Beberapa tanah yang khas memperlihatkan lapisan khusus seiring bertambahnya kedalaman. Lapisan
ini bernama horizon. Horizon terbentuk akibat dari interaksi kompleks yag terjadi selama pelapukan. Air
hujan yang diserap tanah membawa zat padat yang melebur dan koloidal ke horizon yang lebih rendah di
mana akan terjadi endapan. Proses biologis mengubah komposisi mineral. Lapisan teratas tanah, beberapa
inci ketebalannya, disebut A horizon atau subsoil (humus). Lapisa inilah terjadi aktivitas biologis maksimum
dan berisi bahan organik tanah terbanyak. Lapisan selanjutnya adalah B horizon, atau subsoil (lapisan tanah
sebelah bawah). Lapisan ini menerima bahan seperti bahan organik , garam, dan partikel tanah liat yang
larut dari topsoil. Lapisan C horizon terdiri dari komposisi tanah yang aslinya.
Tanah memiliki banyak variasi karakteristik yang digunakan untuk berbagai keperluan, seperti
produksi panen, konstruksi jalan, dan pembersihan sampah. Struktur komposisi tanah aslinya memegang
peran penting dalam menentukan komposisi tanah.
Satu hal yang penting pada pembentukan tanah adalah tipe podzol yang terbentuk di bawah suhu
kondisi relative musim penghujan. Pada umumnya hal tersebut yang membuat tanah menjadi asam (pH 3.5–
4.5). Dari sudut pandang teknik, terutama, komposisi mekanis dari tanah ditekankan. Komposisi ini, yang
mungkin punya peran penting terhadap implikasi lingkungan, ditentukan oleh ukuran partikel. Menurut
United Classification System (UCS), 4 kategori tanah berdasarkan besar partikel adalah kerikil (2-60mm) >
lumpur (0.06-0.006 mm) > tanah liat/lempung (kurang dari 0.002 mm).
Air dapat terabsorbsi pada permukaan tanah.Air memiliki hubungan yang kuat dengan tanah.
Hubungan yang paling kuat disebabkan oleh tingginya volume permukaan atas partikel koloid air. Pada
tanah yang tergenang mengalami perubahan secara fisik, kimia, dan biologis. Oksigen dalam tanah
digunakan oleh mikroorganisme yang dapat mendegradasi zat zat pada tanah organic. Efek yang lain yaitu
efek kimia ditandai dengan pengurangan pE dalam tanah. Maka dari itu, kelebihan air juga tidak baik bagi
pertumbuhan tumbuhan. Salah satu yang paling signifikan adalah perubahan mobilisasi besi dan mangan
menjadi besi dan mangan terlarut, seperti dapat dilihat:
Beberapa logam terlarut seperti Fe2+ dan Mn2+ dapat menjadi racun bagi tumbuhan. Proses oksidasi
diatas dapat membentuk Fe2O3 yang dapat menyumbat pori pori tanah.
Tanah memiliki komposisi yang berbeda beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor, salah
satunya adalah adanya pembusukan bahan organic. Pembusukan bahan organic dapat meningkatkan
keseimbangan CO2 terlarut. CO2 berperan dalam menurukan pH dan berkontribusi untuk pelapukan mineral
karbonat.
Penyerapan nutrisi pada akar biasanya menggunakan interaksi kompleks antara air dan fase anorganik.
Bahan Organik
Bahan organik dalam tanah terdapat kurang dari 5% dari keseluruhan tanah yang subur. Walaupun
begitu, bahan organiklah yang dapat menentukan kesuburan pada tanah. Bahan tersebut berguna sebagai
sumber dari makanan untuk mikroorganisme (dengan berlangsungnya pertukaran ion) dan mempengaruhi
sifat fisik pada tanah.
Sebagian penyusun dari bahan organik juga berperan dalam pelapukkan bahan mineral, dimana
proses tersebut menyebabkan terbentuknya tanah.
Berikut ini adalah penyusun bahan organik dalam tanah di Tabel 18.1
Peningkatan pada bahan organik di tanah sangat dipengaruhi oleh temperatur/suhu dan ketersediaan
oksigen. Saat tingkat biodegradasi menurun dengan penurunan suhu, bahan organik tidak mengalami
penurunan yang cepat dalam iklim dingin dan cenderung terbentuk dalam tanah. Tumbuh-tumbuhan yang
telah layu tidak punya akses untuk menimbun oksigen dan bahan organik. Kandungan organik dapat
mencapai 90% di daerah di mana tanaman tumbuh dan membusuk di tanah penuh dengan air.
18.2.3 Humus
Komponen organik yang tercantum pada tabel 18.1, humus tanah adalah komponen yang paling
penting. Humus, terdiri dari fraksi dasar terlarut yang disebut humat dan asam fulfat (dijelaskan pada bab
11.9) dan fraksi tidak terlarut yang disebut humin, yang merupakan residu yang tersisa ketika bakteri dan
jamur menguraikan bahan tanaman. Sebagian besar biomassa tanaman terdiri dari selulosa yang relatif
terurai dan tahan degradasi lignin, yang merupakan zat polimer dengan kandungan karbon lebih tinggi dari
selulosa. Antara komponen kimia lainnya, lignin adalah cincin aromatik yang terhubung oleh rantai alkil,
komponen methoxyl dan hidroksil. Struktur artefak terjadi di dalam humus tanah dan memberikan banyak
sifat karakteristik.
Proses dimana humus terbentuk disebut humifikasi. Humus tanah mirip dengan prekursor lignin,
tetapi memiliki kelompok asam carboxylic yang lebih banyak. Bagian dari setiap molekul zat humat adalah
non polar dan hidrophobic, bagian yang lain adalah polar dan hidrofilik. Beberapa molekul disebut
amphiphiles dan terbentuk dari misel (lihat bagian 5.4 dan gambar 5.4), bagian non polar membentuk bagian
dalam dari partikel koloid kecil dan fungsi kelompok polar bekerja diluar. Substansi humat amphiphilic
mungkin juga membentuk permukaan bilayer yang melapisi butiran mineral pada tanah.
Peningkatan rasio nitrogen dan karbon merupakan hal yang signifikan dari transformasi dari
biomassa tanaman menjadi humus melalui proses humifikasi. Rasio dimulai pada sekitar 1/100 dalam
biomassa tanaman segar. Saat humifikasi, mikroorganisme mengubah karbon organik menjadi CO2 untuk
memperoleh energi. Secara bersamaan, aksi bakteri menggabungkan nitorgen terikat dengan senyawa yang
dihasilkan oleh proses pembusukan. Hasilnya adalah rasio nitrogen – karbon sekitar 1/10 setelah selesainya
humifikasi. Menurut aturan umum, humus relatif kaya akan nitrogen organik terikat.
Zat humat mempengaruhi sifat-sifat tanah untuk mengeluarkan kadarnya menjadi bagian yang lebih
kecil dalam tanah. Mereka sangat mengikat logam, dan berfungsi untuk menahan micronutrien ion logam
dalam tanah. Karena karakter asam-basa mereka, zat humat berfungsi sebagai buffer dalam tanah. Kapasitas
menahan air pada tanah meningkat secara signifikan oleh zat humat. Material ini juga menstabilkan agregat
pada partikel tanah dan meningkatkan penyerapan komponen organik pada tanah.
Zat humat pada tanah sangat menyerap banyak zat terlarut dalam air dan memilki afinitas tertentu
untuk kation polyvalent berat. Substansi humat tanah mengandung uranium lebih dari 104 kali dari di dalam
air dimana telah berada dalam kesetimbangan. Dengan demikian, air akan kehabisan kation saat melewati
tanah yang kaya humus. Zat humat pada tanah juga memiliki afinitas yang kuat untuk senyawa organik
dengan kelarutan air rendah seperti DDT atau Atrazine, herbisida yang secara luas digunakan untuk
membunuh gulma di ladang jagung.
Dalam beberapa kasus, ada hubungan yang kuat antara kadar organik dan anorganik dalam tanah.
Hal ini terutama berlaku dari kompleks yang kuat terbentuk antara lempung dan senyawa asam humat. Pada
kebanyakan tanah, 50-100% karbon tanah kompleks dengan tanah liat. Campuran ini berperan dalam
menentukan fisik sifat tanah, kesuburan tanah, dan stabilitas bahan organik tanah. Salah satu mekanisme
kimia yang mengikat partikel koloid tanah liat dengan partikel organik humat mungkin dari jenis flokulasi
(lihat bab 5) dimana molekul anion organik dengan kelompok fungsional asam karboksilat berfungsi sebagai
jembatan pada kombinasi dengan kation untuk mengikat partikel koloid lempung sebagai flok. Hipotesis ini
mampu bekerja pada kation NH4+, Al3+, Ca2+, and Fe3+ untuk menstimulasikan formasi lempung –
organik. Secara sintesis, reaksi kimia, dan biodegradasi bahan humat dipengaruhi oleh interaksi dengan
lempung. Semakin rendah berat molekul asam fulvat dapat mengikat tanah liat, menempati spasi di lapisan
tanah liat.