Anda di halaman 1dari 19

HEPATITIS VIRUS PADA

NEONATUS DAN BAYI


Mochamad Fauzi Aulia Akbar
H1A016054
Definisi Hepatitis Umum dan Klasifikasi
• Hepatitis Virus adalah penyakit menular dalam bentuk peradangan hati yang
disebabkan oleh virus. terutama disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C, D, dan
E (Zhao et al., 2016).
• Klasifikasi :
a. Hepatitis A, disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA);
b. Hepatitis B, disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB);
c. Hepatitis C, disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC);
d. Hepatitis D, disebabkan oleh Virus Hepatitis D (VHD);
e. Hepatitis E, disebabkan oleh Virus Hepatitis E (VHE).
Definisi Hepatitis B

• Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis
B,suatu anggota family hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati
atau kanker hati.
• Hepatitis B akut jika perjalanan penyakit kurang dari 6 bulan sedangkan
• Hepatitis B kronis bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis
atau laboratorium atau pada gambaran patologi anatomi selama 6 bulan
(Manitoba Public Health, 2018)
Etiologi dan Cara Penularan Hepatitis B
• Virus Hepatitis B adalah virus(Deoxyribo Nucleic Acid) DNA terkecil berasal
dari genus Orthohepadnavirus Family Hepadnaviridae berdiameter 40-42 nm
Masa inkubasi berkisar antara 15 -180 hari dengan rata-rata 60-90 hari .
• Hepatitis A dan E biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi. Hepatitis B, C dan D biasanya terjadi sebagai akibat dari
kontak parenteral dengan cairan tubuh yang terinfeksi. Cara penularan yang
umum untuk virus ini termasuk penerimaan darah atau produk darah yang
terkontaminasi, prosedur medis invasif menggunakan peralatan yang
terkontaminasi dan untuk penularan hepatitis B dari ibu ke bayi saat lahir, dari
anggota keluarga ke anak, dan juga melalui kontak seksual (WHO,2016)
Epidemiologi

• Indonesia adalah negara endemis tinggi hepatitis B dengan prevalensi HBsAg


positif di populasi antara 7 – 10%. Pada kondisi seperti ini, transmisi vertikal dari
ibu ke bayi memegang peran penting. Infeksi yang terjadi sejak awal kehidupan
atau bahkan sejak dalam kandungan, membawa risiko kronisitas sebesar 80 –
90%. Infeksi pada masa dewasa yang disebabkan oleh transmisi horisontal,
mempunyai risiko kronisitas hanya sebesar 5% (Kementerian Kesehatan, 2014).
• Infeksi yang terjadi sejak awal kehidupan atau bahkan sejak dalam kandungan,
membawa risiko kronisitas sebesar 80 – 90%. Infeksi pada masa dewasa yang
disebabkan oleh transmisi horisontal, mempunyai risiko kronisitas hanya sebesar
5% (Kementerian Kesehatan, 2014).
Manifestasi Klinis

• Pasien dengan Hepatitis B tidak memiliki gejala dan tidak tahu mereka
terinfeksi. Jika gejala muncul, mereka dapat meliputi: demam, merasa lelah,
tidak ingin makan, sakit perut, muntah, urin gelap, bangku berwarna abu-abu,
nyeri sendi, dan kulit dan mata kuning. Jika gejala muncul dengan infeksi akut,
biasanya muncul dalam 3 bulan paparan dan dapat bertahan hingga 6 bulan.
Jika gejala-gejala muncul dengan Hepatitis B kronis, mereka dapat
memerlukan waktu bertahun-tahun untuk berkembang dan dapat menjadi
tanda penyakit hati lanjut.(Manitoba Public Health, 2018)
Patofisiologi

REPLIKASI HBV
 Attachment
Virus menempel pada reseptor permukaan sel. Penempelan terjadi dengan perantaran protein pre-S1, protein pre-
S2, dan poly-HAS (polymerized Human Serum Albumin) serta dengan perantaraan SHBs (small hepatitis B antigen
surface).
 Penetration
Virus masuk secara endositosis ke dalam hepatosit. Membran virus menyatu dengan membran sel pejamu (host) dan
kemudian memasukkan partikel core yang terdiri dari HBcAg, enzim polymerase dan DNA VHB ke dalam sitoplasma
sel pejamu. Partikel core selanjutnya ditransportasikan menuju nukleus hepatosit.
 Uncoating
VHB bereplikasi dengan menggunakan RNA. VHB berbentuk partially double stranded DNA yang harus diubah
menjadi fully double stranded DNA terlebih dahulu, dan membentuk covalently closed circular DNA (cccDNA).
cccDNA inilah yang akan menjadi template transkripsi untuk empat mRNA.
Con’t

 Replication
Pregenom RNA dan mRNA akan keluar dari nukleus. Translasi akan menggunakan mRNA yang
terbesar sebagai kopi material genetik dan menghasilkan protein core, HBeAg, dan enzim
polimerase. Translasi mRNA lainnya akan membentuk komponen protein HBsAg.
 Assembly
Enkapsidasi pregenom RNA, HBcAg dan enzim polimerase menjadi partikel core di sitoplasma.
Dengan proses tersebut, virion-virion akan terbentuk dan masuk kembali ke dalam nukleus.
 Release
DNA kemudian disintesis melalui reverse transcriptase. Kemudian terjadi proses coating partikel
core yang telah mengalami proses maturasi genom oleh protein HBsAg di dalam reticulum
endoplasmik. Virus baru akan dikeluarkan ke sitoplasma, kemudian dilepaskan dari membran sel.
Penegakan Diagnosis
• Kriteria ibu mengidap atau menderita hepatitis B kronik:
1. Bila ibu mengidap HBsAg positif untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan dan
tetap positif selama
masa kehamilan dan melahirkan.
2. Bila status HBsAg positif tidak disertai dengan peningkatan SGOT/PT maka,
status ibu adalah pengidap hepatitis B.
3. Bila disertai dengan peningkatan SGOT/PT pada lebih dari 3 kali pemeriksaan
dengan interval pemeriksaan a 2-3 bulan, maka status ibu adalah penderita
hepatitis B kronik.
4. Status HBsAg positif tersebut dapat disertai dengan atau tanpa HBeAg positif.
(Shao, Al Tib and Wakim-Fleming, 2017)
Tatalaksana

1. Ibu ditangani secara multidisiplin antara dokter spesialis kandungan dengan


dokter spesialis penyakit dalam. Selain itu dokter spesialis kandungan juga perlu
memberitahu dokter spesialis anak, Sehingga, dokter spesialis anak dapat
merencanakan tatalaksana segera setelah bayi lahir.
2. Pada beberapa rumah sakit di luar negeri dipertimbangkan agar kelahiran bayi
melalui proses bedah kaisar.
3. Satu – dua minggu sebelum taksiran partus, dokter spesialis anak memastikan
tersedianya vaksin hepatitis B rekombinan dan immunoglobulin hepatitis B.
Con’t

4. Pada saat ibu in partu, dokter spesialis anak mendampingi dokter spesialis
kebidanan. Tindakan segera setelah bayi lahir (dalam waktu kurang dari 12 jam)
adalah :
a. Memberikan vaksin rekombinan hepatitis B secara IM, dosis 5 µg vaksin HBVax-II
atau 10 µg vaksin Engerix-B.
b. Pada saat yang bersamaan, di sisi tubuh yang lain diberikan imunisasi pasif hepatitis
B dalam bentuk hepatitis B immunoglobulin HBIg secara IM, dengan dosis 0.5 ml.
c. Mengingat mahalnya harga immunoglobulin hepatitis B, maka bila orang tua tidak
mempunyai biaya, dilandaskan pada beberapa penelitian, pemberian HBIg tersebut
tidak dipaksakan. Dengan catatan, imunisasi aktif hepatitis B tetap diberikan
secepatnya.7
Con’t
5. Tatalaksana khusus sesudah periode perinatal
a. Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HBsAg berkala pada usia 7 bulan (satu bulan setelah penyuntikan vaksin
hepatitis B ketiga), 1, 3, 5 tahun dan selanjutnya setiap 1 tahun.
(1) Bila pada usia 7 bulan tersebut anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan ulang anti HBs dan HBsAg pada usia 1,
3, 5 dan 10 tahun.
(2) Bila anti HBs dan HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis vaksinasi dan satu bulan kemudian
diulang pemeriksaan anti HBs. Bila anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan yang sama pada usia 1, 3, dan 5 tahun,
seperti pada butir a.
(3) Bila pasca vaksinasi tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap negatif, bayi dinyatakan sebagai non
responders dan memerlukan pemeriksaan lanjutan yang tidak akan dibahas pada makalah ini karena terlalu teknis.
(4) Bila pada usia 7 bulan anti HBs negative dan HBsAg positif, dilakukan pemeriksaan HBsAg ulangan 6 bulan
kemudian. Bila masih positif, dianggap sebagai hepatitis kronis dan dilakukan pemeriksaan SGOT/PT, USG hati, alfa
feto protein, dan HBsAg, idealnya disertai dengan pemeriksaan HBV-DNA setiap 1-2 tahun.
b. Bila HBsAg positif selama 6 bulan, dilakukan pemeriksaan SGOT/PT setiap 2-3 bulan. Bila SGOT/PT meningkat pada
lebih dari 2 kali pemeriksaan dengan interval waktu 2-3 bulan, pertimbangkan terapi anti virus.
Con’t

6. Tatalaksana umum
Pemantauan tumbuh-kembang, gizi, serta pemberian imunisasi, dilakukan
sebagaimana halnya dengan pemantauan terhadap bayi normal lainnya
(Stevens et al., 2017; Yi et al., 2016; Khumaedi, Gani and Hasan, 2016)
Pencegahan
• Imunisasi
Vaksin hepatitis B sangat efektif dalam mencegah infeksi. Vaksin ini dianjurkan untuk:
• Semua anak saat lahir dan pada usia dua, empat dan enam bulan. Vaksin diberikan di rumah sakit
tempat lahir dan juga oleh dokter atau klinik setempat Anda sebagai bagian dari vaksinasi rutin anak-
anak
• Semua anak berusia 12 tahun yang tidak diimunisasi saat masih bayi. Vaksin diberikan di sekolah
• Orang yang mempunyai kontak di rumah atau kontak seksual dengan penderita infeksi kronis
• Pria yang berhubungan kelamin dengan pria
• Orang yang menderita infeksi kelamin
• Pengguna narkoba suntik.
• Untuk mencegah menularnya infeksi hepatitis B:
• Dapatkan vaksinasi
• Jika Anda hamil, Anda harus menjalani tes darah untuk hepatitis B; bayi yang dilahirkan ibu yang
terinfeksi hepatitis B harus diberikan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) dan vaksin dalam waktu 12 jam
setelah lahir
• Kontak yang tidak imun dari orang yang terinfeksi HBV harus diberikan HBIG dan vaksin secepat
mungkin, untuk eksposur darah dalam waktu 72 jam; untuk eksposur seksual dalam waktu 14 hari
(Khumaedi, Gani and Hasan, 2016)
Komplikasi

• Hepatitis B kronik merupakan penyulit jangka lama pada Hepatitis B akut. Penyakit
ini terjadi pada sejumlah kecil penderita Hepatitis B akut. Kebanyakan penderita
Hepatitis B kronik tidak pernah mengalami gejala hepatitis B akut yang jelas.
• Sirosis hati merupakan kondisi dimana jaringan hati tergantikan oleh jaringan
parut yang terjadi bertahap. Jaringan parut ini semakin lama akan mengubah
struktur normal dari hati dan regenerasi sel-sel hati. Maka sel – sel hati akan
mengalami kerusakan yang menyebabkan fungsi hati mengalami penurunan
bahkan kehilangan fungsinya
Prognosis

• Virus hepatitis B menyebabkan hepatitis akut dengan pemulihan dan


hilangnya virus, hepatitis kronis nonprogresif, penyakit kronis progresif
yang berakhir dengan sirosis, hepatitis fulminan dengan nekrosis hati masif,
keadaan pembawa asimtomatik, dengan atau tanpa penyakit subklinis
progresif. Virus ini juga berperan penting dalam terjadinya karsinoma
hepatoselular .
Sumber Pustaka
• WHO. Hepatitis B; 2016. Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs204/ en/
• Kementerian Kesehatan, 2014. Situation and analysis of Hepatitis in Indonesia. Pusat Data dan Informasi, .
• Khumaedi, A.I., Gani, R.A. and Hasan, I., 2016. Pencegahan Transmisi Vertikal Hepatitis B : Fokus pada Penggunaan Antivirus Antenatal. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia, 3(4), pp.225–231.
• Manitoba Public Health, 2018. Hepatitis B. [online] Available at: <http://www.gov.mb.ca/health/publichealth/>.
• Pasaribu, D.M.R., Korespondensi, A., Terusan, J., No, A. and Barat, J., 2014. Patogenesis Virus Hepatitis B. Jurnal Universitas Kristen Krida Wacana,
(6).
• Shao, Z., Al Tib, M. and Wakim-Fleming, J., 2017. Update on viral hepatitis in pregnancy. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 84(3), pp.202–206.
• Stepien, M., Piwowarow, K., Czarkowski, M.P., M., S. and K., P., 2016. Hepatitis B in Poland in 2014. Przeglad epidemiologiczny, [online] 70(2),
pp.231–241. Available at:
<http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&PAGE=reference&D=emexa&NEWS=N&AN=616725959%0Ahttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=J
S&PAGE=reference&D=med8&NEWS=N&AN=27779839>.
• Stevens, C.E., Toy, P., Kamili, S., Taylor, P.E., Tong, M.J., Xia, G.L. and Vyas, G.N., 2017. Eradicating hepatitis B virus: The critical role of preventing
perinatal transmission. Biologicals, [online] 50, pp.3–19. Available at: <https://doi.org/10.1016/j.biologicals.2017.08.008>.
• Yi, P., Chen, R., Huang, Y., Zhou, R.R. and Fan, X.G., 2016. Management of mother-to-child transmission of hepatitis B virus: Propositions and
challenges. Journal of Clinical Virology, [online] 77, pp.32–39. Available at: <http://dx.doi.org/10.1016/j.jcv.2016.02.003>.
• Zhao, Y., Jin, H., Zhang, X., Wang, B. and Liu, P., 2016. Viral hepatitis vaccination during pregnancy. Human Vaccines and Immunotherapeutics,
[online] 12(4), pp.894–902. Available at: <http://dx.doi.org/10.1080/21645515.2015.1132129>.

Anda mungkin juga menyukai