Anda di halaman 1dari 6

PROGAM DIKLAT LATSAR CPNS GELOMBANG III ANGKATAN CXXXIX

BPSDM JAWA TIMUR


Nama : Muhamad Edi Cahyono, S.Pd
Angkatan : CXXXIX
Kelompok : III
NDH : 24
NIP : 19920418 202012 1 002
Judul Kasus : Polemik Dana Desa yang Melahirkan Desa Fiktif

Polemik Dana Desa yang Melahirkan Desa Fiktif

KOMPAS.com - Setiap tahun, pemerintah mengalokasikan triliunan rupiah dana desa


di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Jumlah tersebut terus meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah desa yang menerima bantuan. Tahun 2020 misalnya, dana
desa yang akan dialokasikan pemerintah sebesar Rp 72 triliun. Jumlah itu naik Rp 2 triliun bila
dibandingkan alokasi pada tahun 2019.
Presiden Joko Widodo mengungkapkan, peningkatan dana desa dilakukan sebagai
upaya untuk pemberdayaan masyarakat desa dan pengembangan potensi ekonomi desa.
Sehingga, diharapkan dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup
masyarakat desa. "Di samping itu, dana desa diharapkan dapat mendorong inovasi dan
entrepreneur baru, sehingga produk-produk lokal yang dimiliki oleh setiap desa dapat
dipasarkan secara nasional, bahkan global melalui marketplace," ucap Jokowi saat
menyampaikan pidato nota keuangan di Kompleks Parlemen, 16 Agustus lalu.
Ironisnya, harapan peningkatan kesejahteraan itu pupus. Maraknya kabar keberadaan
desa fiktif di sejumlah wilayah Tanah Air menjadi indikasi bahwa dana desa yang selama ini
dikucurkan pemerintah pusat hanya sekedar menjadi bancakan untuk dibagi-bagi oleh oknum
tidak bertanggung jawab di daerah.
Desa fiktif
Temuan desa fiktif tersebut salah satunya berada di Kabupaten Konawe, Sulawesi
Tenggara. Kepolisian daerah setempat memperoleh informasi adanya 56 desa yang terindikasi
fiktif. Tim khusus pun telah diterjunkan untuk melakukan pengecekan fisik di 23 desa yang
tidak terdata di Kementerian Dalam Negeri maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kepala Subdit Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Polda Sultra, Kompol
Dolfi Kumaseh mengatakan, dari 23 desa yang telah dicek, dua desa di antaranya diketahui
tidak memiliki penduduk sama sekali. Namun, Dolfi masih merahasiakan identitas desa
tersebut lantaran masih dalam proses penyelidikan. "Penyidik sudah periksa saksi dari
Kemendagri, kemudian ahli pidana dan ahli adiministrasi negara. Telah dilakukan pemeriksaan
fisik kegiatan dana desa bersama ahli lembaga pengembangan jasa konstruksi," ujar Dolfi, di
ruang kerjanya, Kamis (7/11/2019).
Di lain pihak, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) siap turun tangan untuk
membantu Polda Sulawesi Tenggara menangani kasus yang terindikasi ada dugaan tindak
pidana korupsi ini. "Salah satu bentuk dukungan KPK adalah memfasilitasi keterangan para
ahli pidana dan kemudian dilanjutkan gelar perkara bersama 16 September 2019," kata Juru
Bicara KPK Febri Diansyah dalam keterangan tertulis, Rabu (6/11/2019).
Dalam kasus ini, KPK mengindikasi adanya 34 desa yang bermasalah. Tiga desa fiktif,
sedangkan 31 lainnya ada tapi surat keputusan pembentukannya dibuat dengan tanggal
mundur. Sementara, ketika desa tersebut dibentuk sedang berlaku kebijakan moratorium dari
Kemendagri. Sehingga untuk bisa mendapatkan dana desa harus dibuat tanggal pembentukan
backdate.
Perkara ini kemudian telah naik ke tahap penyidikan dan membutuhkan keterangan ahli
pidana. "Akan dilakukan pengambilan keterangan ahli hukum pidana untuk menyatakan proses
pembentukan desa yang berdasarkan peraturan daerah yang dibuat dengan tanggal mundur
(backdate), merupakan bagian dari tindak pidana dan dapat dipertanggungjawabkan atau
tidak," ucap Febri.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, desa fiktif mulai bermunculan
setelah pemerintah secara rutin mengucurkan dana desa setiap tahun. Momentum inilah yang
kemudian dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk untuk membentuk desa
baru. "Kami mendengar beberapa masukan karena adanya transfer ajeg dari APBN maka
sekarang muncul desa-desa baru yang bahkan tidak ada penduduknya. Hanya untuk bisa
mendapatkan (dana desa)," ujar Sri Mulyani saat rapat kerja evaluasi kinerja 2019 dan rencana
kerja 2020 bersama dengan Komisi XI DPR RI, Senin (4/11/2019).
Hingga September 2019, penyaluran dana desa baru mencapai Rp 44 triliun atau 62,9
persen dari total alokasi Rp 70 triliun pada tahun ini. Serapan ini turun bila dibandingkan
periode sebelumnya yang mencapai 63,2 perse atau sekitar Rp 37,9 triliun.
Verifikasi lemah
Pihak Istana Kepresidenan bukannya tutup mata dan telinga melihat realita ini. Jokowi
bahkan menegaskan, akan mengejar oknum pelaku yang sengaja memanfaatkan kucuran dana
desa untuk kepentingan pribadi. "Kami kejar agar yang namanya desadesa tadi diperkirakan,
diduga, itu fiktif, ketemu, ketangkep," kata Jokowi usai membuka acara Konstruksi Indonesia
2019 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Menurut Jokowi, ada oknum yang dengan sengaja menciptakan desa fiktif. Oknum
tersebut memanfaatkan celah pengelolaan yang tidak mudah dilakukan pemerintah, mengingat
luasnya wilayah sebaran yang ada yaitu dari Sabang hingga Merauke. Hingga kini, tercatat ada
sekitar 78.400 desa yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. "Manajemen pengelolaan desa
sebanyak itu tidak mudah. Tetapi, kalau informasi benar ada desa siluman itu, misalnya dipakai
plangnya saja, tapi desanya enggak, bisa saja terjadi," ucapnya.
Di lain pihak, Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
(KPPOD) Robert Endi Jaweng menilai, munculnya kasus desa fiktif menjadi indikasi bahwa
proses verifikasi di lapangan masih lemah. Sedianya, setiap desa memiliki kode wilayah yang
terdaftar di Kementerian Dalam Negeri. Desa yang ingin mendapatkan bantuan dari pemerintah
pusat, harus mengajukan usulan melalui pemerintah kabupaten/kota sebelum ke Kementerian
Keuangan. Adapun besaran alokasi bantuan untuk setiap wilayah tidak sama. Tergantung dari
letak geografis, jumlah penduduk, hingga tingkat kemiskinan.
"Saat masuk ke Kemenkeu, ketika memasukkan desa itu dalam variabel perhitungan
kan tidak asal angkut begitu saja. Dia harus koordinasi dengan Kemendagri yang punya kode
wilayah, bahkan juga Kementerian Desa," kata Robert saat dihubungi, Rabu (6/11/2019).
"(Dengan kasus ini), berarti dari kabupaten/kota langsung ke Kemenkeu dipakai tanpa ada
koordinasi kiri-kanan dengan dua kementerian lain," imbuh dia.
Sementara itu, Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Budi Arie Setiadi mengatakan, alokasi dana desa yang cukup besar memerlukan pengawalan
maksimal dari seluruh elemen masyarakat. Ia menambahkan, tidak boleh hanya sekedar
menjadi penonton ketika dana desa ini mulai dimanfaatkan. Justru, masyarakat lah yang harus
berperan aktif bila ada dugaan penyelewengan dana tersebut. "Kalau ada masalah, kita akan
langsung cari dan temukan solusi untuk mengatasinya. Rakyat jangan jadi penonton
pembangunan. Pengawasan dana desa terbaik adalah lewat peran aktif masyarakat," ucapnya.
(Sumber: Kompas.com. Edisi 7 November 2019. Penulis: Dani Prabowo)

SOAL :
1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Adanya kucuran dana yang diberikan kepada desa setiap tahunnya, Hal tersebut sesuai
dengan ucapan Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, desa fiktif mulai bermunculan
setelah pemerintah secara rutin mengucurkan dana desa setiap tahun. Momentum inilah
yang kemudian dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk untuk
membentuk desa baru. "Kami mendengar beberapa masukan karena adanya transfer ajeg
dari APBN maka sekarang muncul desa-desa baru yang bahkan tidak ada penduduknya.
Hanya untuk bisa mendapatkan (dana desa)," ujar Sri Mulyani saat rapat kerja evaluasi
kinerja 2019 dan rencana kerja 2020 bersama dengan Komisi XI DPR RI, Senin
(4/11/2019)
Lemahnya proses verifikasi di lapangan dan belum maksimalnya kode wilayah setiap
desa yang terdaftar di Kementerian Dalam Negeri. Hal tersebut sesuai dengan Direktur
Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Robert Endi
Jaweng menilai, munculnya kasus desa fiktif menjadi indikasi bahwa proses verifikasi di
lapangan masih lemah. Sedianya, setiap desa memiliki kode wilayah yang terdaftar di
Kementerian Dalam Negeri. Desa yang ingin mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat,
harus mengajukan usulan melalui pemerintah kabupaten/kota sebelum ke Kementerian
Keuangan. Adapun besaran alokasi bantuan untuk setiap wilayah tidak sama. Tergantung
dari letak geografis, jumlah penduduk, hingga tingkat kemiskinan.
Terjadinya penyelewengan dana APBN untuk pembangunan melalui desa fiktif Aktor
yang terlibat dan peran aktornya
a. Masyarakat : berpartisipasi aktif dengan cara melaporkan adanya pemyelewengan
dana
b. KPK : Turun tangan turun tangan untuk membantu Polda Sulawesi Tenggara
menangani kasus yang terindikasi ada dugaan tindak pidana korupsi.
c. POLDA : Menerjunkan tim khusus untuk melakukan pengecekan di 23 desa yang
tidak terdata di Kementerian Dalam Negeri
d. Oknum yang tidak bertanggung jawab : memanfaatkan celah pengelolaan yang tidak
mudah dilakukan pemerintah, mengingat luasnya wilayah sebaran yang ada yaitu
dari Sabang hingga Merauke dengan menggadakan Desa Fiktif

2. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap


nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan
NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B.
Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
A. Berdasarkan artikel tersebut, bertentangan dengan konsep ANEKA (akuntabilitas,
nasionalisme, Etika Publik , Komitmen Mutu dan AntiKorupsi)
1. Akuntabilitas Tidak sesuainya data yang terkirim dengan fakta yang ada di
lapangan merupakan wujud dari tidak akuntabelnya data tersebut.
2. Nasionalisme a. Penyelewengan dana tersebut merupakan contoh pelanggaran dari
sila kelima b. pelanggaran kepada kepentingan umum yang digunakan untuk
kepentingan pribadi. Melanggar UUD 1945 terutama pada pembukaan UUD 1945
alinea 2 dan 4.
3. Etika Publik Rendahnya moral dari para oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab 4. Komitmen Mutu Pemanfaatan celah-celah dalam administrasi pengajuan
bantuan dana untuk desa
4. Anti-Korupsi Terjadinya praktik penggelapan dana desa merupakan contoh dari
pelanggaran nilai anti korupsi
B. Dampak tidak diterapkanya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan
dan peran PNS a. Muncul desa-desa fiktif lain b. Tidak terlaksananya program
pembangunan desa secara optimal c. Melemahnya ekonomi negara d. Memburuknya
pandangan masyarakat terhadap kinerja pemerintah

3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan


konteks deskripsi kasus
a. Mengadakan kolaborasi antara pemerintah daerah, kementerian dalam negeri,
kementerian keuangan dan kementerian desa. Sehingga ketika desa mengusulkan dana
ke Kementrian keungan, dan kementerian keuangan berkolaborasi dengan
kementerian dalam negeri yang memiliki akses terhadap kode wilayah.
b. Pemahaman aplikasi ilmu-ilmu nsionalisme dan bela negara. Sehingga masyarakat
memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi dan dan menjaga negara kesatuan republik
Indonesia serta mengamalkan nilai-nilai pancasila
c. Dilaksanakannya pembaruan data, dengan adanya kolaborasi dengan kementrian
dalam negeri pembaruan data sesuai kode daerah akan segera terlaksana, sehingga
data desa yang diperolleh relevan.
d. Kolaborasi dengan seluruh elemen masyarakat, sehingga pengawasan akan adanya
desa fiktif dapat dicegah.
4. Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan
masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.
a. Dilaksanakannya pembaruan data Pembaruan data dilakukan untuk mengetahui desa-
desa mana yang terindikasi sebagai desa fiktif
b. Dilaksanakannya penertiban administrasi Penertiban administrasi dapat mengurangi
kemungkinan adanya desa-desa fiktif lain. Penertiban administrasi memperkecil tingkat
kelulusan pengajuan desa-desa yang tidak memenuhi syarat sebagai desa yang layak
mendapat bantuan - Pengoptimalan peran organisasi yang ada di desa.
c. Kolaborasi dengan seluruh elemen masyarakat untuk mengurangi desa-desa fiktif lain,
diperlukan peran aktif masyarakat melalui organisasi-organisasi desa.

Anda mungkin juga menyukai