Anda di halaman 1dari 37

Analisa kasus

Serangan Asma Akut

Oleh:
Anggita Sifli Pakas
1310070100 039
Pembimbing :
dr. Gustin Sukmarini, Sp.A (K)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ANAK RSUD SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2018
Identitas Pasien

Nama : An. S
Umur : 7 tahun 8 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : M.panas
MR : 15 60 75
Tanggal masuk : 15-09-2018/ pukul 21.00 WIB

2
ANAMNESA
Dilakukan secara alloanamnesa kepada ibu pasien pada tanggal 15 September 2018 di IGD RSUD
SOLOK.

ANAMNESA IGD ANALISA KASUS


Keluhan Utama : • Seorang pasien anak umur 7 tahun 8 bulan datang
Sesak nafas sejak ±1 jam SMRS diantar orang tuanya ke IGD RSUD Solok dengan keluhan
sesak nafas yang memberat sejak ± 1 jam SMRS

Diagnosa sementara:
- Pneumothoraks
- Serangan asma akut

Tindakan awal:
Berikan O2 2-4 liter/menit
Pasang Saturasi O2

SpO2 : 89%
ANAMNESA IGD ANALISA KASUS

Riwayat Penyakit Sekarang


• Awalnya sesak nafas dirasakan sejak ±1 minggu SMRS.
• Sesak nafas yang memberat sejak ±2 jam SMRS Sesak nafas yang memberat sejak ±1 jam SMRS. . Sesak
nafas berbunyi dan menciut. Sesak nafas muncul ketika
pasien bermain sepeda di lapangan dekat rumah. Sesak
• Batuk berdahak sejak ± 3 hari SMRS dipengaruhi oleh cuaca dingin, makanan seperti seafood
dan aktivitas seperti bermain sepeda. Pasien lebih nyaman
duduk bertopang tangan. Ketika ditanya pasien hanya
menjawab dengan 1 kata. Dalam satu bulan terakhir, ibu
pasien mengaku anaknya mengalami serangan
sebanyak 2 kali. Jarak antar serangan yang pertama
dengan yang kedua selama 1 minggu. Sesak tidak
berkurang dengan pemberian nebu dirumah sebanyak 1 kali
oleh ibunya .

• Batuk berdahak sejak ±3 hari SMRS. Batuk berdahak


dengan sekret kental bewarna kuning kehijauan. Terkadang
batuk sulit dikeluarkan. Batuk darah (-). Batuk makin menjadi
pada malam hari dan membuat pasien sulit tidur.
NAMNESA IGD ANALISA KASUS
Demam (-) • Tidak ada keluhan demam dari pasien

(-) • Riwayat trauma dada pada pasien tidak ada

• Pilek sejak ±1 minggu SMRS. Pilek dirasakan setiap pagi dan


makin menjadi bila terpapar dengan debu.
(-)

• BAK jumlah dan warna urine biasa


(-)

• BAB warna dan konsistensi feses biasa

4
ANAMNESA IGD ANALISA KASUS
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma (+) • Riwayat penyakit yang sama (+). Pasien dirawat dengan
keluhan yang sama 3 bulan yang lalu di bangsal anak RS
daerah bekasi selama 5 hari.

• Riwayat rhintis alergi (+)

• Ibu kandung dan saudara kandung pasien memiliki


Riwayat Penyakit Keluarga riwayat asma dan rhinitis alergi.
Riwayat asma (+)

• Hepatitis B : 0,2, 3, 4 bulan (+)


• Polio : 1, 2, 3, 4 bulan (+)
(-) • BCG : 1 kali antara lahir – 2 bulan (+)
• DPT : 2,3,4 bulan (+)
• Campak : 9 bulan (+)

Kesan : imunisasi dasar lengkap


5
ANAMNESA IGD ANALISA KASUS
Riwayat Pengobatan • Pasien pernah melakukan pengobatan dengan penyakit
(-) yang sama 3 bulan yang lalu dan mendapat obat
salbutamol 3x2 mg. Jika mengalami serangan, ibu
pasien melakukan nebu terhadap pasien dengan
memberinya combivent.

Riwayat Psikososial dan Kebiasaan • Seorang pasien perempuan berusia 7 tahun 8 bulan
(-) memiliki 2 orang saudara, pasien tinggal bersama orang
tuanya. Ibu pasien mengaku jarang membersihkan
karpet yang ada dirumah. Ibu pasien juga menyebutkan
daftar makanan yang sering dimakan anaknya dalam 1
bulan terakhir, yaitu:
udang, telur ayam.

6
PEMERIKSAAN FISIK ANALISA KASUS
Status Generalis Pemeriksaan fisik kurang lengkap:
•Keadaan umum : Tampak sakit sedang STATUS GENERALISATA
•Kesadaran : Composmentis Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang, gelisah
Kesadaran : Composmentis
•Suhu : 36,3 °C
Nadi : 100x/menit, reguler, kuat angkat,
•Berat Badan : 16 Kg
pengisian cukup
•Tinggi Badan : 129 cm Nafas : 35 x/menit, irama tidak teratur, nafas
cuping hidung (-)
• Nadi : 96x/menit Suhu : 36,3 °C
•Nafas : 30x/menit Tekanan darah : 90/60 mmHg
SpO2 : 94%

Status gizi : Baik


• BB : 25 Kg
• TB : 115 cm
•IMT : 18,93 kg/m2 (normoweight)

Menurut kurva CDC :


BB/U: 100 % (gizi cukup)
TB/U: 102% (tinggi baik)
BB/TB: 100% (gizi cukup)

Kesan: gizi cukup menurut BB/TB 7


PEMERIKSAAN FISIK ANALISA KASUS
Status Lokalis Kulit : sianosis (-), ikterik (-)
Mata : konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-) Kepala : bentuk bulat, ukuran normochepal,
Mulut : Mukosa bibir kering (+) rambut tidak mudah dicabut
Thoraks : Mata : Mata tidak Cekung (-), Konjungtiva anemis (-/-
cor : irama teratur,Bising (-) ), Sklera ikterik (-/-) ODS :refleks cahaya +/+
pulmo : rh (-/-), wh (+/+) Mulut : mukosa bibir kering (-), bibir pucat (-)
Abdomen lidah tidak kotor, sianosis (-)
Supel, NT (-), BU(+) Normal Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar
Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik tiroid tidak membesar, deviasi trachea (-)
tidak ada peningkatan JVP
KGB : tidak terdapat pembesaran KGB pada
leher axilla dan inguinal

8
PEMERIKSAAN FISIK ANALISA KASUS
Thorax :
I : Luka pada dinding dada (-), Sucking chest
wound (-)
Pulmo:
I :Retraksi intercostalis (+/+), gerakan dinding dada
yang tertinggal (-/-), paru simetris kiri dan kanan
dalam keadaan statis dan dinamis
P : Fremitus tactil sama kiri dan kanan
P :Sonor kiri dan kanan
Batas Paru Hepar ICS VI dextra anterior
Batas Paru Lambung ICS VII garis midaxillaris
anterior sinistra
A: Wh +/+ , ekspirasi memanjang, Rh -/-

Jantung :
I : Ictus Cordis tidak tampak
P :Ictus Cordis teraba 2 jari kearah medial LMCS RIC
V
P:
- Batas kiri : RIC V sejajar linea midclavicula
sinistra 2 jari kearah medial
-Batas kanan : RIC IV linea sternalis dexstra
-Batas atas : RIC II linea parasternalis sinistra
PEMERIKSAAN FISIK ANALISA KASUS
Abdomen :
I : perut tidak membuncit dan tidak
mencekung, sikatrik (-), ascites (-),
venektasi (-)
A : Bising usus (+) Normal
P : -Hepar dan Lien tidak teraba, Nyeri tekan(-
), nyeri lepas (-) turgor kulit normal
- Ginjal : Bimannual (-), ballottement (-),
nyeri ketok CVA (-)
P : timpani (+)

Extremitas Superior
Inspeksi : Akral Hangat (+/+), edema (-/-)
sianosis (-/-)
Palpasi : CRT <2 detik

Extremitas Inferior:
Inspeksi : Akral Hangat (+/+), edema (-/-),
sianosis (-/-)
Palpasi : CRT <2 detik 10
PEMERIKSAAN PENUNJANG ANALISA KASUS
IGD
Darah Rutin: 1. Pemeriksaan Penunjang:
Hb : 13,6 dr/dl - Darah rutin
Leukosit : 9.610 /mm3 ( Hb, leukosit, hitung jenis leukosit)

Hitung jenis leukosit:


• Basofil = 0,04/ul
•Eosinofil = 9,9 /ul 2. Pemeriksaan anjuran :
•Neutrofil batang= 5,02/ul - Uji fungsi paru (spirometri/PFM)
•Neutrofil segmen= 75,6/ul - Rontgen thoraks
•Limfosit = 13,2/ul
•Monosit= 5,7/ul

•Kesan: Eosinofilia

11
IGD ANALISA KASUS

Diagnosa

• Asma bronkial dalam serangan • Asma persisten ringan dalam


serangan berat
• Rhinitis alergi

12
TERAPI ANALISA KASUS
IGD
O2 liter/menit Berikan O2 2-4 liter/menit

Nebu combivent 3x Nebulisasi ventolin 2 kali selama 40 menit pertama, jika sesak tidak berkurang , nebu ketiga
dilanjutkan dengan pemberian combivent. Maksimal nebu diberikan sebanyak 3 kali di IGD. Jadi
total pemberian nebu selama 60 menit.
TERAPI ANALISA KASUS
Terapi FARMAKOLOGI:

Rumus Holiday:
IVFD D5% 12
• 10 kgbb pertama : 100 cc/kgbb/hari
tts/menit • 10 kgbb kedua : 50 cc/kgbb/hari
• Selebihnya : 20 cc/kgbb/hari

Anak dengan BB 16 kg, kebutuhan cairannya :


• 10x100 + 6x50 = 1300
Jumlah tetesan per menit = jumlah kebutuhan cairan x 20 tetes
waktu ( jam ) x 60 menit
(1300 cc x 20 tetes) : (24 jam x 60 menit ) = 18 tpm
Menurut penulis terapi cairan yang tepat diberikan adalah
IVFD D5 % 18 tetes/menit

13
TERAPI ANALISA KASUS

Drip aminophylin 96
Menurut penulis, diberikan aminofilin dengan dosis insial 6-8mg/KgBB/hari dilarutkan dalam larutan
mg dlm 20 cc D5% dextrose atau garam fisiologis sebanyak 20 ml, diberikan dalam 20-30 menit.
Dosis insial= 6 mg x 16 kg= 96 mg.
habis 30 menit,
Maka diberikan drip Aminophylin 96 mg dalam 20 ml larutan D5% selama 30 menit. Selanjutnya,
selanjutnya 96 mg
drip aminophylin 96 mg dalam 380 ml larutan D5% selama 4 jam.
dalam 400 cc D5% Kemudian berikan drip aminofilin dosis rumatan 0,5-1 mg/KgBB/jam.
Dosis rumatan= 0,5 mg x 16 kg= 8 mg x 24 jam= 192 mg/hari.

14
TERAPI ANALISA KASUS
Dexamethason 8 mg
Dexamethason diberikan dengan dosis 0,5-1 mg/KgBB/hari tiap 6-8 jam
(IV) BB= 16 Kg. Maka dosisnya= 0,5 mgx16 kg= 8 mg/hari .
Maka, menurut penulis dosis dexamethason yang diberikan 4x2 mg (IV).
3x2,5 mg

- Menurut penulis, diberikan obat batuk Bromhexin 3x4 mg (pulv)

15
TERAPI ANALISA KASUS
Menurut penulis, diberikan antihistamin oral ketika kondisi pasien sudah stabil. Maka penulis
- memberikan cetirizine tablet dengan dosis 1x10 mg.
Dosis cetirizine :
Usia 6 bulan- 2 tahun= 2,5 mg
Usia 2- 5 tahun = 2,5-5 mg
Usia >5 th= 5-10 mg

16
TERAPI ANALISA KASUS
Terapi Non Farmakologi:
-
1. Bed rest
2. Hindari faktor pencetus
3. Edukasi tentang cara penggunaan obat asma dirumah

16
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa kasus, penulis berpendapat bahwa diagnosa Asma bronkial dalam
serangan di IGD kurang tepat. Diagnosa menurut penulis yaitu Asma persisten ringan
dalam serangan berat + rhinitis alergi . Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa yaitu
sesak nafas berbunyi dan menciut yang makin memberat sejak ±1 jam SMRS. Riwayat
asma (+) pada pasien. Dari pemeriksaan fisik paru ditemukan pada inspeksi adanya
retraksi intercostalis, kemudian dari pemeriksaan auskultasi ditemukan wheezing di kedua
lapangan paru, dan ekspirasi memanjang.

17
Tatalaksana diberikan O2 2 liter/menit, kemudian tatalaksana
farmakologi diberikan nebulisasi combivent/4 jam selanjutnya jika
sesak berkurang combivent/6 jam. Injeksi dexamethason 8 mg, drip
aminophylin 96 mg dalam 20 ml larutan D5% selama 30 menit
pertama dilanjutkan drip aminophylin 96 mg dalam 380 ml larutan
D5 % selama 4 jam. Kemudian diberikan drip aminophylin 192
mg/hari (dosis rumatan). Untuk mengatasi batuknya berikan
Bromhexin 3x4 mg (pulv). Kemudian diberikan cetirizine 1x10 mg
untuk mengatasi rhinitis alerginya. Tatalaksana non farmakologi
adalah istirahat dan memberikan edukasi kepada pasien tentang
menghindari faktor pencetus terjadinya asma dan cara
penggunaan obat asma di rumah.
18
ANATOMI PARU
PATOFISIOLOGI ASMA
ETIOLOGI

1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara
dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi.

3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non-alergik.
Klasifikasi Asma

Berdasarkan
serangan

Berdasarkan Berdasarkan
kendali kekerapan
Berdasarkan derajat serangan asma
Asma serangan Serangan asma dengan
Asma serangan berat
ringan-sedang ancaman henti napas

• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata • Mengantuk


• Lebih senang duduk daripada • Duduk bertopang lengan • Letargi
berbaring • Gelisah • Suara napas tak terdengar
• Tidak gelisah • Frekuensi napas meningkat
• Frekuensi napas meningkat • Frekuensi nadi meningkat
• Frekuensi nadi meningkat • Retraksi jelas
• Retraksi minimal • SpO2 (udara kamar) < 90%
• SpO2 (udara kamar): 90 – 95% • PEF < 50% prediksi atau terbaik
• PEF > 50% prediksi atau terbaik
Berdasarkan derajat kekerapan
Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma

Intermiten <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥6 minggu

Persisten
>1x/bulan, <1x/minggu
ringan

Persisten sedang >1x/minggu, namun tidak setiap hari

Persisten
Gejala asma terjadi hampir tiap hari
berat
Berdasarkan derajat kendali
Penilaian klinis dalam 6-8 minggu
Manifestasi Klinis Terkendali dengan/ tanpa Terkendali sebagian ( TidakTerkendali
obat pengendali ( bila minimal satu kriteria
semua kriteria terpenuhi) terpenuhi )

Gejala siang hari > 2 kali / minggu Tiga atau lebih kriteria
terkendali sebagian

Aktivitas terbatas Tidakada Ada

Gejala malam hari Tidakada Ada

Pemakaian Pereda > 2 kali / minggu


KRITERIA DIAGNOSIS ASMA
Gejala Karakteristik
Wheezing , batuk , sesak  Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
napas, dada tertekan, produksi  Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu
sputum  Gejala memberat pada malam atau dini hari
 Gejala timbul bila ada pencetus

Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi


Gambaran obstruksi saluran FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
respiratori FEV1 / FVC ≤ 90%
Uji reversibilitas (pasca-
bronkodilator) Peningkatan FEV1 >12%
Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13%
Uji provokasi Penurunan FEV1 >20%, atau PEFR >15%
2.The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Tatalaksana serangan asma di fasyankes (1)
Tatalaksana serangan asma di fasyankes & RS/UGD (1)
Tatalaksana serangan asma di fasyankes & RS/UGD (2)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai