Anda di halaman 1dari 62

BAGIIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD PARIAMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS

CASE REPORT SESSION

DISTOSIA
DISUSUN OLEH : NUGRA DAARY R G(1840312246)
M GAMAL EDDIN (0910313198)
PRESEPTOR : DR. MUTIARA ISLAM , SP.OG(K)
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Partus yang tidak normal karena mengalami


hambatan yang disebabkan oleh 3P
Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor,
dapat terjadi gangguan pada jalannya persalinan
yang disebut distosia.
Distosia merupakan indikasi terbanyak untuk
seksio sesarea pada primigravida sebesar 66,7%.
Data dari Reproductive Health Library
menyatakan terdapat 180 sampai 200 juta
kehamilan setiap tahun. Dari angka tersebut
terjadi 585.000 kematian maternal akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan. Sebab
kematian tersebut adalah perdarahan 24,8%,
infeksi dan sepsis 14,9%, hipertensi dan
preeklampsi/eklampsi 12,9%, distosia 6,9%,
abortus 12,9%, dan sebab langsung yang lain
7,9%.4
BATASAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
METODE PENULISAN
BAB 2
DISTOSIA
Definisi

Partus yang tidak normal karena mengalami


hambatan yang disebabkan oleh 3P
3P
Kelainan POWER : kontraksi uterus dan
kemampuan ibu mengejan
Kelainan PASSANGER : keadaan janin
Kelainan PASSAGE : keadaan panggul/organ
sekitar jalan lahir
POWER
Kelainan His  pada Kala I dan II
Keadaan di mana ibu dengan jalan lahir dan janin yang
normal, his yang ada tidak dapat mengakibatkan
pendataran servix, pembukaan ostium uteri maupun
penurunan terendah janin
Kelainan tenaga mengejan  pada Kala II
Jenis Kelainan His

 Inersia Uteri  his yang sifatnya lebih lemah , lebih


singkat , dan lebih jarang dibandingkan dengan his
yang normal. Dibagi atas 2 keadaan :
 Inersia Uteri Primer  kelemahan his timbul
sejak dari permulaan persalinan
 Inersia Uteri sekunder  kelemahan his yang
timbul setelah adanya his yang kuat dan
teratur dan dalam waktu yang lama.
Jenis Kelainan His

 Tetania Uteri  his yang terlampau kuat dan terlalu


sering sehingga tidak ada relaksasi rahim.
 dapat menyebabkan terjadinya partus presipitatus.
Akibatnya :
- luka-luka jalan lahir yang luas pada servik ,vagina
pada perineum, dan pada bayi dapat terjadi
perdarahan intracranial.
- Bila ada kesempitan panggul dapat terjadi rupture
uteri iminen , dan bila tidak segera ditangani
akan berlanjut menjadi rupture uteri complete.
Penanganan Kelainan His
 His Hipotonik (Inersia Uteri)
 Suportif, memperbaiki KU ibu
Uterotonika
 His Hipertonik (Tetania Uteri)
 Sedativa
Narkose  bila perlu
PASSAGE
Disproporsi Fetopelvik
Kesempitan Pintu Atas Panggul
Kesempitan Bidang Tengah Panggul
Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Penilaian Kapasitas Panggul
Gangguan pada Jalan Lahir Lunak
Disproporsi Fetopelvik

Diakibatkan :
 Kapasitas panggul kurang memadai
 Ukuran janin yang besar
 Malpresentasi atau posisi janin
Kapasitas Panggul

Berkurangnya diameter panggul dapat


menyebabkan DISTOSIA selama proses persalinan
Kesempitan Panggul dapat terjadi pada :
 Pintu atas panggul
 Bidang tengah panggul
 Pintu bawah panggul atau kombinasi diantaranya.
Kesempitan Pintu Atas Panggul

Dinyatakan sempit bila :


 Diameter antero-posterior terpendek
< 10 cm
 Diameter tranversal terbesar < 12 cm
 Perkiraan Diameter AP-PAP dilakukan melalui
pengukuran CD secara manual (VT) dan kemudian
dikurangi 1.5 cm ; sehingga kesempitan pintu atas
panggul sering ditegakkan bila CD < 11.5 cm
Kesempitan Bidang Tengah Panggul

Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas


seperti kesempitan PAP
Dugaan adanya kesempitan BTP adalah bila pada
pemeriksaan panggul teraba adanya penonjolan spina
ischiadica yang menyolok
Kesempitan Pintu Bawah Panggul

 Berkurangnya nilai diameter interuberosa


menyebabkan sempitnya segitiga anterior sehingga
pada kala II, kepala terdorong lebih kearah posterior
dengan konskuensi robekan perneum yang luas.
 Distosia akibat kesempitan PBP saja jarang terjadi
oleh karena kesempitan PBP hampir selalu disertai
dengan kesempitan BTP
Distosia Akibat Jalan Lahir Lunak
 Kelainan Uterus :
o Kelainan bentuk uterus (uterus bicornu, uterus
septus)
o Prolapsus uteri
o Torsi uterus
o Kelainan servix uteri  jaringan sikatrik yang
menyebabkan stenosis servik
o Kelainan vulva-vagina : septum vagina, sikatrik vula
dan vagina, “Giant Condyloma Accuminata”
o Vesica urinaria dan rectum yang penuh dapat
menyebabkan distosia
o Masa adneksa : mioma uteri dibagian servik, kista
ovarium
Penatalaksanaan pada Kelainan Passage

Kalau kepala janin bisa melewati PAP  spt B per


vaginam
Kalau tidak bisa melewati PAP  Seksio Sesarea
PASSANGER
Berat badan janin terlalu besar
Kelainan letak janin
Kelainan mekanisme persalinan
Kelainan bawaan
Kehamilan ganda
Kelainan Letak Janin

Posisi oksipitalis Posterior Persisten (PPOP)


Presentasi puncak kepala
Presentasi Muka
Presentasi Dahi
Letak Sungsang
Letak lintang
Kehamilan Multipel
Distosia Bahu
Hidrosefalus
Letak Sungsang

Bokong janin berada di pelvis sedangkan kepala


berada di fundud uteri.

Faktor penyebab:
 Gerakan janin yang bebas
 Gangguan akomodasi
 Gangguan fiksasi kepala pada PAP
Macam:
 Letak Sungsang sempurna
(Complete Breech)
 Letak Bokong (frank
Breech-Extended Breech)
 Letak sungsang tak
sempurna (Inkomplete
Breech)
 Letak Kaki (Footling
Presentation)
 Letak Lutut (Knee
Presentation)
Letak Lintang

Letak dimana sumbu janin melintang sumbu rahim

Faktor penyebab
 Gerakan janin yang bebas
 Gangguan akomodasi janin
 Gangguan fiksasi kepala
Mekanisme persalinan
 Bila anak hidup, tidak bisa dilakukan pervaginam.

 Pervaginam apabila:
 Rectification spontanea
 Versio Spontanea
 Conduplicatio Corpore
 Evolutio Spontanes
Letak Defleksi

Kelainan pada letak kepala, dimana kepala dalam


keadaan Defleksi.

Macam
 Letak Puncak
 Letak Dahi
 Letak Muka
Letak puncak : kepala defleksi ringan, UUB
merupakan bagian terendah

Letak Dahi : Kepala deflesi sedang, Dahi merupakan


bagian terendah.

Letak muka : Kepala deflesi maksimal, muka dan


dagu merupakan bag terendah.
Presentasi Rangkap

Keadaan dimana extremitas turun bersama dengan


bagian terendah janin.
Macam: Kepala dan tangan, kepala dan lengan,
kepala dan kaki, bokong dan tangan.
Tali Pusat Membumbung

Keadaan dimana tali pusat berada di samping atau


berada lebih rendah dari bagian terendah janin.
Bentuk Occult
Tali pusat terkemuka
Prolapsus funiculi (Talpus Menumbung)
Penatalaksanaan Kelainan Letak Janin

 Letak Lintang  Seksio Sesarea


 Letak Sungsang (sempurna, tak sempurna, bokong)
Jika memenuhi syarat  per vaginam
Jika tidak memebuhi syarat  Seksio Sesarea
 Letak Defleksi (Dahi,muka)
Bila Ukuran panggul normal  per vaginam /
ekstraksi
Bila ukuran panggul sempit  Seksio Sesarea
Kelainan Mekanisme Persalinan

Tidak terjadi putar paksi


Posisio oksipitalis posterior
Persistent occiput posterior
Penatalaksanaan Kelainan Mekanisme
Persalinan

Ekspektatif :
Partus spontan
Rotasi spontan
Tidur miring kearah punggung anak
 Jika terjadi kemacetan  Ekstraksi / SC
Kelainan Bawaan

 Kelainan tanpa menyebabkan kesulitan partus


 Kelainan bawaan yg bs menyebabkan distosia :
 Hidrocephalus
Anencephalus
Tumor Abdomen
Ascites
Kembar siam
Hydrops Fetalis
Penatalaksanaan Kelainan Bawaan

Hidrocephalus  per vaginam /SC


Anencephalus  sebisa mungkin per vaginam
BAB 3
Laporan Kasus
Identitas Pasien

Nama : Ny. PP
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Pegawai Bank
Tanggal masuk RS : 30 Januari 2019
Anamnesis (Autoanamnesis)

Anamnesis dilakukan tanggal 30 januari 2019, jam


08.30 WIB
Keluhan Utama

Nyeri pinggang menjalar ke ari- ari (+) sejak 2 jam


yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang

 pasien datang melalui IGD RSUD Pariaman dengan keluhan


nyeri pinggang menjalar ke ari- ari (+) sejak 2 jam yang lalu
 Keluar lender bercampur darah (+) sejak 2 jam yang lalu
 Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)
 Keluar air- air jernih tidak berbau dari kemaluan (+) sejak 2
jam yang lalu
 HPHT: 1 Mei 2018, TP: 8 Februari 2019
 Gerak janin dirasakan sejak 4 bulan yang lalu
 Riwayat hamil muda: mual (-), muntah (-), ppv (-)
 Riwayat hamil tua: mual (-), muntah (-), ppv (-)
 Riwayat menarche usia 13 tahun, siklus haid teratur 1x28
hari, lamanya 6- 7 hari, ganti duk 2- 3x/ hari, nyeri haid (-)
Riwayat Kehamilan dan
Persalinan/nifas/KB/ginekologi

Kehamilan pertama saat ini


Riwayat kontrasepsi (-)
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kencing


manis disangkal. Riwayat asthma maupun alergi
obat-obatan disangkal, dan terdapat alergi makanan
yaitu kepiting ,udang, dan kerang. Pasien belum
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Belum
pernah mendapat tindakan operasi sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kencing


manis di keluarga disangkal. Riwayat alergi
makanan dan obat-obatan di keluarga disangkal,
riwayat asthma di keluarga disangkal. Riwayat
kehamilan kembar dalam keluarga disangkal.
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi,
Kejiwaan, dan Kebiasaan

Pasien tidak merokok. Kebiasaan minum alkohol


dan penggunaan obat- obatan tertentu disangkal
Menikah 1 kali tahun 2007
Riwayat tumbuh kembang baik
Riwayat imunisasi TT (-)
Pemeriksaan Fisik

 Dilakukan tanggal 30 Januari 2019, jam 09.00 WIB


 PEMERIKSAAN UMUM
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda Vital :
 - Tekanan darah : 100/80 mmHg
 - Frekuensi nadi : 88x/menit
 - Pernapasan : 20 x/menit
 - Suhu : 36,70C
 -Berat badan : 60 Kg
 -Tinggi badan: 160 cm
 -IMT : 23,43
Status Generalis

 Kepala
 Bentuk kepala : Normosefal, tidak ada deformitas
 Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut
 Wajah : Simetris, deformitas (-)
 Mata : Kelopak oedem (-), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks cahaya langsung +/
+, refleks cahaya tak langsung +/+
 Telinga : Normotia, deformitas (-), nyeri tekan tragus
(-), nyeri tekan mastoid (-), sekret (-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum
deviasi (-), mukosa hiperemis (-)
Bibir : Simetris (-), sianotik (-), mukosa lembab
Mulut : Tonsil tenang T1-T1, faring tidak hiperemis, uvula
ditengah, oral higiene baik
Leher
Bentuk : Simetris, normal
KGB : Tidak teraba membesar
Trakhea : Lurus di tengah
Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar

Thoraks
Dinding dada : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Paru – paru
Inspeksi : Gerakan kedua hemithoraks simetris saat
inspirasi dan ekspirasi.
Palpasi : Gerakan dada simetris, tidak ada hemitoraks
tertinggal, vokal fremitus kedua hemithoraks sama, krepitasi
(-), nyeri tekan (-)
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing
-/-
 Jantung
 Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis, tidak ada
tanda radang
 Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V, 2 cm sebelah
medial garis midklavikularis kiri
 Perkusi : tidak dilakukan
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop
(-)

 Ekstermitas : akral hangat pada ujung- ujung jari tangan
dan kaki, oedem tungkai -/-
Pemeriksaan Obstetri dan Ginekologi

 Pemeriksaan luar
 Abdomen:
 Inspeksi: tampak buncit sesuai usia kehamilan aterm, tidak
tampak tanda radang dan sikatarik, linea nigra (+), striae alba (-)
 Palpasi: LI: FUT teraba 3 jari di bawah prosesus xiphoideus, teraba
masa besar lunak, noduler yang merupakan bokong janin
 LII : teraba tahanan terbesar janin sebelah kiri, teraba bagian-
bagian kecil janin di sebelah kanan
 LIII : teraba masa bulat, keras, terfiksir
 LIV: divergen
 TFU : 34 cm TBA : 3410 gr
 His: 2-3x/ 30’’/ sedang
Auskultasi:
Denyut jantung janin (130-138 bpm) BU (+)

Genital
Inspeksi: V/U tenang, PPV (-)

Pemeriksaan dalam:
Vaginal toucher: pembukaan 3-4 cm, portio tebal luank
sebesar ibu jari kaki orang dewasa, arah posterior,
presentasi kepala, ketuban (+) jernih
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan lab (30 Januari 2019)


Hb : 10,6 gr/dl
Leukosit : 6.350/ UL
Trombosit : 166.000/ UL
Hematokrit: 32,4%
GDS: 87 mg/dl
Diagnosis

G1P0A0H0 parturient aterm 38- 39 minggu kala I


fase aktif
Penatalaksanaan

Observasi KU, VS, His, DJJ


IVFD RL 500 cc 28 tpm
Ikuti kemajuan persalinan
 30-01-2019 (pukul 09.00 WIB)
 S: gerak janin (+), Nyeri pinggang ke ari-ari (+), Keluar lendir
bercampur darah (+) Keluar air-air dari kemaluan (+)
 O: KU / Kes : sedang / CM
 TD : 110/80 mmHg N: 84 x/m RR: 20 x/m S : 36,7oC
 Abdomen: His 2-3 x/30”/sedang, Djj : 129-138 bpm
 Genital: Pembukaan 4-5 cm, portio lunak, penipisan 40%,
presentasi kepala, Sutura sagitalis teraba, ketuban (+) sisa jernih,
Hodge I-II
 A: G1P0A0H0 Parturient aterm 38-39 minggu kala I fase aktif
 P: Observasi keadaan umum, tanda vital, His. Djj, Nilai ulang 4 jam
lagi
 Ikuti persalinan
 30-01-2019 (pukul 13.00 WIB)
 S: gerak janin (+), Nyeri pinggang ke ari-ari (+) semakin sering
 O: KU / Kes : sedang / CM
 TD : 110/80 mmHg N: 89 x/m RR: 20 x/m S : 36,7oC
 Abdomen: His 2-3 x/40”/kuat, Djj : 130-143 bpm
 Genital: Pembukaan 8-9 cm, portio lunak, penipisan 90%,
presentasi kepala, UUK kiri depan, ketuban (-) sisa jernih, Hodge
III+ ,
 A: G1P0A0H0 Parturient aterm kala I fase aktif
 P: Observasi keadaan umum, tanda vital, His. Djj, nilai ulang 2
jam lagi
 Ikuti persalinan pervaginam
 30-01-2019 (pukul 14.30 WIB)
 S: Pasien mengeluh nyeri dan ingin mengedan (+) gerak anak
(+)
 O: KU / Kes : sedang / CM
 TD : 130/80 mmHg N: 95 x/m RR: 20 x/m S : 36,7oC
 Abdomen: His 3-4 x/45”/kuat, Djj : 132-140 bpm
 Genital: Pembukaan lengkap, presentasi kepala, UUK
depan, ketuban (-) sisa jernih, Hodge III-IV
 A: G1P0A0H0 Parturient aterm 38-39 minggu kala II
 P: Observasi keadaan umum, tanda vital, His. Djj
 Pimpin mengedan , rencana partus pervaginam
 30-01-2019 (pukul 15.30 WIB)
 S: gerak janin (+), Ibu mengeluh tidak kuat mengedan (+)
 O: KU / Kes : sedang / CM
 TD : 120/80 mmHg N: 93 x/m RR: 20 x/m S : 36,7oC
 Abdomen: His 1-2 x/30-40”/Sedang, Djj : 120-126 bpm
 Genital: Pembukaan lengkap, portio lunak, UUK depan,
ketuban (-) sisa jernih ,Hodge III-IV
 A: G1P0A0H0 Parturient aterm 38-39 minggu kala II
memanjang ec inersia uteri
 P: Kontrol KU,VS, HIS,DJJ
 R/ Bantu kala II dengan vakum ekstraksi ec kala II memanjang
ec inersia uteri
 (pukul 15.45 WIB)
 a.Lahir bayi laki-laki spontan pervaginam BB 3500 gram,
PB 50 cm, A/S 6/7 dengan kala dua memanjang ec inersia
uteri
 b.Plasenta lahir dengan spontan dengan ukuran 17 x 16 x 3
cm, berat 550 gram, PJTP 50 cm, insersi para central.
Dilakukan eksplorasi portio intak.
 c.Laserasi perineum grade II, luka dijahit dan dirawat.
 A : P1A0H1 post vakum ekstraksi ai kala II memanjang ec
inersia uteri, ibu dan anak dalam perawatan
 P : Kontrol KU ,VS, Kontraksi., Drip RL dengan oksi
:metargin = 1:1 , Diabion 1 caps/ hari, perawatan kala 4
BAB 4
KESIMPULAN
 Distosia merupakan persalinan yang sulit, tidak ada kemajuan dalam
persalinan atau merupakan persalinan yang membawa satu akibat
buruk bagi janin maupun ibu.

 Distosia terjadi karena beberapa faktor, yaitu :


 Kelainan Power
 Kelainan Passage
 Kelainan Passanger

 Penanganan distosia tergantung dari jenis distosianya, dapat dilakukan


manuver obsteterik tambahan agar dapat dilahirkan secara pervaginam
atau melakukan persalinan perabdominam.

Anda mungkin juga menyukai