Anda di halaman 1dari 34

UNIT

KOAGULASI PBPAM
&
FLOKULASI
KELOMPOK 7
1. Ditta Krisna Murti 21080116140072
2. Candrika D. Salsabila 21080116130064
3. Istiqomah Nur S 21080115120043
4. Rezica Deslianty 21080115120018
5. Aisyatul Mas'adah 21080115130061
6. Yunus Prayudi 21080115140085
7. Santika Budi Hapsari 21080116130069
8. Fita Fauziyah 21080115130070
9. Fitri Mairiza 21080115120041
10. Umul Mufidah 21080115130084
gulasi dan flokulasi dirancang untuk :
o Menyisihkan agen infeksius
o Menyisihkan senyawa beracun yang telah
teradsorpsi ke permukaan partikel
o Hapus prekursor untuk pembentukan produk
sampingan desinfeksi, dan
o Membuat air siap minum
• Koloid dan partikel tersuspensi di dalam air memiliki muatan listrik negatif (-)

menyebabkan partikel tetap berada dalam suspensi tanpa bisa menggumpal.

• Untuk penghilangan zat-zat berbahaya dari air salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah proses koagulasi dan flokulasi.

PARTIKEL • Koagulasi dan flokulasi merupakan proses yang terjadi secara berurutan untuk

mentidakstabilkan (destabilisasi) partikel tersuspensi, menyebabkan

tumbukan partikel dan tumbuh menjadi flok.

• Partikel tersebut kemudian akan disisihkan melalui koagulasi dan flokulasi


KOAGULASI
Definition and Measurement of Colloids

• Banyak pencemar dalam air mengandung material dalam

bentuk koloid.

• Koloid ini menghasilkan SUSPENSI yang stabil.

• Umumnya bentuk SUSPENSI ini cukup stabil sehingga gaya

gravitasi tidak dapat menyebabkan pengendapan dari

partikel koloid ini. Oleh karena itu butuh perlakukan

khusus untuk menyisihkan dari fase cair.

• DESTABILISASI dari koloid ini disebut KOAGULASI.


Jenis Koagulan
• Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3)
murah&mudah didapat
• Ferrous Sulfate (FeSO4)
Biasanya ditambahkan Ca(OH)2 dan NaOH untuk
meningkatkan pH
• Ferric Chloride (FeCl3)
Reaksi Kimia
• Alumunium Sulfat
– Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O
+ 6CO2

• Pada air yang tidak memiliki alkalinitasi yang cukup untuk


bereaksi dengan alum, maka perlu ditambahkan alkalinitas
dengan menambah kalsium hidroksida.

– Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)22Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O

• Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8,


karena aluminium hidroksida relatif tidak terlarut.
Reaksi Kimia (2)
• Ferro sulfat
– membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar menghasilkan
reaksi yang cepat. Untuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan untuk mendapatkan
pH pada level di mana ion besi diendapkan sebagai Fe(OH)3,

– 2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O

– pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang stabilisasi membutuhkan

kapur berlebih.
Reaksi Kimia (3)
• Ferri Sulfat
– Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan berlangsung
mengikuti reaksi:
– Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 +
6CO2

– Jika alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi,


diperlukan penambahan kapur. Rentang pH
optimum adalah sekitar 4 hingga 12,
Reaksi Kimia (4)
• Ferri Klorida / Ferric Chloride (FeCl3)
– 2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaCl2 + 6CO2

– Penambahan kapur diperlukan bila alkalinitas alami tidak


mencukupi.
– 2FeCl3 + 3Ca(OH)2  2Fe(OH)3 + 3CaCl2

– Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4


sampai 12. Flok yang terbentuk umumnya padat dan
cepat mengendap.
FLOKULASI
• Proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel
terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang
memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi.

• Bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok-flok


yang telah dibibitkan pada proses koagulasi.

• Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak


flokulasi.
KOAGULASI
• Penambahan satu / lebih bahan kimia ke dalam partikel kecil
untuk diproses dengan flokulasi. Hal ini menyebabkan partikel
menjadi tidak stabil (destabilisasi partikel).

FLOKULASI
• Penggabungan partikel dan pengendapan produk yang tidak stabil

• Tujuan: Memperbesar ukuran flok dan mengendapkannya.


Clarifier
Berisi pasir besi
Faktor yang memengaruhi koagulasi
dan flokulasi

1. Kualitas air (warna, gas terlarut, kesadahan)


2. Jumlah dan karakteristik koloid
3. Ph
4. Kecepatan pengadukan
5. Temperatur air
6. Waktu pengadukan
PENGADUKAN
• Merupakan operasi yang mutlak
diperlukan pada proses koagulasi-flokulasi.
• Berdasarkan kecepatannya, dibedakan
menjadi pengadukan cepat dan
pengadukan lambat.
• Berdasarkan metodanya, pengadukan
dibedakan menjadi pengadukan mekanis,
pengadukan hidrolis, dan pengadukan
pneumatis.
Kecepatan Pengadukan

G=

• Parameter yang membedakannya adalah besarnya


tenaga yang disuplai ke dalam air (P)
• Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai P
bergantung pada metoda pengadukan yang digunakan.
Secara spesifik, nilai G dan td bergantung pada
maksud atau sasaran pengadukan cepat.
Untuk proses koagulasi-flokulasi:
• Waktu detensi = 20 - 60 detik
• G = 1000 - 700 detik-1

Untuk penurunan kesadahan (pelarutan kapur/soda):


• Waktu detensi = 20 - 60 detik

Pengadukan Cepat • G = 1000 - 700 detik-1

Untuk presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dan lain-lain)


• Waktu detensi = 0,5 - 6 menit
• G = 1000 - 700 detik-1

Pengadukan cepat dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:


1. Pengadukan mekanis
2. Pengadukan hidrolis
3. Pengadukan pneumatis
Pengadukan Lambat • Untuk flokulator 3 kompartemen:
- G kompartemen 1 : nilai terbesar
- G kompartemen 2 : 40 % dari G kompartemen 1
- G kompartemen 3 : nilai terkecil
Secara spesifik, nilai G dan waktu detensi untuk proses flokulasi
adalah sebagai berikut:
• Untuk air sungai: Untuk penurunan kesadahan (pelarutan kapur/soda):
• Waktu detensi = minimum 30 menit
- Waktu detensi = minimum 20 menit
• G = 10 - 50 detik-1
- G = 10 - 50 detik-1

Untuk presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dan lain-lain)


• Untuk air waduk:
• Waktu detensi = 15 - 30 menit
- Waktu = 30 menit • G = 20 - 75 detik-1
- G = 10 - 75 detik-1 • GTd = 10.000 - 100.000

• Untuk air keruh: Pengadukan lambat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
1. Pengadukan mekanis
- Waktu dan G lebih rendah
2. Pengadukan hidrolis
• Bila menggunakan garam besi sebagai koagulan:
- G tidak lebih dari 50 detik-1
Pengadukan Mekanis

– menggunakan peralatan mekanis yang

terdiri atas motor, poros pengaduk (shaf),

dan alat pengaduk (impeller). Peralatan

tersebut digerakkan dengan motor

bertenaga listrik. Berdasarkan bentuknya,

ada tiga macam impeller, yaitu paddle

(pedal), turbine, dan propeller (baling-

baling).
Pengadukan Hidrolis

– memanfaatkan aliran air sebagai tenaga pengadukan.


– Energi hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial (jatuhan)
atau adanya lompatan hidrolik dalam suatu aliran. jenis aliran yang
sering digunakan sebagai pengadukan cepat adalah terjunan
loncatan hidrolik, dan parshall flume.
– Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan lambat
adalah aliran air yang menghasilkan energi hidrolik yang lebih kecil.
Aliran air dibuat relatif lebih tenag dan dihindari terjadinya
turbulensi agar flok yang terbentuk tidak pecah lagi. Beberapa
contoh pengadukan hidrolis untuk pengadukan lambat adalah kanal
bersekat (baffled channel, perforated wall, gravel bed
Pengadukan Pneumatis
– Pengadukan yang menggunakan udara (gas) berbentuk
gelembung sebagai tenaga pengadukan. Gelembung tersebut
dimasukkan ke dalam air dan akan menimbulkan gerakan pada
air. Injeksi udara bertekanan ke dalam air akan menimbulkan
turbulensi, akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan air.

– Makin besar tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang


dihasilkan makin besar dan diperoleh turbulensi yang makin
besar pula.
– Perhitungan tenaga pengadukan berbeda-beda bergantung pada jenis
pengadukannya.

TENAGA
PENGADUKAN

• Persamaan (5.2) = NRe lebih dari 10.000 dan


• persamaan (5.3) = NRe kurang dari 20.
Tenaga
Paddle Wheel
Tenaga
Pengadukan
Hidrolis
Tenaga Pengadukan Kanal Bersekat
Tenaga Pengadukan
Pneumatis
tenaga yang dihasilkan merupakan fungsi dari debit udara
yang diinjeksikan
Pemeliharaan Bak Koagulasi

– Pemeriksaan kualitas air baku untuk menentukan dosis koagulan


– Pengontrolan debit koagulan yang masuk ke splitter box
– Pemeriksaan clogging pada saluran/pipa
Pemeliharaan Bak Flokulasi

– Penyisihan schum yang mengapung pada bak flokulasi


– Pengontrolan ukuran flok yang terbentuk
– Pemeriksaan adanya algae yang tumbuh
– Pengontrolan kecepatan mixer
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai