Anda di halaman 1dari 23

CASE REPORT

PSORIASIS VULGARIS
PEMBIMBING:
DR. ROMPU ROGER ARUAN, SP.KK

OLEH: AMANDA PUTRI


(1102014017)
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. H
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 45 tahun
• Agama : Protestan
• Alamat : Cilincing
• Tanggal pemeriksaan : 23 April 2019
ANAMNESIS
Sejak satu tahun yang lalu
Menurut penuturan pasien,
pasien merasakan gatal
gatal sering muncul kalau
hampir diseluruh badan.
berkeringat dan timbul
Selain gatal, terdapat
jika pasien sedang banyak
kemerahan dibeberapa
pikiran.
bagian tubuh dan terasa
perih

Pasien memiliki riwayat


Diabetes Mellitus.
THT: Normotia, sekret -/-
Mata: SkIera Ikterik -/-,
Conjungtiva Anemis -/-,

Mulut: Sianosis (-) Pucat (-) mukosa


bibir tampak lembab, Leher: Pembesaran
KGB (-), Deviasi
trakea (-)
Paru
I: Gerakan dinding dada simetris Abdomen
kanan dan kiri , \ I: simetris, datar, jejas (-),
P: dalam batas normal A: BU (+)
P: dalam batas normal P: Supel, NT (-),
A: Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing
P: dalam batas normal
-/-

Jantung
I: dalam batas normal
P: dalam batas normal
P: Badalam batas normal
A: s1 s2 reguler, murmur (-) gallop (-)

Keadaan umum: Sakit ringan


Ekstremitas
Kesadaran: Compos Mentis Akral hangat di seluruh
ekstremitas, edema (-)
Nadi: 80x/menit ,

Rr: 22x/menit

Suhu: 36,50 C
PEMERIKSAAN DERMATOLOGIS
Efloresensi primer: pada regio kedua ekstremitas atas dan bawah,
belakang telinga, abdomen dan punggung bawah terdapat plak
ertiema, multiple dengan ukuran plakat.

Efloresensi sekunder: terdaapt skuama kasar berwarna putih dengan


likenifikasi (+)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan


1 Asam urat 5.0 3.4-7.0
2 Glukosa 2 jam PP POCT 371
3 Glukosa puasa 320
4 Kolesterol HDL 41.0
5 Kolesterol LDL 167
6 Kolesterol total 239
7 Trigliserida 156
Diagnosis
- Diagnosis kerja : Psoriasis Vulgaris

Tatalaksana
- Medikamentosa:
- Cetirizine 10mg 2x1

Prognosis
- Ad Vitam : ad bonam
- Ad Sanationam : ad bonam
- Ad Fungsionam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

• Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit kulit inflamasi kronis residif yang dicirikan oleh
lesi berupa plak eritema yang ditutupi oleh skuama tebal, kasar, kering berwarna putih
keperakan pada area predileksi seperti ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit
kepala, lumbosakral bagian bawah, bokong dan genitalia.
• Psoriasis dikenal sebagai penyakit autoimun paling prevalen yang disebabkan oleh aktivasi
berlebihan dari sistem imunitas seluler.
EPIDEMIOLOGI

• Psoriasis menyerang sekitar 2% - 3% populasi dunia, dimana laki-laki dan


perempuan memiliki kemungkinan terkena yang sama besar.
• Insiden penyakit ini diperkirakan 60 kasus baru per 100.000 penduduk per
tahun. Hal ini dipengaruhi oleh lokasi geografis, ras dan faktor lingkungan
lain.
PATOFISIOLOGI

• Psoriasis vulgaris ditandai oleh hiperproliferasi dan gangguan diferensiasi keratinosit epidermal,
hiperaktivasi sel inflamasi seperti sel T, sel dendritik, atau neutrofil, dan peningkatan angiogenesis
di dermis.
• Terdapat beberapa jenis sel yang terlibat pada patogenesis terjadinya psoriasis antara lain sel
penyaji antigen (antigen-presenting cell/APC) termasuk sel limfosit T, sel keratinosit, sel langerhans
(Langerhans cell/LC) dan makrofag. Sistem imunitas seluler alami dan didapat terutama aktivasi
sel T memainkan peran utama pada terjadinya psoriasis.
• Pada individu dengan predisposisi genetik, rangsangan eksternal seperti trauma (dikenal sebagai
fenomena Koebner), infeksi, stres, obat-obatan, dan alkohol dapat memicu episode awal psoriasis.
• Keratinosit kemudian melepaskan sitokin (IL-1 dan TNF-α) serta protein syok termis. Senyawa
ini mengaktivasi sel dendritik (sel langerhans dan sel dendritik residen) pada epidermis dan
dermis. Antigen agen infeksius yang berikatan dengan toll-like receptor pada DC (dendritic
cell) dan keratinosit juga dapat mengaktivasi sel-sel tersebut, yang kemudian melepaskan
berbagai mediator inflamasi.
ETIOLOGI

• Faktor lingkungan memegang peranan penting pada terjadinya psoriasis. Pencetus dari
lingkungan antara lain infeksi (streptokokus, stapilokokus dan human immunodeficiency virus),
stress, obat-obatan (litium, beta blockers, anti malaria, obat antiinflamasi non steroid,
tetrasiklin, angiotensin converting enzyme inhibitors, calcium channel blockers, kalium iodida),
trauma fisik, paparan sinar ultraviolet, faktor metabolik (pubertas, kehamilan), merokok, dan
konsumsi alkohol yang berlebihan.
GAMBARAN KLINIS

• Lesi klasik psoriasis berbentuk plak eritematosa berbatas tegas, meninggi, dengan permukaan
yang dilapisi skuama keperakan.
• Ukuran lesi dapat bervariasi mulai dari papul pinpoint hingga plak multipel yang menutupi
sebagian besar tubuh. Dibawah skuama kulit pasien tampak berwarna kemerahan mengkilat yang
homogen dan ketika skuama diangkat akan tampak titik perdarahan yang muncul karena trauma
pada kapiler yang dilatasi disebut tanda Auspitz.
• Fenomena Koebner (dikenal pula dengan sebutan respons isomorfik) adalah induksi psoriasis
secara traumatik pada kulit non-lesional. Fenomena ini sering muncul pada periode eksaserbasi
dan selalu mengenai lokasi trauma atau tidak sama sekali (all-or-none phenomenon).
• Reaksi Koebner biasanya muncul 7-14 hari setelah trauma dan sekitar 25%
pasien pasti pernah mengalami reaksi ini, yang meningkat menjadi 76% jika
ada faktor pemicu tambahan seperti stres emosional, infeksi, dan reaksi
akibat obat.
• Fenomena Koebner tidak spesifik untuk psoriasis, namun dapat menjadi
petunjuk yang berguna dalam mendiagnosis psoriasis
HISTOPATOLOGI
DIAGNOSIS
• Anamnesis pada penderita psoriasis vulgaris biasanya memperoleh adanya keluhan gatal
dan bercak merah berisisik pada lokasi predileksi.
• Psoriasis vulgaris atau psoriasis dengan lesi plak kronis merupakan presentasi klasik dan yang
paling sering dijumpai pada psoriasis. Lesi klasik psoriasis berupa plak eritema berbatas
tegas dan ditutupi skuama berwarna putih.
• Lesi klasik psoriasis berupa plak eritema berbatas tegas dan ditutupi skuama berwarna putih.
Skuama pada lesi tampak berwarna putih menyerupai lilin ketika dikerok (fenomena
Kaarsvlek atau tetesan lilin).
• Ketika pengerokan dilanjutkan maka akan dijumpai bintik-bintik perdarahan berukuran kecil
(pin point bleeding) yang disebut sebagai tanda Auspitz. Kulit sehat yang sebelumnya
digaruk oleh penderita dapat berkembang menjadi lesi dalam jangka waktu kurang lebih
dua minggu (fenomena koebner atau isomorfik).
• Fenomena Kaarsvlek dan tanda Auspitz merupakan ciri khas lesi psoriasis vulgaris yang
sangat mudah diperiksa secara klinis
TATALAKSANA

• Terapi pada psoriasis vulgaris diberikan berdasarkan pada luas area tubuh
yang terkena.
• Bila area permukaan tubuh yang terkena kurang dari 10% (ringan), pilihan
pengobatannya adalah pengobatan topikal dan dapat dikombinasi dengan
fototerapi.
• Bila area yang terlibat antara 10-30 % (sedang) dapat diberikan terapi
kombinasi antara terapi topikal, fototerapi dan pusat perawatan harian.
• Sementara itu untuk kategori berat dengan keterlibatan lesi lebih dari 30%
area permukaan tubuh diperlukan pengobatan sistemik yang dikombinasi
dengan pusat perawatan harian, fototerapi dan terapi topikal.
TATALAKSANA

• Terapi topikal terdiri dari emolien, glukokortikoid, analog vitamin D, asam salisilat,
dithranol, tazaroten dan tar.
• Fototerapi terdiri dari narrow-band ultraviolet B (NB-UVB), broad-band ultraviolet B
(BB-UVB), psoralen yang dikombinasikan dengan sinar ultraviolet A (PUVA), laser
excimer dan klimatografi.
• Terapi sistemik terdiri dari metotreksat, asitretin, agen biologis (alefacept,
etanercept, adalimumab, infliximab, ustekinumab), siklosporin A, hidroksiurea, 6-
tioguanin, celcept dan sulfasalazin

Anda mungkin juga menyukai