EMISI FUGITIVE
Disusun Oleh:
Kelas B
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
I. Definisi Emisi Fugitive
Menurut Permen LH 12 Tahun 2012, Emisi Fugitive adalah emisi dari
kebocoran peralatan meliputi kebocoran katup, flensa (flange), pompa, kompresor, alat
pelepas tekanan, jalur perpipaan terbuka (open ended lines), penghubung pipa
(connectors), serta kebocoran dari peralatan proses produksi dan komponen-
komponennya.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009
Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Minyak Dan Gas Bumi, Emisi Fugitive adalah semua bentuk emisi yang tidak dilepas
melalui system pembuangan emisi khusus seperti cerobong, ventilasi, atau sistem yang
setara lainnya.
1) Kegiatan Energi
Emisi Fugitive juga merupakan emisi GRK yang secara tidak sengaja terlepas
pada kegiatan produksi dan penyediaan energi, misalnya operasi flaring dan venting di
lapangan migas, kebocorankebocoran gas yang terjadi pada sambungansambungan atau
katup-katup (valves) pada pipa salur gas bumi dan gas CH4 yang terlepas dari lapisan
batubara pada kegiatan penambangan batubara.
2) Kegiatan Batubara
Di dalam formasi batubara terdapat gas metana (CH4) dan karbon
dioksida (CO2) yang terperangkap di dalam lapisan batubara (seam gas). Pada
saat batubara ditambang, gas-gas tersebut terlepas dan keluar dari lapisan
batubara menuju atmosfir.
Gas-gas yang terlepas pada kegiatan pada penambangan batubara
dikategorikan sebagai emisi fugitive. Selain emisi fugitive dari terlepasnya
seam gas, penambangan batubara juga melepaskan GRK fugitive dari lepasnya
gas-gas dari bongkahan batubara pada kegiatan pengangkutan dan oksidasi
batubara pada saat penanganan batubara yang telah ditambang.
Tabel 2
a) Emisi saat penambangan (Mining emissions) yaitu emisi yang berasal dari stored gas
yang terbebas saat proses penambangan batubara.
b) Emisi setelah penambangan (Post-mining emissions) yaitu emisi yang berasal pada
saat penanganan, pemrosesan, dan transportasi batubara.
c) Emisi oksidasi temperatur rendah (Low temperature oxidation) yaitu emisi yang timbul
akibat teroksidasinya batubara dengan oksigen dalam udara, membentuk CO2. Namun
laju pembentukan CO2 pada proses ini sangat kecil.
d) Emisi dari kebakaran tak terkendali (Uncontrolled combustion) terjadi akibat proses
low temperature oxidation yang terjebak, sehingga menghasilkan panas dan
meningkatkan temperatur sehingga terjadi kebakaran batubara.
3) Kegiatan Migas
Pada sistem produksi migas, emisi GRK yang dikategorikan sebagai
fugitive adalah semua emisi GRK yang terlepas pada sistem produksi migas, di
luar emisi yang berasal dari pembakaran bahan bakar pada kegiatan tersebut.
Rangkaian kegiatan penyediaan migas mulai titik produksi (sumur di lapangan
migas), pengolahan (kilang) hingga dan pengangkutan migas ke konsumen
akhir. Sumber-sumber utama emisi fugitive dari kegiatan migas adalah venting,
suar bakar (flaring), kebocoran peralatan, dan penguapan yang terjadi pada
tangki penyimpanan.
Dimana :
n = jumlah mol air dalam produk
h = entalpi penguapan air pada 25°C
HHV = higher heating value, atau nilai kalori kotor
LHV = lower heating value atau nilai kalori bersih
IV. Konversi
Properti bahan bakar campuran sangat bervariasi khususnya untuk bahan bakar
non komersial. Bagian ini sedikit mengulas tentang estimasi bahan bakar campuran dari
data masing-masing komponen dan bagaimana mengkonversi komposisi bahan bakar
dari berat ke molar dsb.
Bila jenis komponen individu diketahui dalam campuran, maka MW Mixture dapat
dihitung sebagai bobot rata-rata BM individu sebagai berikut :
Secara garis besar, terdapat beberapa pilihan untuk menghitung beban emisi yang
dipilih berdasarkan ketersediaan data input sebagai berikut:
a. Faktor emisi yang dipublikasikan (published);
b. Faktor emisi peralatan dari manufacture;
c. Perhitungan teknis;
d. Simulasi proses atau pemodelan komputer;
e. Pemantauan terhadap berbagai kondisi dan faktor emisi yang
f. mempengaruhinya;
g. Pemantauan emisi atau parameter yang diperlukan untuk menghitung
h. emisi secara periodik atau terus menerus.
Dalam perhitungan beban emisi, tingkat akurasi hasil perhitungan ditentukan oleh
keakurasian data input. Oleh karenanya, untuk memudahkan perkiraan tingkat akurasi
hasil perhitungan beban emisi, digunakan konsep Tier. Semakin tinggi tingkat Tier
akan semakin tinggi akurasinya. Sebagai contoh, Tier 1 akan lebih rendah tingkat
akurasinya dibanding Tier 2 dan juga Tier 3
a. Parameter Emisi
Parameter beban emisi yang dihitung dari sumber fugitive adalah parameter gas
rumah kaca dan parameter lainnya sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1
E = Qp x EF
Dimana:
E = Beban emisi pencemar (kg/tahun).
Qp = Laju produksi.
EF = Faktor emisi.
Apabila %CH4 aktual tidak sesuai dengan %CH4 pada Tabel 3, maka
dihitung sebagai berikut:
E CH4 = Qp x EF(untuk %CH4 sebagaimana Table 3) x %CH4aktual/%CH4Tabel 3
Keterangan :
E CH4 = beban emisi methane - CH4 (ton).
E NMHC = beban emisi non methane Volatile Organic Compound –
nmVOC (ton).
% CH4 = % mole CH4 dalam emisi fugitive.
Tabel 3. Faktor Emisi CH4 untuk Sumber Fugitive – Level Fasilitas (API Compendium
2009)
2) Tier 2
Perhitungan beban emisi dari sumber fugitive untuk Tier 2 adalah
dengan menggunakan faktor emisi tingkat peralatan (equipment) yang
didasarkan pada peralatan yang terdapat pada suatu fasilitas pengolahan
minyak dan gas.
3) Tier 3
Perhitungan beban emisi dari sumber fugitive untuk Tier 3 adalah
dengan menggunakan faktor emisi tingkat komponen yang didasarkan
pada komponen yang terdapat pada suatu fasilitas pengolahan minyak
dan gas.
4) Tier 4
Perhitungan beban emisi berdasarkan pemakaian bahan bakar dari
neraca massa dan/atau metering (pengukuran) pada level peralatan
dan menggunakan faktor emisi baku equipment-based yang
dipublikasikan dari berbagai referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Suryani. 2013. Jurnal: Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca Tahun 2012‐2030. Jakarta:
Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Minyak
Dan Gas Bumi.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penghtiungan Beban Emisi Kegiatan Industri Minyak dan Gas Bumi.