Anda di halaman 1dari 15

OLEH :

UMAR JAILANI
P00520315 091

Dosen Penguji :
1. Khairunnisak, S.Kep, M.Kes
2. Ns. Asmaul Husna, Skep
• BAB 1 PENDAHULUAN
Terlampir

• BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Terlampir

• BAB 3 METODE PENELITIAN


Terlampir
BAB 4

Hasil dan pembahasan


Hasil Gambaran dan lokasi
pengambilan data
Pengambilan data dilakukan di BLUD
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien
Meulaboh di ruang Anak pada An. M dengan
diagnosa DBD. Proses asuhan keperawatan
dilakukan peneliti sejak tanggal 26 juli – 28 juli
2018. Pengambilan data ini peneliti dapatkan
dari hasil pemeriksaan biofisiologis, wawancara
dengan pasien/keluarga pasien, observasi
pasien, dan catatan keperawatan.
Laporan asuhan keperawatan

• Pengkajian
• Diagnosa keperawatan
• Perencanaan keperawatan
Terlampir
• Implementasi keperawatan
• Evaluasi, &
• Catatan perkembangan
Pembahasan
Pengkajian Hidayat (2008) mengatakan gejala
khas DBD yaitu demam tinggi dan
Hasil pengkajian yang mendadak yang dapat mencapai
didapatkan oleh peneliti 400C atau lebih dan terkadang
terhadap anak M dengan disertai dengan kejang demam,
DBD, dari hasil pemeriksaan sakit kepala, anoreksia, muntah-
fisik gejala khas tubuh 380C, muntah, epigastric
nyeri perut dan kepala, discomfort,nyeri perut kanan atas
skala nyeri 5, sesak, Mukosa atau seluruh bagian perut, dan
kering, kulit kemerahan, pendarahan, terutama pendarahan
akral teraba panas, anak kulit, walaupun hanya berupa uji
alergi debu dan kulit kering. toniquet positif.
Pada tahap ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek
dilapangan, dikarenakan antara teori dengan kasus dilapangan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
Diagnosa keperawatan
Fokus studi kasus yang diangkat oleh
peneliti yaitunyeri akut berhubungan dengan
agen perusak (biologis) dengan data subjektif
ibu pasien mengatakan anaknya nyeri perut
dan nyeri kepala, data objektif anak tampak
meringis, anak susah diajak bicara, anak
tampak memegangi perutnya, skala nyeri: 5.
Herdman (2015) mengatakan batasan
karakteristik nyeri akut yaitu laporan verbal
tentang nyeri, perubahan nafsu makan, Tanda
nyeri yang diobservasi, perilaku berhati-hati,
mengatur posisi untuk menghindari nyeri,
menutupi wajah, perilaku eksresif, perilaku
distraksi, perubahan tonus otot, diaphoresis,
perubahan tekanan darah, dilatasi pupil, fokus
pada diri sendiri, dan focus menyempit.
Pada tahap kedua ini antara teori dan praktek dilapangan ada
sedikit kesenjangan yaitu dikarenakan ada beberapa batasan
karakteristik yang diungkapkan Herdman (2015) tidak di dapatkan
pada Anak M yang mengalami DBD.
Intervensi keperawatan
Doenges (2014) mengatakan Intervensi keperawatan untuk diagnosa
keperawatan nyeri akut dimulai dengan menyusun kriteria NOC yaitu status
mempertahankan suhu inti tubuh dalam rentang normal, mengidentifikasi
penyebab yang mendasari atau factor pendukung dan pentingnya terapi,
menunjukkan perilaku untuk memantau dan meningkatkan normotermia, tidak
mengalami aktivitas kejang. Dan NIC sebagai berikut : Identifikasi penyebab yang
mendasari (mis., produksi panas berlebihan seperti yang terjadi saat melakukan
latihan fisik berat, demam, menggigil, tremor, konfulsi, status hipertiroid, infeksi
atau sepsis, hiperpireksia, maligna, heatstroke, obat simptomatik, overdosis obat,
dan lain-lain), antau suhu inti melalui rute yang tepat (mis., timpanik, rektal).
Catat adanya peningkatan suhu, kaji respon neurologis dengan mencatat tingkat
kesadaran dan orientasi, reaksi terhadap stimulus, reaksi pupil, adanya posturing
atau kejang, pantau frekuensi jantung dan irama jantung, takhikardi, distrimia
dan perubahan elektrokardiogram (EKG), catat ada atau tidaknya berkeringat.
Tubuh berupaya meningkatkan kehilangan panas melalui evoporasi, konduksi,
dan difusi, pantau pernapasan, pada awalnya, hiperventilasi dapat terjadi tetapi
upaya ventilasi pada akhirnya dapat kejang dan status hipermetabolik (syok dan
asidosis), pantau pemeriksaan laboratorium, seperti gas darah, elektrolit, enzim
jantung, dan enzim hati.
Salah satu fokus intervensi nya adalah relaksasi nafas dalam
yaitu Beri atau tingkatkan manajemen nyeri nonfarmakologis dengan
penggunaan teknik relaksasi nafas dalam.
Pada tahap ketiga ini tidak ada kesenjangan karena intervensi
yang di buat oleh peneliti sesuai dengan teori.
IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan adalah teknik
relaksasi, mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam pada anak dengan menganjurkan klien
untuk meletakkan kedua tangan di bawah
abdomen sisi bawah iga, menganjurkan klien
menarik napas dalam perlahan-lahan melalui
hidung dan mengeluarkan melalui mulut (lakukan
sebanyak 3 kali), kemudian menganjurkan klien
untuk menahan napas selama 2-3 detik setelah
napas dalam terakhir. Rasional dari teknik
relaksasi yaitu untuk mengurangi nyeri dengan
teknik pengobatan nonfarmakologis.
Evaluasi Keterbatasan
Dalam melakukan studi kasus ini
Selama dilakukan peneliti tidak mengalami kesulitan
perawatan selama 3 hari di maupun hambatan apapun,
dapatkan penelitian ini karena pasien dan keluarga saat
sesuai dengan tujuan dan kooperatif, pada saat melakukan
Kriteria hasil atau NOC pengkajian peneliti menyesuaikan
yang ingin dicapai. dengan format yang ada yaitu
format Anak sehingga tidak ada
kesulitan bagi peneliti untuk
Dalam mengevaluasi melakukan pengkajian sampai
peneliti menggunakan evaliasi dan semuanya peneliti
metode sesuai ketentuan lakukan juga sesuai dengan
yaitu SOAPIE konsep dan teori yang ada.
Bab 5
Kesimpulan dan saran
kesimpulan Saran
Hasil dari asuhan keperawatan 1. Bagi institusi pendidikan
dalam penerapan teknik 2. Bagi tempat penelitian
relaksasi nafas dalam untuk 3. Bagi peneliti
mengurangi nyeri pada Anak M
dengan DBD yaitu efektif
untuk dilakukan karena terjadi
penurunan nyeri pada anak M
yang semula mengalami nyeri
akut, dan setelah dilakukan
teknik relakasi nyeri anak
berkurang.

Anda mungkin juga menyukai