Anda di halaman 1dari 37

Pleno Pemicu 1

Fasilitator :
Fatmaria, S.Farm., M.Farm., Apt

Kelompok IV
Anggota :
1. Brigita Destiara Tanja
2. Megumi Wilhelmina P. Palar
3. Martina Lovenia Romaito
4. Anggi Pantria Saputri
5. Ikrimah
6. Vania Belinda Suwarno
7. Aprilois Perdana
8. Kadek Novitasari
9. Andreyan Philiatama
Skenario Pemicu 1

Aduh leherkuu...
Tn Aryo usia 31 tahun datang ke praktek seorang dokter dengan keluhan

kurang lebih sebulan merasa kelelahan pada lengan bawah dan tangan kiri dengan

kadang-kadang rasa kram dan mati rasa pada jari-jari sebelah kiri. Ditemukan rasa nyeri

pada saat melakukan rotasi dan fleksi lateral yang maksimal pada bagian leher. Tn Aryo

bekerja sekarang sebagai operator mesin hitung kurang lebih selama 3 bulan di sebuah

bank swasta. Pada analisis di tempat kerja menunjukkan bahwa ia bekerja sambil duduk

dengan leher bengkok/condong ke depan dan miring ke kiri terhadap meja kerjanya.

Lengan kirinya diatas meja, seraya tangannya menyentuh keyboard dari mesin hitung.

Meja kerjanya jauh lebih tinggi dibanding tinggi kursinya, memaksanya untuk lebih

mengimbangi dengan mengangkat lengan kirinya lebih tinggi dan memiringkan badannya.
Kata Kunci
• Identitas

• Nama : Tn. Aryo

• Usia : 31 Tahun

• Pekerjaan : Operator mesin hitung di Bank swasta (3 bulan)

• Keluhan Utama : Kelelahan pada lengan bawah dan tangan kiri dan kadang-kadang
rasa kram dan mati rasa pada jari-jari sebelah kiri.

• Onset : ± 1 bulan

• Keluhan Penyerta

• Nyeri pada saat melakukan rotasi dan fleksi lateral yang maksimal pada bagian leher

• Analisis tempat kerja

• Ia bekerja sambil duduk dengan leher bengkok/condong ke depan dan miring ke kiri terhadap
meja kerjanya.

• Lengan kirinya diatas meja, seraya tangannya menyentuh keyboard dari mesin hitung

• Meja kerjanya jauh lebih tinggi dibanding tinggi kursinya, memaksanya untuk lebih mengimbangi
dengan mengangkat lengan kirinya lebih tinggi dan memiringkan badannya
Data Tambahan
• Status : Belum Menikah
• Alamat : Jl. Kecipir, Palangkaraya
• Tinggal di sebuah rumah kontrakan dengan biaya sewa Rp.25.000.000/tahun, pemukiman
seperti BTN
• Tn Aryo bekerja setiap hari senin-jumat pukul 06.30-17.00 dan terkadang bisa lembur
sampai jam 20.00
• Lembur biasanya tiap akhir bulan
• Pendapatan Rp.3.000.000/bulan
• Belum pernah ada upaya yang dilakukan seperti mendapat pengobatan, fisioterapi dll
• Tidak mengkhusukan makanan
• Riwayat penyakit dahulu (-)
• Riwayat penyakit keluarga (-)
• Riwayat Sosial : Jarang sosialisasi di lingkungan tempat tinggal dan interaksi hanya saat jam
istirahat di kantor
Identifikasi Masalah
• Tn. Aryo 31 tahun mengeluh merasa lelah pada lengan bawah dan
tangan kiri dengan rasa kram dan mati rasa pada jari-jari kiri ±
sebulan dan ditemukan posisi kerja yang kurang ergonomis.
Analisis Masalah
Tn Aryo 31 tahun
(Pekerjaan : Operator Mesin
Hitung)

Keluhan Utama Keluhan Penyerta

Musculosceletal
Disorder

Upper Limb Disorder

Analisis Tempat Kerja

Penyakit Akibat kerja


Hipotesis
• Tn Aryo 31 tahun mengalami Upper Limb Disorder yang
disebabkan oleh posisi kerja yang kurang ergonomis.
Pertanyaan terjaring
• Jelaskan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)!
• UU terkait K3!
• Jelaskan tentang Penyakit Akibat Kerja!
• Hubungan Upper Limb Disorder dengan Penyakit Akibat Kerja?
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3)!
Definisi K3

• Keselamatan kerja atau safety adalah suatu usaha untuk


menciptakan keadaan lingkungan kerja yang aman bebas dari
kecelakaan.
• Keselamatan kerja yaitu menjamin keadaan, keutuhan dan
kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia
serta hasil karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan
masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya.

• Kesehatan kerja diartikan sebagai suatu upaya untuk menjaga


kesehatan pekerja dan mencegah pencemaran di sekitar tempat
kerjanya (masyarakat dan lingkungan)
• Di Undang-undang No. 14, Tahun 1969 tentang : Ketentuan- ketentuan
Pokok Mengenai Tenaga Kerja, disebutkan bahwa “Tiap tenaga kerja
berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,kesehatan,
kesusilaan, dan pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia, moral dan agama.
Tujuan K3

Secara umum tujuan Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3) adalah sebagai berikut :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan dan kesehatan orang lain yang berada di tempat dan
sekitar pekerjaan itu,

3. Menjamin terpeliharanya sumber produksi dan pendayagunaannya secara


aman,efisien dan Efektif.

4. Khusus dari segi kesehatan, mencegah dan membasmi penyakit akibat pekerjaan.
Aspek-aspek dan Faktor-faktor yang
mempengaruhi K3

Menurut Anoraga (2005) mengemukakan aspek - aspek Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) meliputi:
• Lingkungan kerja
• Alat dan bahan kerja
• Cara melakukan pekerjaan

Menurut Budiono dkk (2003) , faktor - faktor yang mempengaruhi


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain:
• Beban kerja
• Kapasitas kerja
• Lingkungan kerja
UU Terkait K3!
Tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan UU No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :

• Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang


lain di tempat kerja.

• Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan


efisien.

• Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.


Ruang Lingkup UU No.1 Tahun 1970

Tempat
Kerja

Tenaga Sumber
Kerja Bahaya
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Per.02/MEN/1980
Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

Berikut adalah pasal-pasal yang berkaitan dengan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga kerja, yang
diresmikan pada 13 maret 1980

Pasal 1

Pasal 2

Pasal 3

Pasal 5
Keppres No.22 Tahun 1993

• Pasal 1 : Penyakit yang timbul karena hubungan kerja


adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 56 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

a. Bahwa pekerja merupakan kelompok berisiko tinggi terhadap berbagai masalah kesehatan

yang disebabkan oleh proses kerja, lingkungan kerja, dan perilaku pekerja sehingga berpotensi

mengalami penyakit akibat kerja;

b. Bahwa dalam rangka perlindungan kesehatan bagi pekerja, perlu memberikan kepastian

hukum dalam pelayanan penyakit akibat kerja di fasilitas pelayanan kesehatan;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat

Kerja

Pelayanan penyakit akibat kerja meliputi:

a. diagnosis penyakit akibat kerja; dan

b. tata laksana penyakit akibat kerja.


PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR :
PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA

a. bahwa penyakit akibat kerja berat bertalian Pasal 4 :


dengan kemajuan teknologi sehingga
Pengurus wajib dengan segera
pengetahuan tentang penyakit-penyakit

tersebut perlu dikembangankan antara lain melakukan tindakan-tindakan


dengan pemilikan data yang lengkap; preventif agar penyakit akibat kerja
b. bahwa “untuk melindungi keselamatan dan
yang sama tidak terulang kembali
kesehatan tenaga kerja terhadap pengaruh
diderita oleh tenaga kerja yang
akibat kerja, perlu adanya tindakan

pencegahan lebih lanjut; berada dibawah pimpinannya.


c. bahwa penyakit akibat kerja yang diderita

oleh tenaga kerja merupakan suatu

kecelakaan yang harus dilaporkan.


Penyakit Akibat Kerja!
Definisi

Penyakit yang mempunyai penyebab spesifik atau asosiasi


kuat dengan pekerjaan yang sebab utama terdiri dari satu agen
penyebab yang sudah di akui. (Menurut PERDOKI yang dituangkan
dalam buku Konsensus Diagnosis Okupasi tahun 2011)
Epidemiologi
Menurut World Health Organization pada tahun 1999
menemukan bahwa kasus penyakit akibat kerja yang paling banyak adalah
penyakit muskuloskeletal (48%), penyakit Paru Obstruksi Kronik (11%),
gangguan kesehatan mental (10%), tuli akibat bising (9%) dan keracunan
pestisida (3%).

Menurut Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kementrian Kesehatan Tahun
2014 untuk jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun 2011-2014 terjadi penurunan. Dengan Data
sebagai Berikut :

1. Tahun 2011 = 57.929 Kasus

2. Tahun 2012 = 60.322 Kasus

3. Tahun 2013 = 97.144 Kasus

4. Tahun 2014 = 40.964 Kasus


Etiologi
Golongan Golongan
Golongan Golongan Fisiologik Psikososial
Golongan Fisik Kimiawi Biologik (Ergonomik)
Bising, Vibrasi, Ada kurang lebih Bakteri, virus, Design tempat Beban kerja terlalu
Radiasi pengion, 100.000 bahan jamur, parasit dan kerja yang kurang berat, monotoni
Radiasi non kimia yang sudah lain-lain ergonomis, tidak pekerjaan dan lain
pengion, Tekanan digunakan dalam sesuai dengan sebagainya.
udara, Suhu proses industri, fisiologi dan
ekstrem,dan namun dalam anatomi manusia,
Pencahayaan daftar penyakit alat kerja yang
ILO, baru dapat tidak sesuai dan
diidentifikasi 31 cara kerja yang
bahan kimia banyak
sebagai penyebab, menggunakan
sehingga dalam posisi janggal
daftar ditambah 1 dalam waktu lama
penyakit, untuk dan atau gerakan-
bahan kimia gerakan berulang
lainnya
Prinsip-prinsip Penyakit Akibat Kerja

Dalam mendiagnosis penyakit akibat kerja terdapat 3 (tiga)


prinsip yang harus diperhatikan:

 Hubungan antara pajanan yang spesifik dengan penyakit.

 Frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih tinggi


daripada pada masyarakat.

 Penyakit dapat dicegah dengan melakukan tindakan promosi

kesehatan dan pencegahan penyakit(primer, sekunder, tersier).


Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan
pada dampak korban.
Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Dalam UU peraturan Mentri kesehatan RI No. 56 tahun 2016 , dalam


pasal 4 menyebutkan ada 7 pendekatan untuk diagnosis penyakit akibat
kerja :
1. Penegakan diagnosis klinis
2. Penentuan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja
3. Penentuan hubungan antara pajanan dengan penyakit
4. Penentuan kecukupan pajanan
5. Penentuan faktor individu yang berperan
6. Penentuan faktor lain di luar tempat kerja
7. Penentuan diagnosis okupasi
Pencegahan Penyakit akibat Kerja

Lima Tingkatan Pencegahan


Penyakit
(five level of prevention
disease)

Peningkatan kesehatan (health Perlindungan khusus (specific Diagnosis (deteksi) dini dan
promotion). protection). pengobatan segera serta
pembatasan titik-titik lemah untuk
mencegah terjadinya komplikasi
Pemulihan kesehatan
Membatasi kemungkinan cacat (rehabilitation)
(disability limitation)
Faktor Ergonomis

1) Mengurangi bekerja dengan sikap


dan posisi membungkuk dengan
frekuensi kegiatan yang sering atau
jangka waktu lama.
2) Tidak seharusnya menggunakan
jarak jangkauan maksimum yang bisa
dilakukan. Pengaturan posisi kerja
dalam hal ini dilakukan dalam jarak
jangkauan normal.
3) Tidak duduk dan berdiri pada saat
bekerja untuk waktu yang lama
dengan kepala, leher, dada atau kaki
berada dalam sikap atau posisi miring.
Faktor Psikologis

Menjaga hubunganya yang baik di lingkungan


pekerjaan
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan
untuk mencegah PAK adalah sebagai berikut:

Menyingkirkan atau mengurangi risiko


pada sumbernya.

Mengurangi risiko dengan pengaturan


mesin atau menggunakan APD.

Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk


mengurangi risiko lebih lanjut.

Menyediakan, memakai dan merawat APD


Hubungan ULD dengan PAK?
ULD?
The phrase “upper limb disorders” refer to a
range of medical conditions which can be caused or
made worse by work.
Others terms :
• repetitive strain injury
• cumulative trauma disorder
• occupational overuse syndrome
The term upper limb refers to:

• The part of the body

• The tissues

Are all upper limb disorders work-related?

NO!

Musculoskeletal system : repeated motions.


Prolonged tissue loading caused by static posture or
performance of very frequent exertions can, however, be harmful.
The principal ULD risk factors are:
Kesimpulan
• Tn Aryo 31 tahun
mengalami Penyakit
akibat kerja dengan
diagnosis klinis Upper
Limb Disorder karena
faktor ergonomis.

• Edukasi :
• Hindarkan membungkuk
• Hindarkan posisi dan
pergerakan sama dlm waktu
lama
• Tinggi meja kerja disesuaikan
dg tinggi pekerja saat kerja
dg cara duduk ataupun
berdiri
• Semua peralatan kerja
diletakkan pada jangkauan
normal
• Beri penyangga berupa
bantalan pada kursi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai