 129
Prospek & Tantangan Bisnis
M a s y a r a k a t _ A d a t _ d i _ I n d o n e s i a - M e nu j u _
Perlindungan_Sosial_yang_Inklusif.pdf).
Laksono, et.al. 2014. Etos Kerja Masyarakat Maluku Tenggara.
Laporan Penelitian. Kerjasama Pemerintah
Kabupaten Maluku Tenggara & Pusat Studi Asia
Pasifik, Universitas Gadjah Mada.
Manna, Zulkifli Hi., 2014. Strategi Pemerintah Kabupaten
Poso Periode 2010 – 2015 dalam Mengahadapi
Konflik Sosial, Tesis Magister pada Program
Studi Magister Ilmu Pemeritahan, Universitas
Muhammadiyah, Yogyakarta
Program MAMPU, 2014. “Pandangan Kritis dan
Masukan dari Gerakan Perempuan Indonesia
untuk Rancangan Peraturan Pemerintah tentang
Penyelenggaraan Desa”.
Rawal, Nabin. 2008. “Social Inclusion and Exclusion: A
Review”, dalam Dhaulagiri Journal of Sociology and
Anthropology, Volume 2, hal. 161-180.
Rendi, Muhammad, 2014. Konflik SARA di Kabupaten
Poso Tahun 1998 – 2001. Skripsi pada Jurusan
Politik Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik, Universitas Hassanudin, Makassar.
Simarmata, Rikardo, dan R. Yando Zakaria, 2016. “Perpektif
Inklusi Sosial dalam UU 6/2014: Kebijakan dan
Tantangan Implementasinya,” forth coming.
Vel, Jaqueline, R. Yando Zakaria, Adriaan Bedner.
2016. “Power to the people? Multi-stakeholder
engagement in creating a new Village Law in
Indonesia”. Forth coming.
Peran Badan
Perwakilan Desa
130
Desa Millenium Ketiga: 131
Prospek & Tantangan Bisnis
Desentralisasi Desa
UU No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
dapat dijadikan titik pangkal penataan pemerintahan yang
terpusat (sentralisasi) menjadi desentralisasi. Kewenangan-
kewenangan yang selama ini berada di pusat, pasca
Desa Millenium Ketiga: 133
Prospek & Tantangan Bisnis
Demokrasi Desa
Demokrasi secara konsep, teori dan praktek telah
berkembang sedemikian rupa. Demokrasi banyak dipilih
sebagai konsep pemerintahan karena dianggap yang
paling representatif diantara sistem-sistem yang lain.
Namun demikian, demokrasi bukan sistem yang tak ada
kekurangannya, celah dan kelemahan. Banyak prasyarat
dan kondisi agar demokrasi benar-benar dapat tampil
secara sempurna. Demokrasi pada bentuk yang paling
awal dilakukan di Athena, sebuah komunitas kecil. Dalam
perkembanganya demokrasi dimaknai sebagai pemeritahan
dari, oleh dan untuk rakyat. Rakyat atau masyarakat adalah
domain paling penting dalam perwujudan daerah atau
wilayah yang demokratis. Penekanan pada kata rakyat
menegaskan bahwa pemerintahan demokratis berpusat pada
rakyat. Sebuah bentuk pemerintahan yang dibentuk oleh
rakyat, dikelola dan dipantau secara terus menerus. Rakyat
adalah aktor yang paling aktif dalam proses pemeritahan
yang demokratis. Penekanan pada rakyat merupakan sintesis
dari bentuk pemerintahan absolut yang bersumber dari
model pemerintahan kerajaan. Pemerintahan yang sumber
otoritasnya berlaku secara turun-temurun dan membatasi
partisipasi dari masyarakat umum.
Sistem demokrasi sesungguhnya juga membawa
dampak yang besar serta menyentuh hal-hal yang mendasar
dalam relasi kekuasaan. Konsep demokrasi mensyarakat
hadirnya sebuah relasi-relasi kekuasaan yang bebas, merdeka
dan setara. Konsepsi pemerintahan demokratis artinya akan
dapat berjalan dengan baik dan bermanfaat ketika pola-pola
140 ******
Alat Kontrol
UU No 6/2014 tentang desa memberikan
kewenangan yang besar bagi desa dalam mengatur jalannya
pemerintahan. Akan tetapi pola dan jalanya pemerintahan
desa diatur dengan skema demokratis dengan hadirnya
144 ******
Penutup
Proses penting dari implementasi UU No 6/2014
adalah melakukan institusionalisasi demokrasi desa. Budaya
partisipasi mau tak mau harus jadi sumber penguatan bagi
pembangunan desa. Desenteralisasi yang terjadi di desa
harus dapat melibatkan semua aspek dan lapisan masyarakat.
Penekanan pada proses desentralisasi desa harus juga
dimengerti oleh masyarakat, sehingga masyarakat paham
dengan berbagai nilai-nilai lokal serta aturan main dalam
proses desentralisasi desa tersebut. Sosialisasi terhadap
aturan-aturan tersebut menjadi sangat penting untuk dan
agar nilai-nilai lokal yang tumbuh berkembang dalam
masyarakat tidak tergerus bahkan hilang dengan budaya baru
yang hendak dikembangkan dari undang-undang tersebut.
Pelibatan komponen masyarakat secara luas, LSM, kampus,
pers, ormas dan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan
keagaman akan sangat penting mendorong institusionalisasi
bagi demokrasi desa. Hegemoni yang dapat terjadi akibat
penyalahgunaan kekuasaan oleh kepala desa hanya akan
dapat dilawan oleh dan apabila masyarakat memiliki mimpi
dan kehendak dalam menggapai kemakmuranya.
Pada titik ini, selanjutnya kepemimpinan desa menjadi
krusial dalam mengelola dan mengatur jalannya pemerintahan
desa. Desa dapat berkembang pesat sebagaimana cita-cita
Desa Millenium Ketiga: 151
Prospek & Tantangan Bisnis
Daftar Pustaka
Arifin, Ahan Syahrul, dkk. 2014. Membangun Desa,
Membangun Bangsa. PBHMI Publishing-Jakarta.
Dahl, Robert. 1971. Polyarchy: Participation and Opposition,
Yale University Press-New Haven.
Eko. Sutoro dkk, 2014. Desa Membangun Indonesia. Forum
Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD)-
Yogyakarta.
Eko. Sutoro, 2005. Manifesto Pembaharuan desa. APMD
Press-Yogyakarta.
Kartohadikoesoemo, Soetardjo, 1984. Desa. Jakarta: Balai
Pustaka.
L. Diamond, J. Linz dan S. Lipset, Eds. 1989. Democracy in
Developing Countries: Resistance, Failure and Renewal.
Lynne Riener Publishers and the National
Endowment for Democracy- New York.
Lombard, Denys. 2005. Nusa Jawa : Silang Budaya. Gramedia-
Jakarta dalam Warisan Kerajaan-Kerajaan
Konsentris (Buku 3).
M. Lipset, M. Throw and J. Coleman. 1959. Union Democracy.
The Free Press-Boston.
Midgley, James. 2005. Pembangunan Sosial Perspektif
Pembangunan dalam Kesejahteraan Sosial. Diperta
Islam Depag RI-Jakarta.
Miriam Budiardjo. 1998. Partisipasi dan Partai Politik,Yayasan
Obor Indonesia- Jakarta.
PNPM mandiri (2000). Modul pemetaan sosial untuk fasilitator.
Dirjen Cipta Karya-Jakarta.
S. Huntington, 1991. The Third Wave: Democratization in the Late
Twentieth Century. University of Oklahoma Press.
SP, Varma. 1999. Teori Politik Modern. Raja Grafindo
Perkasa-Jakarta.
Koperasi Pedesaan:
Tantangan dan
Peluang
Romi Pernando, SE
153
154 ******
Penutup
Dalam kerangka implementasi pendemokrasian
ekonomi di pedesaan, maka persoalan yang masih perlu
dipecahkan adalah mencari upaya untuk lebih memampukan
pelaku-pelaku ekonomi di pedesaan yang melibatkan
masyarakat banyak. Pengembangan koperasi sebagai wadah
berhimpun bagi masyarakat desa secara langsung ataupun
tidak langsung akan memberikan sumbangan terhadap ciri
pembangunan ekonomi yang lebih merata dan lebih adil
sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi.
Beberapa keberhasilan dalam program produksi
pertanian di pedesaan tidak terlepas dari kelembagaan usaha
di desa yaitu kelompok tani dan koperasi. Sektor pertanian,
usaha skala kecil menengah (waserda, toko, swalayan dan
coop mart) dan koperasi menunjukkan keunggulan dan
ketahanan terhadap krisis perekonomian. Oleh karena itu
perlu menata kembali koperasi dipedesaan sebagai motor
penggerak perekonomian nasional, karena sangat kuat
mengakar pada sumberdaya lokal atau domestik yang
tidak terpengaruh pada gejolak eksternal. Koperasi harus
kuat dan harus terus berkembang dengan pembangunan
pertanian dan usaha pertanian harus diberdayakan bukan
dibiarkan tersisih agar mampu berkembang memenuhi
pasar yang terus berubah secara dinamis.
Ketepatan di dalam memilih bentuk koperasi antara
lain didasarkan kepada pemahaman yang utuh terhadap
makna kehidupan berkoperasi, bukan sekedar ikut-ikutan
atau demi memperoleh bantuan dan fasilitas yang disediakan
oleh pihak lain semata-mata. Bantuan dan fasilitas dari
Desa Millenium Ketiga: 165
Prospek & Tantangan Bisnis
Dafar Pustaka,
Arifin, Ramudi. 2013. Koperasi Sebagai Perusahaan. IKOPIN
PRESS. Bandung
Davis, Peter. 2010. Membangun Keunggulan Koperasi. LSP2I-
ADOPKOP Indonesia. Jakarta.
Djohan, Djabaruddin dkk. 2000. Membangun Koperasi
Pertanian Berbasis Anggota. LSP2I. Jakarta.
Eschenburg, Rolf. 1994. Theory of Cooperative Cooperation.
Dalam International Handbook of Cooperative
Oeganizations. Vandenhoeck & Ruprecht.
Gottingen.
Ikopin. 1992. Pokok-pokok Pikiran Tentang Pembangunan
Koperasi. Bandung
Muslimin Nasinion. 1990. Keragaan Koperasi Unit Desa Sebagai
Organisasi Ekonomi Pedesaan. Disertasi Fakultas
Pasca Sarjana IPB
Soedjono, Ibnoe. 2007. Membangun Koperasi Mandiri dalam
Koridor Jatidiri. LSP2I-ISC. Jakarta.
166 ******
167
168 ******
1. Pengantar
Indonesia mengalami proses pertumbuhan ekonomi
yang sangat baik semenjak krisis ekonomi 1998, secara rata-
rata setiap tahun perekonomian Indonesia tumbuh diatas
5%. Sebuah capaian yang bahkan sulit dilakukan negara
maju. Namun pertumbuhan ekonomi yang baik tidak selalu
bermuara pada pembangunan yang baik. Data statistik lain
justru menunjukkan bahwa pertumbuhan yang tinggi itu
tidak terdistribusi secara merata. Koefisien gini Indonesia
dalam periode yang sama meningkat hingga mencapai
0.42 pada 2014. Hal ini menunjukkan pembangunan tidak
1
Dosen FEB UI, Ekonom INDEF dan Ketua PP ISNU
2
Alumnus FEB-UI dan Presidium HMI Cabang Depok
174
Desa Millenium Ketiga: 175
Prospek & Tantangan Bisnis
2. Kewirausahaan
Kewirausahaan berasal dari dua kata yaitu wira dan
usaha. Dimana wira berarti berani atau memiliki keberanian,
sementara usaha berarti bisnis. Maka kewirausahaan
dapat diartikan sebagai sebuah sikap mental untuk berani
memulai dan membangun bisnis sendiri (Ciputra, 2009).
Proses memulai dan membangun bisnis atau usaha ini
diwujudkan dalam bentuk inovasi dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya yang ada. Kewirausahaan merupakan
sikap mental dan sifat jwa yang selalu aktif dalam usaha
untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya
meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya.
Selain itu kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk
mencari peluang menuju sukses. Sedangkan menurut
Menurut Peggy A. Lambing & Charles R. Kuehl dalam
buku Entrepreneurship (1999), kewirausahaan adalah suatu
usaha yang kreatif yang membangun suatu value dari yang
belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh orang
banyak. Di dunia sendiri berbagai jenis wirausaha sudah
178 ******
Referensi
Acs, Z. (1986). Entrepreneurship and Economic Growth.
Ciputra. (2009). Menumbuhkan Kepekaan dan Pemberdayaan
dalam Pendidikan Entrepreneurship.
Diochon, M. (2006). A longitudinal study of the
characteristics, business creation process and
outcome differences of Canadian entrepreneurs.
The International Entrepreneurship and Management
Journal, 2(4), 441-453.
European Union: Commision on Agriculture. (2010).
Nurturing Aggricultural competitiveness and
Entrepreneurship. EU Rural Review.
Gutierrez, L. (2000). Convergence in US and EU agriculture.
European Review of Agricultural Economics, 27(2),,
187-206.
Hendro. (2011). Dasar-Dasar Kewirausahaan. Panduan bagi
Mahasiswa untuk Mengenal, Memahami, dan Memasuki
dunia Bisnis. Jakarta.
Lambing, C. R. (19999). Small Business Management. Dryden
Press.
Sakai, K. (2007). Analysis of Japan government intervention
on domestic agriculture market. Journal of Agricultulr
and Economics, 382(1), 330-335.
Solow. (1965). Economic growth in an aggregative model
of capital accumulation. The Review of Economic
Studies, 32(3), 233-240.
Swan, T. (1956). Economic growth and capital accumulation
. Economic Record 332(2),, 334-361.
Desa Millenium Ketiga: 193
Prospek & Tantangan Bisnis
Anang Muftiadi
Prodi. Adbis FISIP Universitas Padjadjaran
194
Desa Millenium Ketiga: 195
Prospek & Tantangan Bisnis
PDRB
Kab. Pangandaran 0,55
Rerata Kab/Kota di Jawa Barat 0,94
Rerata Kab/Kota Nasional 0,71
Sumber : BPS (data diolah)
masyarakat
3. Peningkatan kualitas pengetahuan manajemen
4. Peningkatan pemahaman dan persepsi penduduk
setempat atas pentingnya kepariwisataaan dan usaha
pariwisata
5. Pengembangan sistem pembinaan dan fasilitas
pemerintah kepada masyarakat
206
Revolusi Mental,
Rezim Pedesaan dan
Reposisi Stakeholders
Indra J Piliang
Dewan Pendiri Sang Gerilya Institute
Pendahuluan
Pergantian pemerintahan selalu saja berdampak
kepada cara pandang yang berbeda. Pergantian itu dianggap
sebagai patahan dari aliran air dalam sungai besar. Bahkan,
pendapat umum yang mencuat adalah betapa pergantian
berarti pembalikan. Warna yang semula biru, diubah menjadi
merah atau kuning, tetapi jarang yang kelabu. Perbedaan
program dianggap sebagai bentuk permusuhan. Padahal,
pemerintahan tak pernah benar-benar berhenti dan beku,
sekalipun rezim politik baru menggantikan rezim politik
lama. Yang terjadi hanya rotasi sejumlah manusia dalam
keseluruhan sistem yang berjalan itu. Pemerintahan tetap
bergerak sesuai dengan sistem dan peraturan perundangan
yang berlaku. Sehingga, apabila ada pihak yang menuduh
bahwa rezim lama lebih tiran – atau sebaliknya --, tentulah
207
208 ******
perlu disigi pada aspek yang lebih detil dan teknis.1 Satu
sapuan besar dalam kuas sejarah tentulah tidak lagi tepat.
Guna mendapatkan nuansa seperti itu, puisi “Tirani”
yang ditulis oleh Bur Rasuanto dan diterbitkan dalam
kumpulan Mereka Telah Bangkit pada tahun 1967 ini bisa
memberikan gambaran:
1
Victor Silaen (Editor). 2003. Dari Presiden ke Presiden: Pikiran-
Pikiran Reformasi yang Terabaikan. Jakarta: Universitas Kristen
Indonesia Press.
Desa Millenium Ketiga: 209
Prospek & Tantangan Bisnis
2
Ahmad Sahur, Dkk. 1988. Migrasi, Kolonisasi, Perubahan Sosial.
Jakarta: PT Pustaka Grafita Kita.
3
Noer Fauzi, Petani dan Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik
Agraria di Indonesia, Insist Press: Yogyakarta, 1999, hal 143.
4
Frans Husken. 1998. Masyarakat Desa dalam Perubahan
Zaman: Sejarah Diferensiasi Sosial di Jawa 1830-1980. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
5
Jan Breman, Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial pada
Desa Millenium Ketiga: 211
Prospek & Tantangan Bisnis
8
Kondisi ini terutama terjadi di wilayah-wilayah perkebunan
luas, sebagaimana di Sumatera Utara. Lihat Karl J Pelzer. 1985.
Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria.
Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
Desa Millenium Ketiga: 213
Prospek & Tantangan Bisnis
dalam APBN.
Namun, seiring dengan itu, terdapat persoalan yang
serius ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI
melakukan operasi tangkap tangan terhadap Inspektorat
Jenderal Kementerian Desa dan Pembangunan Daerat
Tertinggal (PDT) Sugito. Sugito diketahui melakukan
upaya penyuapan kepada pejabat Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) RI Rochmadi Saptogiri dan auditornya
guna mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
terhadap laporan keuangan Kementerian Desa dan PDT.
Penangkapan itu menunjukkan belum terlaksananya
kaidah-kaidah penyelenggaran pemerintahan yang baik
(good governance). Selain itu, terdapat juga OTT terhadap
aparat Kejaksaan Tinggi di Kabupaten Pamekasan, Madura.
Belakangan, KPK juga ikut membawa Bupati Pamekasan
sebagai tersangka bersama aparat kejaksaan dalam kaitannya
dengan penyimpangan penggunaan Alokasi Dana Desa.
Di luar itu, pertanyaan ulang layak terus diberikan,
apakah operasionalisasi konsep “Revolusi Mental” sudah
berjalan? Revolusi Mental adalah doktrin politik yang paling
tajam diingat dari sosok Presiden Joko Widodo.
Kalau ditelusuri, tulisan Joko Widodo berjudul
Revolusi Mental itu muncul di harian Kompas (10 Mei
2014). Tulisan yang singkat itu belum berhasil memberikan
perspektif yang layak dipertimbangkan sebagai “Jalan
Baru” dalam menyehatkan penyelenggara negara ketika
menjalankan tugas dan kewajibannya. Bukan hanya kurang
berhasil menjelaskan apa yang dimaksud dengan revolusi
mental yang otentik versi Joko Widodo, malahan terlihat
214 ******
Tentang Mentalitas
Sekalipun tidak begitu jelas, penelusuran yang lebih
objektif tentu bisa diberikan. Kutipan pertama, misalnya,
mencampur-baurkan antara tradisi dengan budaya. Mana
yang tradisi, mana yang budaya, tidak dipertegas. Lalu,
stigma langsung diberikan bahwa seluruh “tradisi atau
budaya” yang negatif itu muncul “di alam represif Orde
Baru”. Padahal, upaya menjelaskan bagian-bagian paling
negatif dari rezim Orde Baru itu perlu dilakukan, agar bisa
ditutupi dengan koreksi yang baik di masa pemerintahan
berikutnya. Belum lagi yang dinamakan tradisi atau budaya
tidak bisa dikait-kaitkan dengan satu babakan sejarah,
apalagi satu rezim pemerintahan, semata. Tradisi atau
budaya melewati bentang lebih dari satu generasi manusia.
Apa yang disebut sebagai “alam represif ” juga muncul
pada era pemerintahan Presiden Sukarno, bahkan sebelum
pidato Trisakti dikemukakan, apabila dikaitkan dengan
nama pemerintahan. Setelah muncul Dekrit Presiden 5
Juli 1959, Mohammad Hatta menulis risalah dengan judul
“Demokrasi Kita” pada tahun 1960. Risalah itu dimuat
dalam majalah Panji Masyarakat. Apa yang terjadi? Risalah
216 ******
9
Larry Diamond & Marc F Plattner (Penyunting), Nasionalisme,
Konflik Etnik dan Demokrasi, Bandung: Penerbit ITB, 1998.
Desa Millenium Ketiga: 217
Prospek & Tantangan Bisnis
10
Mochtar Lubis. 1982. Budaya, Masyarakat dan Manusian
Indonesia: Himpunan ‘Catatan Kebudayaan’ Mochtar Lubis dalam majalah
Horison. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
218 ******
11
Tentang pengaruh elite-elite sosial di pedesaan Aceh dan
Janeponto (Sulawesi Selatan), bisa dilihat dalam M Mansyur Amin,
dkk. 1988. Kelompok Elit dan Hubungan Sosial di Pedesaan. Jakarta:
220 ******
12
Budi Winarno. 2003. Komparasi Organisasi Pedesaan dalam
Pembangunan: Indonesia vis a vis Taiwan, Thailand, dan Filipina.
Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo.
224 ******
13
Lihat Indra J Piliang, “Kanvas Revolusi dalam Sketsa Buram
Indonesia,” dalam Victor Silaen (Editor). 2003. Dari Presiden ke
Presiden: Pikiran-Pikiran Reformasi yang Terabaikan. Jakarta: Universitas
Kristen Indonesia Press, halaman 114-138.
Desa Millenium Ketiga: 225
Prospek & Tantangan Bisnis
14
Fahmi Wibawa (Editor). 2006. Forum Warga: Strategi Politik
Ekstra Parlementer. Jakarta: Kemitraan & Bina Swagiri – FITRA.
234 ******
Penutup
Sekalipun revolusi mental belum bergaung menjadi
elan politik baru, namun tetap mampu memberikan
perbedaan dengan rezim sebelumnya. Terutama sejak
pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta,
terdapat polarisasi di antara kalangan elite, dalam hal ini
antara Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.
15
Yoyok Widoyoko dan Edi Indrizal (Penyunting), Politik
Penguasaan BUMN di Daerah: Kasus Privatisasi PT Semen Padang,
Depok: Cirus, 2002.
Desa Millenium Ketiga: 235
Prospek & Tantangan Bisnis
237
238 ******
Indonesia.
Gidley, J, et al. 2010. “Social inclusion: Context, theory
and practice”, dalam The Australasian Journal of
University-Community Engagement.
GTZ- SfDM. 2005. Support for Decentralization Measures.
Guidelines on Capacity Building in the Regions. Module
C: Supplementary Information and References. SfDM
Report 2005-4.
Gutierrez, L. 2000. Convergence in US and EU agriculture.
European Review of Agricultural Economics.
Hendro. (2011). Dasar-Dasar Kewirausahaan. Panduan bagi
Mahasiswa untuk Mengenal, Memahami, dan Memasuki
dunia Bisnis. Jakarta.
Ikopin. 1992. Pokok-pokok Pikiran Tentang Pembangunan
Koperasi. Bandung
Institute Mosintuwu dan Sekolah Perempuan Poso, 2013.
“Rekomendasi Kongres Perempuan Poso untuk
Tim Perumus Peraturan Pemerintah untuk UU
Desa”.
Juliantara, Dadang. 2003. Pembaruan Desa, Bertumpu pada yang
Terbawah’. Yogyakarta: LAPERA Pustaka Utama.
Kartohadikoesoemo, Soetardjo. 1984. Desa. Jakarta: Balai
Pustaka.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
2013. “Masyarakat Adat di Indonesia: Menuju
Perlindungan Sosial yang Inklusif ”.
Komisi Nasional Hak Azasi Manusia. 2005. Poso, Kekerasan
240 ******