Ns By tiara, MNS
konsep pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa yang meliputi :
primary assessment, secondary assessment, focused assesment,
diagnostic procedure.
primary assessment : proses evaluasi awal yang sistematis dan penanganan segera
pada pasien yang mengalami kondisi gawat darurat, yang meliputi Airway
maintenance dengan cervical spine protection Breathing dan oxygenation,
Circulation dan kontrol perdarahan eksternal, Disability-pemeriksaan neurologis
singkat dan Exposure dengan kontrol lingkungan
secondary assessment : proses anamnesis dan pemeriksaan fisik head to toe untuk
menilai perubahan bentuk, luka dan cedera yang dialami pasien dewasa
Focused assessment :komponen pengkajian terfokus yang penting untuk
melengkapi primary survey pada pasien dewasa di gawat darurat.
Pemeriksaan diagnostik.
Format pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa yang terdiri dari primary
assessment, secondary assessment, focused assessment, dan diagnostic procedure.
Primary Survey
1. Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.
Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai
berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds, dan penggunaan
otot bantu pernafasan.
Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous emphysema,
perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.
Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
2. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
3. Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai karakter
dan kualitas pernafasan pasien.
4. Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:
Pemberian terapi oksigen
Bag-Valve Masker
Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar), jika
diindikasikan
Pengkajian Circulation
Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara head to toe,
dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai
stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah mulai membaik.
1. Anamnesis
Riwayat pasien meliputi keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat medis,
riwayat keluarga, sosial, dan sistem. (Emergency Nursing Association, 2007).
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan keluarga
(Emergency Nursing Association, 2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani
pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah
diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa jam
sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam komponen ini)
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama)
PQRST ini digunakan untuk mengkaji keluhan
nyeri pada pasien yang meliputi :
Inspeksi abdomen bagian depan dan belakang, untuk adanya trauma tajam,
tumpul dan adanya perdarahan internal, adakah distensi abdomen, asites, luka,
lecet, memar, ruam, massa, denyutan, benda tertusuk, ecchymosis, bekas luka ,
dan stoma.
Auskultasi bising usus, perkusi abdomen, untuk mendapatkan, nyeri lepas (ringan).
Palpasi abdomen untuk mengetahui adakah kekakuan atau nyeri tekan,
hepatomegali,splenomegali,defans muskuler, nyeri lepas yang jelas atau uterus
yang hamil.
Bila ragu akan adanya perdarahan intra abdominal, dapat dilakukan
pemeriksaan DPL (Diagnostic peritoneal lavage, ataupun USG (Ultra Sonography).
Pada perforasi organ berlumen misalnya usus halus gejala mungkin tidak akan
nampak dengan segera karena itu memerlukan re-evaluasi berulang kali.
Pengelolaannya dengan transfer penderita ke ruang operasi bila diperlukan (Tim
YAGD 118, 2010).
Pelvis (perineum/rectum/vagina)
Cedera pada pelvis yang berat akan nampak pada pemeriksaan fisik (pelvis
menjadi stabil), pada cedera berat ini kemungkinan penderita akan masuk dalam
keadaan syok, yang harus segera diatasi. Bila ada indikasi pasang PASG/ gurita
untuk mengontrol perdarahan dari fraktur pelvis (Tim YAGD 118, 2010).
periksa akan adanya luka, laserasi , ruam, lesi, edema, atau kontusio, hematoma,
dan perdarahan uretra.
Colok dubur harus dilakukan sebelum memasang kateter uretra. Harus diteliti akan
kemungkinan adanya darah dari lumen rectum, prostat letak tinggi, adanya fraktur
pelvis, utuh tidaknya rectum dan tonus musculo sfinkter ani.
Pada wanita, pemeriksaan colok vagina dapat menentukan adanya darah dalam
vagina atau laserasi, jika terdapat perdarahan vagina dicatat, karakter dan jumlah
kehilangan darah harus dilaporkan (pada tampon yang penuh memegang 20
sampai 30 mL darah)
Ektremitas
Pemeriksaan dilakukan dengan look-feel-move.
Pada saat inspeksi, jangan lupa untuk memriksa adanya luka dekat daerah fraktur
(fraktur terbuak),
pada saat pelapasi jangan lupa untuk memeriksa denyut nadi distal dari fraktur
pada saat menggerakan, jangan dipaksakan bila jelas fraktur. Sindroma
kompartemen (tekanan intra kompartemen dalam ekstremitas meninggi sehingga
membahayakan aliran darah), mungkin luput terdiagnosis pada penderita dengan
penurunan kesadaran atau kelumpuhan (Tim YAGD 118, 2010).
Inspeksi pula adanya kemerahan, edema, ruam, lesi, gerakan, dan sensasi harus
diperhatikan, paralisis, atropi/hipertropi otot, kontraktur, sedangkan pada jari-jari
periksa adanya clubbing finger serta catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa
detik kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik.
Bagian punggung
Memeriksa punggung dilakukan dilakukan dengan log roll,
memiringkan penderita dengan tetap menjaga kesegarisan
tubuh). Pada saat ini dapat dilakukan pemeriksaan
punggung (Tim YAGD 118, 2010). Periksa`adanya
perdarahan, lecet, luka, hematoma, ecchymosis, ruam, lesi,
dan edema serta nyeri, begitu pula pada kolumna vertebra
periksa adanya deformitas.
Neurologis
Suhu 36,5-37,5 Dapat di ukur melalui oral, aksila, dan rectal. Untuk mengukur suhu inti
menggunakan kateter arteri pulmonal, kateter urin, esophageal probe,
atau monitor tekanan intracranial dengan pengukur suhu. Suhu
dipengaruhi oleh aktivitas, pengaruh lingkungan, kondisi penyakit, infeksi
dan injury.
Nadi 60-100x/menit Dalam pemeriksaan nadi perlu dievaluais irama jantung, frekuensi,
kualitas dan kesamaan.
Respirasi 12-20x/menit Evaluasi dari repirasi meliputi frekuensi, auskultasi suara nafas, dan
inspeksi dari usaha bernafas. Tada dari peningkatan usah abernafas
adalah adanya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, tidak
mampu mengucapkan 1 kalimat penuh.
Saturasi oksigen >95% Saturasi oksigen di monitor melalui oksimetri nadi, dan hal ini penting bagi
pasien dengan gangguan respirasi, penurunan kesadaran, penyakit serius
dan tanda vital yang abnormal. Pengukurna dapat dilakukan di jari
tangan atau kaki.
Tekanan darah 120/80mmHg Tekana darah mewakili dari gambaran kontraktilitas jantung, frekuensi
jantung, volume sirkulasi, dan tahanan vaskuler perifer. Tekanan sistolik
menunjukkan cardiac output, seberapa besar dan seberapa kuat darah
itu dipompakan. Tekanan diastolic menunjukkan fungsi tahanan vaskuler
perifer.
Berat badan Berat badan penting diketahui di UGD karena berhubungan dengan
keakuratan dosis atau ukuran. Misalnya dalam pemberian antikoagulan,