Anda di halaman 1dari 21

MATI BATANG OTAK

kematian batang otak di defenisikan sebagai


hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk fungsi
batang otak
seseorang dinyatakan mati otak apabila
mengalami (1) terhentinya fungsi sirkulasi dan
respirasi secara ireversibel, dan (2), terhentinya
semua fungsi otak secara keseluruhan, termasuk
batang otak, secara ireversibel
 Tiga tanda utama manifestasi kematian batang
otak adalah koma, hilangnya refleks batang otak,
dan apnea (New York State Department of
Health, 2005).
Penentuan kematian otak sangat tergantung dari gejala
klinis dan hasil laboratorium. Secara klinis, seseorang
dinyatakan mati otak jika semua keadaan berikut
ditemukan:
 Tidak ada respirasi spontan (tidak dapat menghirup napas
sendiri).
 Pupil dilatasi dan terfiksir (mata midriasis, tidak ada
reaksi terhadap cahaya).
 Tidak ada respon terhadap stimulus noksius (rangsang
nyeri tidak disertai kedipan mata, tanpa mimik meringis,
tanpa gerakan anggota tubuh manapun).
 Semua anggota tungkai flaksid (tidak ada pergerakan,
tanpa tonus otot dan hilangnya aktivitas refleks pada
tangan ataupun kaki).
 Tidak ada tanda-tanda aktivitas batang otak:
 Bola mata terfiksasi dalam orbita.
 Tidak ada refleks kornea.
 Tidak ada respon terhadap tes-tes kalori.
 Tidak ada refleks muntah atau batuk.(13)
PATOFISIOLOGI
terjadinya kematian otak adalah peningkatan
hebat tekanan intrakranial (TIK) yang
disebabkan perdarahan atau edema otak. Jika
TIK meningkat mendekati tekanan darah
arterial, kemudian tekanan perfusi serebral
(TPS) mendekati nol, maka perfusi serebral akan
terhenti dan kematian otak terjadi
KRITERIA MATI OTAK
 Mollaret dan Goulon 1959
 Mohandas dan Chou 1971

 Kriteria Harvard

 Kriteria Minnesota
DIAGNOSIS
 Diagnosis MBO mempunyai dua komponen
utama. Komponen pertama terdiri dari
pemenuhan prasyarat-prasyarat dan komponen
kedua adalah tes klinik fungsi batang otak.
- Untuk menegakkan diagnosis kematian otak,
penggunaan serangkaian protokol sertifikasi
kematian otak cukup membantu. Daftar A, B, C
dan D di bawah ini dapat bermanfaat bagi
dokter.
Daftar A: Garis Besar
 Tanpa pergerakan spontan, kejang atau gerakan
badan lainnya.
 Tanpa respon terhadap jenis rangsang nyeri apa pun
(misalnya menggosok sternum, penekanan pada kuku
jari, penekanan dengan jarum) pada daerah
distribusi nervus kranialis.
 Hilangnya refleks-refleks batang otak.
 Pasien bernapas dengan napas bantuan. Uji apnea
menunjukkan hilangnya pernapasan spontan.
 Menyingkirkan kemungkinan keadaan eksaserbasi.
 Memastikan kondisi pasien akan kerusakan struktur
otak yang tidak dapat diperbaiki.
 Memastikan bahwa bukti-bukti klinis tidak berubah
dengan peninjauan kembali 2 sampai 24 jam
kemudian.
Daftar B: Uji Terhadap Hilangnya Refleks-refleks
Batang Otak
 Pupil terfiksasi dan dilatasi, tanpa respon langsung
atau tidak langsung terhadap cahaya. Pupil harus
dalam ukuran menengah atau besar. Penggunaan
obat seperti atropin dan obat-obat lain yang
menghambat respon pupil terhadap cahaya
dipastikan belum diberikan.
 Hilangnya refleks kornea.
 Hilangnya respon vestibulo-okuler terhadap
rangsang air dingin (“cold calories”). Gunakan
minimal 120 mm air es dan posisi kepala 30 derajat
terhadap sumbu horizontal.
 Hilangnya refleks batuk.
 Hilangnya respon terhadap kateter yang
ditempatkan dalam endotracheal tube ke dalam
trakea.
 Hilangnya fenomena “doll’s eye”.
Daftar C: Uji Apnea
 Langkah 1: Garis arterial, oximeter denyut nadi dan
fasilitas untuk pengukuran gas darah arteri.
 Langkah 2: Atur ventilasi FI02 ke 1.0.
 Langkah 3: Atur ventilasi jika perlu untuk memastikan
PaCO2 berada diantara 40 mmHg dan 50 mmHg.
 Langkah 4: Gambar sampel ABG nomor 1.
 Langkah 5: Mulai stopwatch, cabut ventilator dan
masukkan oksigen sebanyak 6 liter/menit melalui kateter
trakea untuk membantu mencegah hipoksia. Perhatikan
setiap gerakan yang memperlihatkan usaha untuk
bernapas spontan.
 Langkah 6: Setelah 6 menit, gambarkan sampel ABG
nomor 2 dan sambungkan kembali ventilator.
 Langkah 7: Hitung peningkatan PaCO2 selama periode
apnea. Peningkatan harus lebih dari 10 mmHg dan tidak
adanya usaha untuk bernapas spontan harus ada pada uji
apnea yang menunjukkan bahwa tidak ada aktivitas
pernapasan spontan yang terjadi.
Daftar D: Menyingkirkan Kemungkinan Kondisi
Tambahan
 Pengaruh obat-obatan depresan susunan saraf
pusat (mis. barbiturat, benzodiazepin, narkotik).
 Hipotermia – suhu rata-rata (mis. suhu
esophagus, rektal) di bawah 32,2 derajat Celcius
(900 F).
 Gangguan elektrolit (mis. hiponatremia, asidosis
metabolik).
 Lanjutan blokade neuromuskuler setelah
peemberian agen penghambat neuromuskuler
(tinjau kembali daftar pemberian anestetik dan
riwayat ICU; periksa dengan stimulator saraf;
balikkan efek agen tersebut dengan neostigmin).
Jika kriteria klinis kematian telah ditemukan,
seseorang tidak dapat ditetapkan “mati otak”
hingga dokter memastikan tidak ada obat bius
(mis. kodein, domerol, morfin, kokain, heroin)
dan tidak ada obat-obatan barbiturat (mis.
fenobarbital, sekobarbital, nembutal, amytal)
yang telah diberikan 24 jam sebelumnya dan
bahwa kematian otak telah ditunjukkan melalui
salah satu dari studi diagnostik berikut:
 Angiogram serebral (injeksi larutan kontras ke
dalam arteri leher untuk melihat arteri di otak
pada film X-ray), menunjukkan tidak ada
penetrasi larutan ke dalam arteri otak.
 Scan aliran darah serebral (scan kepala setelah
injeksi substansi radioaktif yang aman secara
intravena) memperlihatkan tidak ada aliran
darah di otak.
 Dua kali EEG (elektroensefalogram atau uji
gelombang otak) pada interval 24 jam
menunjukkan tidak ada aktivitas listrik dari
otak, mis. EEG datar atau isoelektrik.
 Poin ketiga dari ketiga tes di atas paling banyak
digunakan karena sangat mudah dilakukan di
tempat tidur pasien.

 Yang berwenang menetukan mati batang otak
yaitu tenaga medis yang dimaksud terdiri dari
sekurang – kurangnya 3 (tiga) orang dokter yang
kompeten yaitu dokter umum, jika ada dokter
spesialis anestesiologi atau saraf, yang ditunjuk
oleh komite medic. Keputusan ini dibuat dengan
berita acara pengujian dan pengambil
keputusan. Diagnosis MBO harus dibuat di
ruang ICU
KESIMPULAN
 Pemeriksaan klinis mati batang otak yaitu :
 Tes diagnosis mati batang otak yaitu pemeriksaan
klinis mati batang otak yaitu Koma
 Tidak ada respon motorik

 Tidak ada respon pupil terhadap cahaya dan pupil


berada di posisi tengah dengan dilatasi (4-6 mm)
 Tidak ada reflex kornea

 Tidak ada reflex tersedak

 Tidak ada respon kalorik

 Tidak ada batuk sebagian respon terhadap suction


trakea
 Tidak ada reflex menghisap dan menutup mulut

 Tidak ada usaha respirasi saat PaCO2 setinggi 60


mmHg atau 20 mmHg diatas nilai dasar normal

Anda mungkin juga menyukai