Anda di halaman 1dari 18

PENGOLAHAN LIMBAH

CAIR RUMAH SAKIT B3


KELOMPOK 7
NAMA ANGGOTA :
1. Nifria Nanda P 1400023119
2. Panilamita Wijayanti 1400023121
3. Andina Kurnia 1400023122
4. Rizqi Adi S 1400023123
5. Rabiatun Adawiah 1400023124
6. Dewi Karlina 1400023126
7. Evi Wulandari 1400023127
8. Firma Khumaira 1400023128
9. Rizhafa Dean N 1400023129
10. Ririn Lestari 1400023130
• Limbah merupakan sisa suatu usaha/kegiatan.
• Limbah B3 adalah sisa suatu usaha/kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia, serta makhluk hidup lain.
Sebagaimana diperkirakan WHO (1999), bahwa sekitar 10%-25%
limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit merupakan limbah yang telah
terkontaminasi oleh infectious agent dan potensial mambahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan.
Kejadian infeksi nosokomial, juga sering terjadi di Rumah
Sakit. Sebagai contoh, keberadaan alat suntik jika pengelolaan
pembuangannya tidak benar, berpotensi besar dapat menularkan
penyakit kepada pasien lain, pengunjung rumah sakit dan puskesmas,
petugas kesehatan, maupun masyarakat umum.
Hal tersebut juga diungkapkan Selamet (2000), bahwa dalam
melakukan fungsinya, rumah sakit menghasilkan berbagai buangan dan
sebagian daripadanya merupakan limbah berbahaya dan beracun,
diantaranya adalah :
• Limbah infeksius, yang terdiri atas exkreta, spesimen laboratorium
bekas balutan, jaringan busuk dan lain-lain. Limbah tajam, yang terdiri
atas pecahan peralatan gelas seperti thermometer, jarum bekas dan
alat suntik, limbah plastik, bekas kemasan obat dan barang, cairan
infus, spuit sekali pakai/disposable perlak.
• Limbah jaringan tubuh, seperti sisa amputasi, plasenta yang tidak etis
dibuang sembarang.
• Limbah sitotoxik, yakni sisa obat pembunuh sel yang digunakan untuk
mengobati penyakit kanker.
• Limbah kimia dari laboratorium, rumah obat. Limbah radioaktif,
limbah cucian pakaian, limbah dapur dan limbah cair domestik.
Jika mengacu Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair rumah
sakit, tercantum kewajiban pengelola dan penanggung jawab sarana
pelayanan kesehatan untuk mengelola dan memantau limbah cair
yang dihasilkan, baik pada komponen fisika, kimia, mikrobiologi dan
radioaktif, atau parameter yang spesifik lainnya.
Demikian pula limbah dari kegiatan radiologi, kedokteran
nuklir, pengobatan cancer dan limbah laboratorium yang
sebagian merupakan limbah dengan kandungan B3.
Dengan kata lain limbah cair B3 dapat memberikan
dampak pada kesehatan akibat kontak dengan B3 atau terpapar
oleh pencemar melalui berbagai cara maka dampak kesehatan
yang timbul bervariasi dari ringan, sedang sampai berat bahkan
sampai menimbulkan kematian, tergantung dari dosis dan waktu
perjalanan.
Penyakit yang ditimbulkan
jenis penyakit yang ditimbulkan, pada umumnya
merupakan penyakit non infeksi antara lain : keracunan,
kerusakan organ, kanker, hypertensi, asma brochioli, pengaruh
pada janin yang dapat mengakibatkan lahir cacat (cacat
bawaan), kemunduran mental, gangguan pertumbuhan baik fisik
maupun psikis, gangguan kecerdasan dan lain-lain.
Karakteristik Limbah Cair
Rumah Sakit
Dikarenakan sifatnya yang merupakan campuran
beragam material organik, maka berikut adalah karakteristik
limbah cairnya (berdasarkan pengalaman) :
1. TSS cukup tinggi > 100 ppm
2. BOD dan COD tinggi > 1000-2000
3. pH terkandung asam <7
4. Mengandung bakteri patogen
Pengelolaan Limbah Cair di
Rumah Sakit
Secara prinsip manajemen pengelolaan limbah medis
rumah sakit dimulai dengan suatu perencanaan (Planning),
pelaksanaan (Implementing), pengawasan (Controling) dan
evaluasi (Evaluation). Pengelolaan limbah yang sesuai standar
baku mutu lingkungan perlu di informasikan kepada masyarakat
agar tidak menimbulkan persepsi yang negatif yang pada
akhirnya akan merugikan rumah sakit itu sendiri.
Tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum
melakukan pengelolaan limbah cair adalah tindakan
pencegahan. Tindakan tersebut dilakukan dalam bentuk
pengurangan volume atau bahaya dari limbah yang dikeluarkan
ke lingkungan.
Tindakan itu dikenal dengan istilah minimasi limbah yang
meliputi beberapa tindakan dengan urutan prioritas sebagai
berikut :
• Reduksi pada sumbernya (reduce),
• pemanfaatan limbah yang terdiri dari kegiatan penggunaan
kembali (reuse),
• daur ulang (recycling)
• pemulihan kembali (recovery)
Keuntungan yang diperoleh dari upaya minimisasi limbah adalah
sebagai berikut:
• penggunaan sumberdaya alam lebih efisien
• efisiensi produksi meningkat
• mencegah atau mengurangi terbentuknya limbah dan bahan
pencemar pada umumnya
• mencegah pindahnya pencemar antar media
• mengurangi terjadinya resiko kesehatan manusia dan lingkungan
• mendorong dikembangkan dan dilaksanakannya teknologi bersih
dan produk akrab lingkungan.
• Mengurangi biaya pentaatan hukum, terhindar dari biaya
pembersihan lingkungan, meningkatakan daya saing di pasar
internasional, pendekatan pengaturan bersifat fleksibel dan
sukarela.
Tujuan utama dari pengelolaan limbah cair rumah sakit
untuk mendegadrasikan pencemarannya, sehingga kualitas
efluen yang dihasilkan memenuhi syarat-syarat tertentu.
Pengelolaan limbah cair merupakan upaya untuk mengurangi
volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah keluar dari
proses produksi (end of pipe) melalui proses fisik, kimia dan
biologi.
Teknik Pengolahan Limbah
Cair Rumah Sakit
1. Teknik Pengolahan secara Fisika
Yakni dengan memisahkan material-material pengotor
yang kasat mata serta berukuran cukup besar dengan
menggunakan penyaringan atau perlakuan fisik.
Contoh System :
- Grid & Grease Trap System
- Sand Filter
- Sedimentasi
- Filterisasi
2. Teknik Pengolahan Secara Biologi
Proses pengolahan secara biologi meniru proses
pengolahan yang terjadi di alam yaitu dengan menggunakan
bakteri mikrobiologi untuk memecahkan zat-zat pengotor yang
nantinya akan berpengaruh terhadap penurunan nilai COD dan
BOD. System yang biasa digunakan di lingkungan Rumah Sakit
contohnya dengan Aeration System
3. Teknik Pengolahan Secara Kimia
Teknik ini adalah dengan menambahkan bahan kimia
pada air limbah. Agar didapatkan nilai yang memenuhi standar,
pengolahan secara kimia dalam sistem IPAL Rumah Sakit
sebenarnya dimaksudkan untuk mengurangi nilai COD dan BOD.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai