Anda di halaman 1dari 25

Clinical Science Session

CEDERA KEPALA
Andini Kartikasari – G1A217105
Pembimbing: dr. Apriyanto, Sp.BS, M.Kes
Pendahuluan
Cedera kepala merupakan penyebab utama
morbiditas dan kematian di masyarakat

Trauma merupakan penyebab utama kematian pada usia


muda dan awal usia pertengahan dan kematian sering
dikaitkan dengan trauma kepala berat

2,5% kematian dari cedera kepala per 10.000 pen


duduk di Australia

Identifikasi proses patologis yang terjadi penting pada


penatalaksanaan cedera kepala
Patofisiologi Cedera
Kepala
Proses Patologis

Direct trauma Edema cerebri

Kontusio cerebri Perdarahan Intrakranial

Shearing forces Hidrocephalus


Fraktur multiple akibat trauma berat, disrupsi (kerusakan)
orbita, kontusio intracranial yang melibatkan lobus temporal
kanan
Herniasi lobus temporal oleh
adanya hematoma.
Cedera lain yang berhubungan
This text can be replaced with your own text

Nervus Kranialis Fraktur kranium


CN I
CN II • Fraktur linear
CN III • Fraktur depresi
CN VI • Fraktur compound
CN VII
CN VIII

Laserasi scalp Cedera lainnya


Trauma thorax, skeletal
dan kardiovaskular.
Tatalaksana awal cedera kepala

Primary Survey
1 ABCDE
1
Pemeriksaan neurologis
Kesadaran, reflek dan ukuran pupil,
2 2 tanda kelainan neurologis fokal
Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan pada thorax, skeletal,
3 3 kardiovaskular atau intrabdominal

Pemeriksaan radiologis

4 4 Rontgen dan CT-Scan Kepala

Tatalaksana lanjutan

5 5 Berhantung pada kondisi patologis


intrakranial yang terjadi dan keparahan
cedera
Tatalaksana Cedera Kepala Ringan
Observasi minimal selama 4 jam.

Indikasi hospitalisasi & Tatalaksana:


CT-Scan
• Penurunan kesadaran lebih • Observasi Kesadaran
dari 10 menit • Minimalisir perkembangan
• Persistent drowsiness edema cerebri: elevasi kepala
• Defisit neurologis fokal 20 derajat, restriksi cairan 2 –
• Fraktur cranium 2.5L/hari
• Mual/muntah terus menerus • Evaluasi hasil CT-scan
• Kondisi patologis intracranial
yang tampak pada CT Scan
• Pasien tidak dapat dirawat di
rumah secara adequate
Tatalaksana Cedera Kepala Berat
• Oksigenasi &
ventilasi,
• Elevasi kepala 20◦ Diberikan melalui
• Balance cairan & NGT apabila tidak
elektrolit ada kontraindikasi Menurunkan teka-
nan intrakranial
Menurunkan
Nutrisi
edema otak

Observasi Kontrol
GCS suhu

Menggunakan
chart
Observasi
GCS
Observasi
GCS
Tatalaksana cedera kepala berat
Pemberian cairan
Mengurangi edema
Cairan isotonis,
penggantian darah otak
yang hilang dengan
koloid atau transfusi

Kontrol imbalance elektrolit

Hiponatremia: Hipernatremia:
intake inadequate
hi >>>
cairan intake cairan,
cedera
hipotalamus
Tatalaksana cedera kepala berat

• Adanya kerusakan hipothlalamus atau perdarahan


Kontrol suhu:
subarachnoid traumatis, infeksi.
pyrexia
• Bila terdapat kebocoran LCS maka adanya infeksi
harus dicurigai
• Paracetamol rectal atau aspirin

• Cairan 1.5-2L/hari dengan 250 – 400 kalori


Nutrisi • Pemberian nutrisi via NGT dilakukan 3-4 hari kemudian
: 2500 – 3000 kalori/ hari
Tatalaksana cedera kepala berat
Menurunkan tekanan intrakranial
Kontrol ventilasi Steroid, hipotermia dan
PaCO2 30 – 35 mmHg oksigen hiperbarik
Tidak lagi disarankan,
tidak ada evidence
based

Diuretik Menjaga tekanan


perfusi cerebri
Manitol: 0.5 – 1 g/
Mean arterial BP –
kgBB Mean intracranial
pressure > 70 mmHg

Barbiturate Kraniotomi dekompresi


Pentobarbitone: 3- Dapat dilakukan jika memungkinkan
5mg/kgBB dan lebih meunguntungkan bagi
pasien
Scalp Injury

• Terdiri atas abrasi, laserasi,


hematom subgaleal
• Laserasi yang luas akan
menyebabkan kehilangan darah
dalam jumlah yang tidak sedikit
• Pentalaksanaan luka harus
dilakukan segera: rambut dicukur,
debridement, anestesi lokal,
penjahitan.
rhinorrhea
• Fraktur basis pada fossa kranii anterior dapat merobek basal dura dan
mengakibatkan adanya fistula pada sinus frontal, ethmoid atau sphenoid
• Ditandai dengan: perdarahan subkonjungtiva, racoon eyes, anosmia,
paresthesia nasal

• Pada fraktur basis pada fossa media, ditandai dengan: rhinorrhea (atau
otorrhea), tuli, haemotympanum, battle’s sign

• Penting untuk identifikasi LCS


• Pemberian antibiotik profilaksis
• Operatif
Cedera akibat rudal (tembakan)
Terdapat tiga jenis cedera tembak (rudal):
• tangential
• penetrating
• through-and-through

Peluru menyebabkan kerusakan otak melalui tiga mekanisme:


• laserasi mekanis pada jaringan otak yang disinggahi
• gelombang kejut yang disebarluaskaan oleh peluru
• kavitasi yang terbentuk
Cedera akibat tembakan: tatalaksana
• Segera membawa pasien ke rumah sakit
• Antibiotik (penisilin dan kloramfenikol)
• CT Scan: untuk mengetahui letak intracranial hematoma, fragmen
tulang yang terdepresi dan fragmen metal
• Operatif
Cedera kepala non-accidental
• Kronik subdural hematom terjadi pada anak
korban kekerasan (20%)
• Screening koagulopati, perdarahan retinal,
survey skeletal, identifikasi lokasi yang
tidak biasa
• Melibatkan kerjasama dengan dokter anak
dan petugas sosial
rehabilitasi
Disabilitas yang sering terjadi akibat cedera kepala antara lain:
• penurunan fungsi motorik
• gangguan bicara—dysphasia, dysarthria
• gangguan indera—vision, hearing
• gangguan kognitif

Tujuan umum proses rehabilitasi adalah:


• pada periode awal, mencegah komplikasi seperti kontraktur anggota gerak
dan menyediakan konseling untuk keluarga
• untuk memaksimalkan perbaikan neurologi dengan mengembalikan
kemampuan lama dan mengajarkan keterampilan baru,
• melatih kembali untuk pekerjaan jangka panjang jika penting dan memung
kinkan.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai