Anda di halaman 1dari 28

CASE REPORT SESSION

Praluki Herliawan
Conny Noor Afifa
Euis Kurniawati

Preseptor:
Ike Kusminar, dr., SpM

SMF ILMU KESEHATAN MATA


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER (P3D)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2017
Identitas Pasien

■ Nama : Ny. L
■ Jenis Kelamin : Perempuan
■ Alamat : Kp. Kebon Tuju
■ Agama : Islam
■ Pekerjaan : IRT
■ Tanggal Periksa : 20 Februari 2018
Anamnesa

■ Keluhan utama: Cairan kekuningan di kedua mata


Anamnesa Khusus

■ Pasien datang ke poliklinik mata RSAU dr.


Salamun dengan keluhan cairan yang keluar
dari matanya sejak 1 minggu yang lalu.
Cairannya berwarna kekuningan dengan
konsistensi kental. Keluhan tersebut dirasakan
terutama saat pagi hari setelah bangun tidur.
Saat muncul, keluhan disertai gatal dan mata
yang merah.
■ Keluhan biasanya berlangsung kurang
lebih satu jam. Keluhan disertai dengan
rasa yang mengganjal seperti kelilipan.
Pasie mengaku dalam 2 minggu terakhir
lebih sering ke pasar menggunakan
motor.
■ Keluhan tersebut sempat diobati menggunakan
obat tetes mata yang dibelinya sendiri dari
apotek, namun keluhan tidak membaik. Pasien
menyangkal adanya benturan terhadap
matanya. Pasien menyangkal penglihatan
terbatas, seperti melihat pada teropong. Pasien
menyangkal penglihatan kabur mendadak.
Pasien menyangkal kesulitan menggerakan bola
mata. Pasien juga menyangkal adanya riwayat
alergi ataupun riwayat keluarga yang
mempunyai alergi.
Keadaan Umum

■ Kesadaran : Compos Mentis


■ Nadi: 90x/menit, reguler, isi cukup
■ Respirasi: 20x/ menit, reguler
Status Opthalmologist
OD OS

Pemeriksaan Visus 6/30 6/30


Tes Hirschberg Normal/orthotropi Normal/orthotropi
Pemeriksaan Versi Normal Normal
Pemeriksaan Duksi Normal Normal
Palpebra Superior Edema (-) Edema (-)
Hiperemi (-) Hiperemi (-)
Benjolan (-) Benjolan (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Eksoprion (-) Eksoprion (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Spasme (-) Spasme (-)
Lagoftalmos (-) Lagoftalmos (-)
pseudohyposis (-) pseudohyposis (-)
Blefarospasme (-) Blefarospasme (-)
Palpebra Inferior Edema (-) Edema (-)
Hiperemi (-) Hiperemi (-)
Benjolan (-) Benjolan (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Eksoprion (-) Eksoprion (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Spasme (-) Spasme (-)
Lagoftalmos (-) Lagoftalmos (-)
Pseudoptosis (-) Pseudoptosis (-)
Lacrimal Apparatus Tidak berair Tidak berair
Sekret (+) Sekret (+)
Tidak ada darah Yidak ada darah
Konjungtiva superior Hiperemis Hiperemis
Hordeolum (-) Hordeolum (-)
Cobble stone (-) Cobble stone (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Pseudomembran (-) Pseudomembran (-)
Bleeding (-) Bleeding (-)
Konjungtiva inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Hordeolum (-) Hordeolum (-)
Cobble stone (-) Cobble stone (-)
Papil (-) Papil (-)
Pseudomembran (-) Pseudomembran (-)
Bleeding (-) Bleeding (-)
Konjungtiva bulbi Sekret (-) Sekret (-)
Chemosis (+) Chemosis (+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi konjungtiva (+) Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi perikorneal (-) Injeksi perikorneal (-)
Sklera Kecoklatan / tidak bersih Kecoklatan / tidak bersih
Kornea Normal Normal
Arkus senil (-) Arkus senil (-)
Edema kornea (-) Edema kornea (-)
Erosi kornea (-) Erosi kornea (-)
Nebula (-) Nebula (-)
Makula (-) Makula (-)
Leukoma (-) Leukoma (-)
Tes sensibilitas : Normal Tes sensibilitas : Normal
Bilik mata depan Normal Normal
Iris Warna : coklat kehitaman Warna : coklat kehitaman
Posisi : normal Posisi : normal
Pupil Refleks : normal Refleks : normal
Isokor Isokor
Anisokor (-) Anisokor (-)
Oklusi (-) Oklusi (-)
Lensa Jernih Jernih
Tekanan intraokuler - -
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Mata
■ Sklera (bagian putih mata)
■ Konjungtiva
■ Kornea
■ Pupil
■ Iris
■ Lensa
■ Retina
■ Saraf optikus Humor aqueus
■ Humor vitreus
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva adalah membrane tipis dan tembus
pandang, yang dibatasi oleh margo palpebralis dan pada
bola mata membentuk kantung yang disebut kantung
konjungtiva.
Konjungtiva terdiri dari 3 bagian, yaitu konjungtiva
palpebralis/tarsalis, kongjungtiva bulbi dan formiks yang
merupakan daerah transisi antara konjungtiva palpebralis
dan konjungtiva bulbi.
Konjungtivitis
■ Definisi: Radang konjungtivitis / radang selaput lendir yang
menutupi bagian belakang kelopak daun bola mata, dalam bentuk
akut maupun kronis, dimana penderita biasanya datang dengan
keluhan mata merah.
Faktor resiko:
■ Etiologi: • Trauma
• Imunodefisiensi
– Infeksi
• Berkontak dengan tangan
■ Bakteri
penderita konjuntivitis
■ Virus
• Berkontak dengan alat
■ Parasit
kesehatan yang digunakan
■ Jamur banyak orang dan langsung
– Noninfeksi mengenai mata.
■ Persistent irritations ( lack of tear) • Berenang
■ Alergi • Riwayat alergi pada keluarga
■ Toxic (asap rokok, debu)
Klasifikasi berdasarkan
etiologi:
Konjungtivitis Virus
• Keratokonjungtivitis epidemi
• Konjungtivitis Herpetik
Konjungtivitis Bakteri • Konjungtivitis herpes-zoster
• Konjungtivitis inklusi
• Konjungtivitis bakteri akut • Konjungtivitis New castle
• Konjungtivitis gonore • Konjungtivitis hemoragik
• Oftalmia neonatorum epidemic akut
• Konjungtivitis angular
• Konjungtivitis mukopurulent
Penemuan klinis Virus Bakteri Klamidia Alergi
dan Sitologis

Gatal-gatal Minimal Minimal Minimal Berat


Hiperemia Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh
Lakrimasi Amat banyak sedang Sedang Sedang

Eksudasi Minimal Amat banyak Amat banyak Minimal

Adenopati Biasanya ada langka Biasanya hanya Tidak ada


aurikuler ada pada
konjungtivitis
inklusi

Pewarnaan Monosit Bakteri PMN Sel PMN, plasma, Eosinofil


kerokan badan inklusi
konjungtiva dan
eksudat
Kaitan dengan Kadang ada Kadang ada Tidak pernah ada Tidak pernah ada
sakit
kerongkongan dan
demam
Sekret pada Konjungtivitis
Etiologi Serous Mucoid Mucopurule Purulent
nt

Viral + -/+ - _

Clamydial - + + _

Bacterial - - + +

Allergic + + - -

Toxic + + + -
Klasifikasi
Konjungtivitis dibagi berdasarkan manisfestasi klinis:

Konjungtivitis Konjungtivitis
Konjungtivitis Konjungtivitis
kataralis
kataralis kataralis akut
kronis
angularis

Konjungtivitis Konjungtivitis
Konjungtivitis
folikularis
folikularis folikularis akut
kronis

Konjungtivitis
Konjungtivitis Konjungtivitis
purulenta oleh
purulenta non
purulenta karena
gonokok
gonokok
Konjungtivitis
membranosa

Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis


allergi vernal flikten atopi
Konjungtivitis Bakteri

■ Konjungtivitis Bakteri
■ a. Etiologi
■ Staphylococcus, Streptococcus, Corynebacterium
diphtheriae, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria
gonorrhoea, dan Haemophilus injluenzae.
b. Manifestasi Klinis
■ Konjungtiva bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat dengan
sekret mukopurulen terutama di pagi hari, pseudoptosis
akibat pembengkakan kelopak, kemosis, hipertrofi papil,
folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata
terasa seperti ada benda asing, dan limfadenopati
preaurikular. Kadang disertai keratitis dan blefaritis.
Biasanya dari satu mata menjalar ke mata yang lain dan
dapat menjadi kronik
■ Pemeriksaan penunjang
■ Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan
pewamaan Gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman
penyebab dan uji sensitivitas.
■ Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan
pemeriksaan sekret dengan pewarnaan Metilen Biru yang
akan menunjukkan Diplokok di dalam sel leukosit. Dengan
pewarnaan Gram terlihat Diplokok Gram negatif intra dan
ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada
agar darah dan coklat.
d. Komplikasi
■ Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis,
Gonokok menyebabkan perforasi kornea dan
endoftalmitis, dan Meningokok dapat menyebabkan
septikemia atau meningitis.
e. Penatalaksanaan
■ Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat
diberikan antibiotik tunggal, seperti gentamisin,
kloramfenikol, polimiksin, dan sebagainya, selama 3-5
hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil, dihentikan
dan menunggu hasil pemeriksaan.
■ Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung,
diberikan tetes mata antibiotik spektrum luas tiap jam
disertai salep mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali
sehari.
DAFTAR PUSTAKA
– Asbury T. General Optalmology. Edisi 16. McGraw-
Hill. Chicago. 2004.
– Ilyas, Sidarta. 2003. Penuntun Ilmu Penyakit Mata.
Edisi . Jakarta : Balai Penerbit FKUI .94-101., 116-
178.
– James, Bruce et al. 2006.Lecture notes Oftalmologi.
Edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga.
– Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan
kelima.

Anda mungkin juga menyukai