Anda di halaman 1dari 53

PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN
dan SEJARAH KARANTINA

dr. HANNIE MASYITA


KANTOR KESEHATAN PELABUHAN PADANG
Peraturan Per-UU-an
Kekarantinaan
• UU No. 6 Th 2018 ttg Kekarantinaan Kesehatan
• UU No. 4 Th 1984 ttg Wabah Peny. Menular
• UU No. 16 Th 1992 ttg Karantina Hewan, Ikan,& Tumb
• UU No. 17 Th 2008 ttg Pelayaran
• UU No. 1 Th 2009 ttg Penerbangan
• UU No. 36 Th 2009 ttg Kesehatan
• UU No. 6 Th 2011 ttg Keimigrasian
• Permenkes No. 356 Th 2008 ttg Organisasi & Tata Kerja KKP
• Permenkes No 2348 Th 2011 ttg Perubahan atas Permenkes
No. 356 Th 2008 ttg Organisasi & Tata Kerja KKP
• IHR 2005
Permenkes No. 356/2008 (1)

KKP mempunyai tugas melaksanakan


pencegahan masuk & keluarnya peny, peny
potensial wabah, surv epid, kekarantinaan,
pengendalian dampak kesling, pelayanan kes,
pengawasan OMKABA, serta pengamanan thdp
peny baru & peny yg muncul kembali,
bioterorisme, unsur biologi, kimia, & pengamanan
radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara
Permenkes No. 356/2008 (2)
KKP menyelenggarakan fungsi :
a. pelaksanaan kekarantinaan
b. pelaksanaan pelayanan kes
c. pelaksanaan PRL
d. pelaksanaan pengamatan peny, peny potensial wabah,
peny baru, & peny yg muncul kembali
e. pelaksanaan pengamanan radiasi pengion & non
pengion, biologi, & kimia
f. pelaksanaan sentra/simpul jejaring SE sesuai peny yg
berkaitan dgn lalin nasional, regional, & internasional
g. pelaksanaan fasilitasi & advokasi kesiapsiagaan &
penanggulangan KLB & bencana bid kes, serta kes
matra, tmsk penyelenggaraan kes haji & perpindahan
penduduk
Permenkes No. 356/2008 (3)
h. pelaksanaan, fasilitasi, & advokasi kes kerja
i. pelaksanaan pemberian sertifikat OMKABA ekspor &
mengawasi persyaratan dok kes OMKABA impor
j. pelaksanaan pengawasan kes alat angkut &
muatannya
k. pelaksanaan pemberian pelayanan kes
l. pelaksanaan jejaring informasi & teknologi bid kes
m. pelaksanaan jejaring kerja & kemitraan bid kes
n. pelaksanaan kajian kekarantinaan, PRL, & surv kes
pelabuhan
o. pelaksanaan pelatihan teknis bid kes pelabuhan,
bandara, & lintas batas darat negara
p. pelaksanaan ketatausahaan & kerumahtanggaan KKP
Permenkes No. 356/2008 (4)

1) KKP diklasifikasi ke dalam 3 kelas, yaitu :


a) KKP Kelas I.
b) KKP Kelas II.
c) KKP Kelas III.
2) Klasifikasi KKP sebagaimana dimaksud ayat 1
didasarkan pada beban kerja dibandara, pelabuhan dan
lintas batas darat negara. (Pasal 4).
KKP Kelas I, terdiri dari :

a. Bagian Tata Usaha;


Subbagian Program dan Laporan;
Subbagian Keuangan dan Umum.
b. Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi;
Seksi Pengendalian Karantina;
Seksi Surveilans Epidemiologi
c. Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan;
Seksi Pengendalian Vektor & Binatang Penular Penyakit;
Seksi Sanitasi dan Dampak Risiko Lingkungan.
d. Bidang Upaya Kesehatan dan LintasWilayah;
Seksi Pencegahan dan Pelayanan Kesehatan;
Seksi Kesehatan Matra dan Lintas Wilayah.
e. Instalasi;
f. Wilayah Kerja;
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
KKP Kelas II terdiri dari:
a. Subbagian Tata Usaha;
b. Seksi Pengendalian Karantina & Surveilans Epidemiologi;
c. Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan;
d. Seksi Upaya Kesehatan dan LintasWilayah;
e. Instalasi;
f. Wilayah Kerja;
g. Kelompok Jabatan Fungsional.

KKP Kelas III terdiri dari:


a. Subbagian Tata Usaha;
b. Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi;
c. Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan & Kesehatan Lintas Wilayah;
d. Instalasi;
e. Wilayah Kerja;
f. Kelompok Jabatan Fungsional
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2348/MENKES/PER/XI/2011
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

KKP Kelas IV terdiri atas:


a. Urusan Tata Usaha
b. Petugas Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi;
c. Petugas Pengendalian Risiko Lingkungan & Kesehatan Lintas Wilayah;
d. Instalasi;
e. Wilayah Kerja
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
UNDANG-UNDANGNO 6 TAHUN2018
TENTANG
KEKARANTINAAN KESEHATAN
MATERI MUATAN UU:
1. Tanggung Jawab Pemerintah Pusat
Dan Pemerintah Daerah
2. Hak Dan Kewajiban
3. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
14 BAB
4. Kekarantinaan Kesehatan di Pintu
Masuk dan di Wilayah
5. Penyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan Pintu Masuk
6. Penyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan Di Wilayah
7. Dokumen Karantina Kesehatan
98
PASAL 8. Sumber Daya Kekarantinaan
Kesehatan
9. Informasi Kekarantinaan Kesehatan
10. Pembinaan Dan Pengawasan
11. Penyidikan
12. Ketentuan Pidana
KETENTUAN UMUM
Kekarantinaan Kesehatan adalah upaya mencegah dan menangkal keluar atau
masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang
berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat adalah kejadian kesehatan masyarakat yang
bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau
kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran biologi,
kontaminasi kimia, bioterorisme, dan pangan yang menimbulkan bahaya
kesehatan dan berpotensi menyebar lintas wilayah atau lintas negara.
Karantina adalah pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan seseorang yang terpapar
penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan meskipun belum menunjukkan gejala apapun atau sedang
berada dalam masa inkubasi, dan/atau pemisahan peti kemas, Alat Angkut,
atau Barang apapun yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau
Barang yang mengandung penyebab penyakit atau sumber bahan
kontaminasi lain untuk mencegah kemungkinan penyebaran ke orang
dan/atau Barang di sekitarnya.
TUJUANPENYELENGGARAAN
KEKARANTINAAN KESEHATAN
1 2
Melindungi masyarakatdari Mencegah dan menangkal
penyakit dan/atau faktor penyakit dan/atau faktor
risiko kesehatan masyarakat risiko kesehatan masyarakat
yang berpotensi yang berpotensi
menimbulkan Kedaruratan menimbulkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat

3 4
Memberikan perlindungan
Meningkatkan ketahanan
dan kepastian hukum bagi
nasional di bidang
masyarakat dan petugas
kesehatan masyarakat
kesehatan
TANGGUNGJAWABPEMERINTAH
• menyelenggarakan Kekarantinaan
Kesehatan di Pintu Masuk dan di
wilayah secara terpadu.
• Dalam penyelenggaraannya dapat
melibatkan Pemerintah Daerah.
PEMERINTAH PUSAT

1. Melindungi kesehatan masyarakat dari


penyakit dan/atau Faktor Risiko
Kesehatan Masyarakat yang berpotensi
menimbulkan KKM melalui
penyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan
PEMERINTAH PEMERINTAH
PUSAT DAERAH 2. Ketersediaan sumber daya yang
diperlukan dalam penyelenggaraan
Kekarantinaan Kesehatan
HAK DANKEWAJIBAN
1. Memperoleh perlakuan yang sama dalam
penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan.
2. Mendapatkan pelayanan kesehatan dasar
HAK sesuai kebutuhan medis, kebutuhan pangan,
dan kebutuhan kehidupan sehari-hari
lainnya selama Karantina.

1. Mematuhi penyelenggaraan Kekarantinaan


Kesehatan.
KEWAJIBAN
2. Ikut serta dalam
penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan.
KEDARURATANKESEHATANMASYARAKAT

1. Pemerintah Pusat menetapkan dan mencabut:


a. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
b. Penetapan Pintu Masuk dan/atau wilayah di dalam negeri yang
Terjangkit Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
2. Sebelum menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, Pemerintah
Pusat terlebih dahulu menetapkan jenis penyakit dan faktor risiko yang
dapat menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.
3. Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan pada Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat secara cepat dan tepat,
berdasarkan besarnya ancaman, efektivitas, dukungan sumber daya, dan
teknik operasional dengan mempertimbangkan kedaulatan negara,
keamanan, ekonomi, sosial, dan budaya.
4. Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan pada Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat dapat berkoordinasi dan bekerja sama dengan dunia
internasional.
KEDARURATANKESEHATANMASYARAKAT

Pemerintah Pusat:
1. memberitahukan kepada pihak
internasional sesuai dengan
Dalam hal ketentuan hukum internasional.
Kedaruratan 2. melakukan komunikasi, koordinasi,
Kesehatan dan kerja sama dengan negara lain
Masyarakat dan/atau organisasi internasional,
merupakan untuk mengidentifikasi penyebab,
kejadian yang gejala dan tanda, faktor yang
mempengaruhi, dan dampak yang
meresahkan ditimbulkan, serta tindakan yang
dunia harus dilakukan.
3. dapat menetapkan Karantina
Wilayah di Pintu Masuk.
KEKARANTINAANKESEHATANDI PINTU MASUKDAN
DI WILAYAH
1. Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk dan di wilayah
dilakukan melalui :
Kekarantinaan Kesehatan di a. kegiatan pengamatan penyakit dan faktor risiko kesehatan
Pintu Masuk dan di Wilayah masyarakat terhadap alat angkut, orang, barang, dan/atau
lingkungan
b. respons terhadap Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dalam
Kekarantinaan Kesehatan di bentuk tindakan KekarantinaanKesehatan.
Pintu Masuk diselenggarakan di 2. Tindakan Kekarantinaan Kesehatan:
Pelabuhan, Bandar Udara, dan a. Karantina, Isolasi, pemberian vaksinasi atau profilaksis,
PosLintas Batas DaratNegara. rujukan, disinfeksi, dan/atau dekontaminasi terhadap orang
sesuai indikasi;
b. Pembatasan Sosial Berskala Besar;
Kekarantinaan Kesehatan di c. Disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi, dan/atau deratisasi
wilayah diselenggarakan di terhadap Alat Angkut dan Barang;dan/atau
d. Penyehatan, pengamanan, dan pengendalian terhadap media
tempat atau lokasi yang diduga lingkungan
terjangkit penyakit menular
3. Tindakan Kekarantinaan Kesehatan ditetapkan dan dilaksanakan
dan/atau terpapar faktor risiko
oleh pejabat karantina kesehatan.
kesehatan masyarakat yang
dapat menimbulkan KKM. 4. Tindakan Kekarantinaan Kesehatan tertentu (antara lain fumigasi
kapal atau pesawat, hapus serangga kapal atau pesawat di luar
(karantina wilayah dapat berupa situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat) dapat dilakukan oleh
rumah, area, dan rumah sakit) badan usaha atau instansi yang ditetapkan oleh Menteri.
PENYELENGGARAANKEKARANTINAAN
KESEHATAN DI PINTUMASUK

3. Pengawasan
Kekarantinaan Kesehatan di
PosLintas BatasDarat
Negara
2. Pengawasan (pada saat kedatangan dan
keberangkatan kendaraandarat) 4. Pengawasan
KekarantinaanKesehatan
di Bandar Udara Kekarantinaan Kesehatan
(pada saat kedatangan dan terhadap Awak, Personel,
keberangkatan pesawat udara) dan Penumpang Alat angkut

1. Pengawasan Penyelenggaraan 5. Pengawasan


KekarantinaanKesehatan Kekarantinaan Kekarantinaan Kesehatan
di Pelabuhan Laut Kesehatan di
terhadap Barang di Alat
(pada saat kedatangandan Pintu Masuk
Angkut
keberangkatan kapal)

Dilakukan oleh Pejabat Karantina Kesehatan


SANKSIADMINISTRATIF

1. Nakhoda Kapal yang tidak memberikan


Deklarasi Kesehatan Maritim pada saat
kedatangan kapal atau tidak memberitahukan
status karantina dikenai sanksi administratif
2. Kapten Penerbang yang tidak memberikan berupa:
dokumen Deklarasi pada saat kedatangan a. peringatan;
pesawat udara atau tidak melaporkan b. denda administratif;
mengenai keadaan status karantina dan/atau
3. Setiap pengemudi atau penanggung jawab c. pencabutan izin.
kendaraan darat yang tidak melengkapi
Dokumen Karantina Kesehatan sehingga tidak
diberikan persetujuan KarantinaKesehatan

Nakhodakapal dan kapten penerbang yang


tidak melengkapi Dokumen Karantina dikenai
Kesehatan sehingga dikeluarkan persetujuan denda administratif
karantina terbatas
PENYELENGGARAANKEKARANTINAANKESEHATAN DIWILAYAH

Karantina Rumah adalah pembatasan penghuni dalam suatu


rumah beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau
terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan
penyebaran penyakit atau kontaminasi.

Karantina Rumah Sakit adalah pembatasan seseorang dalam


rumah sakit yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau
terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan
penyebaran penyakit atau kontaminasi.
KARANTINA
WILAYAH Karantina Wilayah adalah pembatasan penduduk dalam suatu
wilayah termasuk wilayah Pintu Masuk beserta isinya yang diduga
terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa Untuk karantina
untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau wilayah dan
kontaminasi. pembatasan
Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah pembatasan kegiatan sosial berskala
tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi besar ditetapkan
penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk oleh MENTERI
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.
(Contoh: peliburan sekolah dan kerja, pembatasan kegiatan
keagamaan)

• Kebutuhan hidup dasar bagi orang dan makanan hewan ternak yang berada dalam Karantina
Rumah dan karantina wilayah menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat
• Dalam tindakan Karantina Rumah Sakit, kebutuhan hidup dasar seluruh orang yang berada di
rumah sakit menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.
UU no 17 th 2008
Pelayaran

Kegiatan Pemerintahan di Pelabuhan


Pasal 80
(1) Kegiatan pemerintahan di pelabuhan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 meliputi:
...... e. Kekarantinaan
...(5) Fungsi kepabeanan, keimigrasian, dan
kekarantinaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ...... huruf e dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
UU No. 1 Th 2009
Penerbangan
Pasal 226 :
(1) Kegiatan Pemerintahan di Bandar Udara
meliputi
...d. Kekarantinaan
(3) Fungsi Kepabeanan, keimigrasian dan
kekarantinaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dg ketentuan per
UU yg berlaku
UU No. 6 Th 2011
Keimigrasian

Pasal 13
Pejabat Imigrasi menolak orang asing
masuk Wilayah Indonesia dalam hal orang
asing tersebut:
..... c. menderita penyakit menular yang
membahayakan kesehatan umum;
International Health
Regulation

Peraturan Kesehatan
Internasional yang
disetujui oleh 194 negara
anggota WHO dalam
sidang WHA (World
Health Assembly) ke -58
 Bertujuan mencegah, melindungi dan
mengendalikan penyebaran penyakit
lintas negara dengan melakukan
tindakan sesuai dengan risiko
kesehatan yang dihadapi tanpa
menimbulkan gangguan yang berarti
bagi lalu lintas dan perdagangan
internasional

 Penyakit yang dimaksud: penyakit


menular yang sudah ada, baru dan
yang muncul kembali serta penyakit
tidak menular (contoh: bahan radio-
nuklir dan bahan kimia) yang dapat
menyebabkan (PHEIC)
IHR 2005

9 Bagian
66 pasal
9 lampiran
BAGIAN I : Definisi, maksud, dan ruang lingkup, prinsip-
prinsip dan pihak yang bertanggung jawab
BAGIAN II : Informasi dan respon kesehatan masyarakat
BAGIAN III : Rekomendasi
BAGIAN IV : Pintu masuk
BAGIAN V : Tindakan penyehatan masyarakat
BAGIAN VI : Dokumen Kesehatan
BAGIAN VII : Pembiayaan
BAGIAN VIII: Ketentuan umum
BAGIAN IX : Daftar nama ahli IHR, komite kedaruratan dan
komite penelaah
BAGIAN X : Ketentuan akhir
LAMPIRAN
1. Kapasitas Inti
 Di bidang surveilans dan respons yang harus dipenuhi
 Bagi bandara, pelabuhan, dan perlintasan darat yang
telah ditetapkan
2. Algoritma utk kejadian yg mungkin merupakan PHEIC
3. Model SSCEC/SSCC
4. Persyaratan teknis alat angkut dan operator alat angkut
5. Tindakan khusus terhadap vektor penular penyakit
6. Sertifikat vaksinasi, profilaksis dan sertifikat lainnya
7. Ketentuan vaksinasi / profilaksis bagi peny khusus
8. MDH
9. Health Part of Aircraft General Declaration
KAPASITAS INTI YANG DISYARATKAN IHR 2005 (Annex 1b)
Kapasitas Inti untuk Bandara, Pelabuhan Laut dan Pos Lintas Batas
a. Setiap Saat/Kondisi Rutin

b
Sarana transportasi
untuk merujuk

a
b c
Fasilitas perawatan, Petugas terlatih untuk
petugas, peralatan & pemeriksaan alat angkut
ruangan memadai

d
e
Lingkungan aman, mencakup air
Tenaga terlatih, program minum,tempat makan, katering, toilet,
pengendalian vektor dan reservoir tempat pembuangan sampah cair/padat
KAPASITAS INTI YANG DISYARATKAN IHR 2005 (Annex 1b)
Kapasitas Inti untuk Bandara, Pelabuhan Laut dan Pos Lintas Batas
b. Kemampuan merespons PHEIC

Melaksanakan tanggap
darurat kesehatan,
a termasuk penunjukan
koordinator dan pejabat
berwenang b
c
Melakukan diagnosis
dan perawatan bagi Menyediakan ruang
pelaku perjalanan atau terpisah untuk wawancara
g hewan yang terjangkit orang yang terjangkit

Menyediakan
kendaraan khusus
dan petugas terlatih, d
APD dalam merujuk
pelaku perjalanan Menyediakan sarana
f diagnosis, dan tindakan
karantina bila perlu

e
Melakukan tindakan hapus serangga,
Pengawasan masuk tikus, hama, dekontaminasi/penanganan
dan keluarnya bagasi, kargo, peti kemas, alat angkut,
pelaku perjalanan barang, paket pos
PERUBAHAN DALAM IHR 2005

 Memberitahu WHO semua PHEIC


 National IHR Focal Points beserta
pejabat yg berwenang
 Definisi core capacities/kemampuan
utama pada berbagai tingkatan
administrasi (+KKP,Pos lintas batas)
untuk mendeteksi, melapor dan
menanggulangi risiko thdp kesehatan
atau munculnya PHEIC
 Rekomendasi tindakan oleh WHO
 Pertimbangan eksternal : Emergency
Committee, IHR Review Committee
Instrumen Menentukan PHEIC
Terdeteksi oleh Sistem Surveilans dan Pelaporan Lain

Potensi Cholera; Pneumonic plague; Yellow


Smallpox, Polio
fever; Viral haemorrhagic fevers (Ebola;
(VPL), Influenza PHEIC Lassa; Marburg); West Nile fever; dan
( baru) dan lain Prioritas nasional (dengue fever)
SARS

Dampak kesehatan masyarakat serius ?

KLB (unusual/unexpected event)

Berisiko penyebaran internasional ?

Pembatasan perjalanan dan perdagangan internasional ?

Informasi WHO (IHR)


CONTOH PENERAPAN INSTRUMEN KEPUTUSAN DALAM PENILAIAN DAN
PEMBERITAHUAN MENGENAI KEJADIAN YANG DAPAT MERUPAKAN PHEIC
Contoh yang terdapat dalam lampiran ini tidak terikat dan hanya sebagai
petunjuk dengan maksud untuk membantu dalam menafsirkan kriteria
instrumen keputusan tersebut
APAKAH KEJADIAN INI MEMENUHI MINIMAL 2 DARI KRITERIA BERIKUT INI ?
I. Apakah dampak Kesehatan masyarakat dari kejadian ini serius?
1. Apakah jumlah kasus dan/atau jumlah kematian dari jenis kejadian ini cukup besar berdasarkan tempat,
waktu atau populasi ?

2. Sudahkah kejadian ini berpotensi menimbulkan dampak besar terhadap kesehatan masyarakat ?
Apakah dampak Kesehatan masyarakat dari kejadian ini serius?

BERIKUT INI ADALAH CONTOH KONDISI YANG MEMPERBESAR DAMPAK KESEHATAN MASYARAKAT
:
 Kejadian yang disebabkan oleh kuman patogen yang sangat berpotensi menyebabkan wabah
(kemampuan menular dari bibit penyakit, menyebabkan banyaknya kasus kematian,banyaknya cara
penularan atau adanya karier yang sehat);
 Indikasi kegagalan pengobatan (resistensi antibiotik, kegagalan vaksin, kegagalan atau resistensi
antidote)
 Kejadian yang mempunyai risiko bermakna bagi kesehatan masyarakat, meskipun tidak ada atau sangat
sedikit kasus yang telah diketahui.
 Adanya kasus diantara petugas kesehatan yang dilaporkan;
 Penduduk yang berisiko adalah yang rentan (para pengungsi, cakupan imunisasi yang rendah, anak -
anak, orang tua, imunitas rendah, kurang gizi, dll.).
 Faktor yang bersamaan yang dapat menghalangi atau menunda respons kesehatan masyarakat
(bencana alam, konflik bersenjata, kondisi cuaca buruk, fokus berganda di Negara anggota).
 Kejadian disuatu wilayah dengan penduduk yang padat;
 Penyebaran bahan beracun, infeksius atau berbahaya yang dapat menimbulkan atau mencemari atau
berpotensi mencemari penduduk dan/atau suatu wilayah geografis yang luas.

3. Apakah bantuan luar negri diperlukan untuk mendeteksi, investigasi, respons dan mengendalikan kejadian
yang sedang berlangsung, atau mencegah timbulnya kasus baru ?

BERIKUT INI ADALAH CONTOH BILA BANTUAN DIPERLUKAN:

 Kurangnya sumberdaya manusia, dana, bahan dan kemampuan teknis, khususnya:


- kurangnya kapasitas laboratorium atau kemampuan epidemiologi untuk menyelidiki kejadian (
sumberdaya peralatan, personel, keuangan)
- kurangnya antidotes, obat dan/atau vaksin dan/atau alat pelindung, alat dekontaminasi, atau alat
penunjang untuk mencakup perkiraan kebutuhan;
- sistem surveilans yang ada belum dapat mendeteksi kasus baru tepat waktu.

APAKAH DAMPAK KEJADIAN INI BAGI KESEHATAN MASYARAKAT SERIUS ?

Jawab “ya” bila anda memiliki jawaban “ya” pada pertanyaan nomor 1, 2 atau 3 diatas.
II. Apakah kejadian ini luarbiasa atau tak terduga ?
Apakah kejadian ini luarbiasa atau tak terduga ?

4. Apakah kejadian ini luar biasa ?

BERIKUT INI ADALAH CONTOH DARI KEJADIAN LUAR BIASA:

 Kejadian yang disebabkan oleh penyebab atau sumber yang tidak diketahui, media, cara penularan
yang tidak biasa atau tidak diketahui.
 Perkembangan kasus lebih berat dari pada yang diperkirakan (termasuk kasus kesakitan dan yang
fatal) atau dengan gejala yang tidak biasa.
 Merupakan kejadian luar biasa untuk daerah tsb, musim atau populasinya;

5. Apakah kejadian ini diluar perkiraan dari perspektif kesehatan masyarakat ?

BERIKUT INI ADALAH CONTOH KEJADIAN YANG TIDAK TERDUGA:


 Kejadian yang disebabkan oleh suatu penyakit/penyebab yang telah lenyap atau terbasmi dari Negara
Peserta atau yang sebelumnya tidak dilaporkan

APAKAH KEJADIAN INI LUAR BIASA ATAU TIDAK TERDUGA ?

Jawab “ya” bila anda memiliki jawaban “ya” pada pertanyaan nomor 4 atau 5 diatas.
III. Adakah risiko yang bermakna dari penyebaran internasional ?
6. Adakah bukti epidemiologi yang berkaitan dengan kejadian serupa di Negara anggota lain
?
Adakah risiko yang bermakna dari penyebaran

7. Adakah faktor yang harus di waspadai yang berpotensi dalam pergerakan lintas batas dari
penyebab (agent), kendaraan atau host ?

BERIKUT INI ADALAH CONTOH YANG DAPAT MEMPENGARUHI PENYEBARAN INTERNASIONAL:


 Dimana ada bukti penyebaran lokal, kasus pertama (atau kasus terkait lainnya) dengan riwayat dalam
bulan yang lalu melakukan:
internasional ?

- perjalanan internasional ( yang waktunya sama dengan masa inkubasi, bila penyakitnya diketahui)
- ikutserta dalam pertemuan internasional (haji, olahraga, konperensi, dll.)
- kontak erat dengan seorang pelaku perjalanan internasional atau penduduk dengan mobilitas
tinggi
 Kejadian yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan yang berpotensi menyebar melintasi batas
internasional.
 Kejadian dalam suatu wilayah dengan lalu-lintas internasional yang ramai, dengan kapasitas terbatas
bagi pengendalian sanitasi, atau deteksi lingkungan atau dekontaminasi.

ADAKAH RISIKO YANG BERMAKNA BAGI PENYEBARAN INTERNASIONAL ?


Jawab “ya” bila anda memiliki jawaban “ya” pada pertanyaan nomor 6 atau 7
diatas.
IV. Adakah risikonya bermakna dalam pembatasan perjalanan dan perdagangan internasional ?

internasional ?
dakah risiko dari pembatasan 8. Apakah kejadian yang serupa dalam waktu yang lalu menyebabkan pembatasan pada perdagangan
dan/atau perjalanan internasional ?
9. Apakah sumber yang dicurigai atau diketahui adalah produk makanan, air atau barang-barang lainnya
yang terkontaminasi yang telah di ekspor/impor ke/dari Negara anggota lain ?

10. Apakah kejadian ini telah terjadi dalam hubungan dengan suatu pertemuan internasional atau dalam
suatu wilayah yang banyak wisatawan internasional ?
11. Apakah kejadian ini menyebabkan permintaan informasi lebih banyak dari pejabat asing atau media
internasional ?
ADAKAH RISIKO YANG BERMAKNA DALAM PEMBATASAN PERJALANAN DAN PERDAGANGAN
INTERNASIONAL ?
Jawab “ya” bila anda memiliki jawabn “ya” pada pertanyaan nomor 8, 9, 10, atau 11 diatas.

Negara anggota yang menjawab “ya” pada pertanyaan apakah


kejadiannya memenuhi 2 dari 4 kriteria (I-IV) diatas, harus
memberitahu WHO berdasarkan Pasal-6 dari Peraturan Kesehatan
Internasional.
PENETAPAN PHEIC

1. Direktur Jenderal WHO harus menetapkan


berdasarkan informasi yang diterima,
khususnya dari Negara Peserta yang di
dalam wilayahnya kejadian itu
berlangsung, bahwa kejadian itu
merupakan suatu PHEIC menurut kriteria
dan prosedur yang ditetapkan dalam
Peraturan ini.
PENETAPAN PHEIC

2. Bila Direktur Jenderal WHO mempertimbangkan,


berdasarkan suatu penilaian menurut Peraturan
ini, bahwa suatu PHEIC sedang berlangsung,
Direktur Jenderal harus berkonsultasi dengan
Negara Peserta yang di dalam wilayahnya
kejadian tersebut muncul, tentang penetapan
awal itu. Bila Direktur Jenderal dan Negara
Peserta sepakat mengenai penetapan itu, maka
berdasarkan prosedur yang ditetapkan dalam
Pasal 49, Direktur Jenderal harus meminta
pendapat dari Komite yang dibentuk menurut
Pasal 48 (selanjutnya disebut “Komite
Kedaruratan”) mengenai rekomendasi sementara
yang tepat.
PENETAPAN PHEIC

3. Jika, setelah konsultasi sesuai ayat 2 di


atas, Direktur Jenderal WHO dan Negara
Peserta yang di dalam wilayahnya kejadian
itu berlangsung, tidak mencapai konsensus
dalam waktu 48 jam mengenai apakah
kejadian tersebut merupakan PHEIC, maka
harus diambil keputusan berdasarkan
prosedur yang ditetapkan dalam Pasal 49.
PENETAPAN PHEIC

4. Dalam menetapkan bahwa suatu kejadian merupakan


PHEIC, Direktur Jenderal WHO harus
mempertimbangkan:
(a) informasi yang diberikan oleh Negara Peserta;
(b) bagan keputusan sebagaimana tercantum dl Lamp 2
(c) saran dari Komite Kedaruratan;
(d) prinsip ilmiah dan bukti ilmiah yang ada, serta
informasi relevan lainnya;
(e) penilaian risiko terhadap kesehatan manusia, risiko
penyebaran penyakit secara internasional, dan risiko
gangguan terhadap lalu lintas internasional.
PENETAPAN PHEIC

5. Bila Direktur Jenderal, setelah


berkonsultasi dengan Negara Peserta
yang di dalam wilayahnya telah terjadi
PHEIC, mempertimbangkan bahwa PHEIC
telah berakhir, Direktur Jenderal harus
mengambil keputusan menurut prosedur
yang ditetapkan dalam Pasal 49.
PENETAPAN
PENETAPAN PHEIC
PHEIC
 Oleh Direktur Jenderal WHO
 Rekomendasi sementara : Pendapat Emergency
Comittee

 Pertimbangan keputusan
a.Informasi dr Negara pelapor
b.Algoritme 2
c.Saran Emergency Comittee
d.Bukti ilmiah
e.Penilaian risiko
P
E
S
A
W
A
T
P
E
S
A
W
A
T
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai