Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN


BENIGNE PROSTAT
HYPERPLASI
Anatomi
• Prostat adalah suatu organ kelenjar yang
fibromuskular, yang terletak persis
dibawah kandung kemih. Berat prostat 20
gram, didalamnya terdapat uretra posterior
dengan panjangnya 2,5 – 3 cm
• Menurut klassifikasi Lowsley; terdiri dari
lima lobus: anterior, posterior, medial,
lateral kanan dan lateral kiri
• Menurut Mc Neal, prostat dibagi atas :
zona perifer, zona sentral, zona
transisional, segmen anterior dan zona
spingter preprostat.
Pengertian

Benigne Prostat Hyperplasia adalah


pembesaran jinak kelenjar prostat,disebabkan
oleh karena hiperplasia beberapa atau semua
komponen prostat meliputi jaringan kelenjar /
jaringan fibromuskuler yang menyebabkan
penyumbatan uretra pars prostatika.
Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya


Benigne Prostat Hyperplasia sampai
sekarang belum diketahui secara pasti,

tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi


terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia yaitu
testis dan usia lanjut.
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan
beberapa hipotesa yang diduga timbulnya Benigne Prostat
Hyperplasia antara lain :

1. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)


Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen
akan menyebabkan epitel dan stroma dari
kelenjar prostat mengalami hiperplasia.

2. Krn faktor usia tjd Ketidak seimbangan estrogen –


testoteron dengan meningkatnya usia pada pria
terjadi peningkatan hormon Estrogen dan
penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap.
yang dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia
stroma.
3. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth faktor atau
fibroblas gorwth faktor dan penurunan
transforming gorwth faktor beta menyebabkan
hiperplasia stroma dan epitel.

4. Penurunan sel yang mati


Estrogen yang meningkat menyebabkan
peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari
kelenjar prostat.

5. Teori stem cell Sel stem yang meningkat


mengakibatkan proliferasi sel transit.
(Roger Kirby, 1994 : 38).
Patofisiologi
Pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia,

jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam


mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine.

dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi


terhadap tahanan uretra prostatika

maka otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat
memompa urine keluar.

Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari


buli-buli berupa : Hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya
selula, sekula dan difertikel buli-buli.

Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan


pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract
Symptom/LUTS (Basuki, 2000 : 76).
Pada fase-fase awal, kompensasi oleh muskulus destrusor
berhasil dengan sempurna.

Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan


pola serta kualitas miksi berubah.

kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor


menjadi tidak adekuat sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli

saat proses miksi berakhir seringkali Prostat Hyperplasia


menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkan tekanan
intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai
timbulnya hernia dan haemorhoid

puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya


melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine

Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa nyeri dan


dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia
urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat
dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Ini terjadi oleh
karena buli-buli
Etiologi2 Pancaran air
seni lemah
Residual urin Residual urin ↑↑
BPH
stasis
Aliran air
seni kecil Daya tampung Refluks vesika
Penyempita Peradanga VU mengecil ureter
n uretra n
Hesitancy Hidroureter
TIV ↑ Infiltrasi dr Daya
plasma sel, m. detrusor
Daya m. limfosit, sel smkin lmh hidronefrosis
Hipertrofi m. detrusor PMN
detrusor melemah Mengejan utk
BAK Elektrolit Gagal
Edema imbalance ginjal
Trabekula, submukosa
selula, Masa VU Pancaran air
divertikula kontraksi jd seni tetap
lbh pndek lemah Hiper Hiper
Pembentuk
m. detrusor lbh kalemia natremia
n batu Aliran seni
sensitif Otot2 jd kecil
menipis sekali
takikardi HT
Rasa nyeri, Menetes
Frekuency,
pedih,
urgency, nocturia, Usia
Pengosongan berdarah,
urge continance yg Retensi urin
berlangsung trs- VU tdk smprna panas saat
miksi
menerus
VU membsr &
Daya pompa meregang
VU < daya
Tahanan outflow tahanan outflow Daya kontraksi Overflow
lbh meningkat menghilang incontinance
Gejala BPH

Gejala Benigne Prostat Hyperplasia Gejala klinis yang


ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut
sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme
dibagi menjadi dua yaitu :

1. Gejala Obstruktif yaitu :


a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali
disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh
karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu
beberapa lama meningkatkan tekanan
intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam
uretra prostatika.
b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang
disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam
pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya
miksi.
c. Terminal dribling yaitu menetesnya
urine pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah : kelemahan
kekuatan dan kaliber pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk
dapat melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya
buang air kecil dan terasa belum puas.
2. Gejala Iritasi (hipersensitivitas destruksor )
yaitu :
a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air
kecil yang sulit ditahan.
b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih
sering dari biasanya dapat terjadi
pada malam hari (Nocturia) dan pada
siang hari.
c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.
Gejala
• Gejala pada saluran kemih bagian atas
dapat berupa, nyeri pinggang. Bila disertai
infeksi adanya demam.
• Gejala diluar saluran kemih dapat berupa
Hernia inguinalis dan hemorhoidalis.
Derajat Benigne Prostat Hyperplasia terbagi dalam 4
derajat sesuai dengan gangguan klinisnya :
1. Derajat satu,
Keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm,
sisa urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20
gram.
2. Derajat dua,
Keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia
bertambah berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri
daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih
teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram.
3. Derajat tiga,
Gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak
teraba, sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm,
dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat,
Inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit
keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis.
Pemeriksaan fisik
Colok Dubur
Memberi kesan keadaan tonus spingter anus, mukosa rektum, kelainan
benjolan pada anus dan rektum

Penilaian terhadap prostat


-Asimetris
-Adakah nodul.

Derajat berat obstruksi ditentukan dengan menentukan jumlah sisa urine


setelah miksi spontan
Sisa urine > 100 cc dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan
intervensi pada BPH
Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urine
I Penonjolan Prostat, batas atas mudah diraba < 50 ml
II Penonjolan Prostat jelas, batas atas dapat dicapai 50 – 100 ml
III batas atas tidak dapat dicapai > 100 ml
IV Retensi urine total
Penanganan
Penderita derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan
pengobatan konservatif misalnya dengan penghambat adrenoreseptor alfa seperti
alfazosin, prazosin. Keuntungan obat penghambat adrenoreseptor alfa adalah efek positif
terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi efek hiperpalasi. Dan tidak bisa digunakan
jangka lama.

Derajat dua merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan. Biasanya


dianjurkan reseksi endoskopik melalui uretra ( trans uretra resection) . kadang derajat
dua masih dicoba pengobatan konservatif.
Derjat tiga dapat dilakukan reseksi endoskopik. Bila pembesarannya terlalu besar
harus dilakukan bedah terbuka.
Pada penderita derajat empat tindakan yang pertama adalah membebaskan
penderita dari retensi urine dengan memasang kateter ataupun sitostomi. Kemudian
dilakukan TUR ataupun bedah terbuka.
Penderita dgn keadaan umum tidak memungkinkan dilakukan pembedahan maka
diberikan terapi konservatif. Pengobatan lain yang sedikit lebih invasif dengan cara
pemanasan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui
antene pada ujung kateter, cara ini disebut trans uretral microwave thermotherapy
(TUMT).
Pada penanggulangan invasiv minimal lainnya dengan penggunaan cahaya laser
yang disebut dengan trans uretral ultrasound guided laser induced prostectomy (TULIP).
Dapat juga dilakukan trans uretra lbaloon dilatation(TUBD). Yaitu dengan
memakai balon yang dikembangkan ke dalam uretra.
Surgical treatment
Treatment Modalities for BPH
• Watchful waiting • Surgicenter/Hospital-based
• Medical therapy treatment
– -adrenergic blockers – TURP (gold standard)
– 5-reductase inhibitors – TUIP
– Combination therapy – Open s
• Office-based treatment – surgery (prostatectomy)
– TUMT – TUVP
– TUNA – ILC
– WIT – VLAP
– Prostatic stents
Chatelain C et al. In: Chatelain C et al, eds. Benign Prostatic Hyperplasia. Plymouth, UK: Health Publication Ltd;
2001;519-534. McConnell JD et al. Benign Prostatic Hyperplasia: Diagnosis and Treatment. Clinical Practice
Guideline, Number 8.
Indication of surgical intervention

• Acute urinary retention


• Gross hematuria
• Frequent UTI
• Vesical stone
• BPH related hydronephrosis or renal
function deterioration
• Obstruction
IPSS≧8, prostate size, image study, UFR
cystoscopic findings, residual urine
Conventional Surgical Therapy

• Transurethral resection of the prostate


(TURP)
• Open simple prostatectomy
TURP
(Transurethral Resection of The Prostate)

Gold Standard” of care for BPH


Uses an electrical “knife” to surgically cut and remove
excess prostate tissue
Effective in relieving symptoms and restoring urine flow
TURP

• “Gold standard” of surgical treatment for


BPH
• 80~90% obstructive symptom improved
• 30% irritative symptom improved
• Low mortality rate 0.2%
The “gold standard”- TURP
Benefits Disadvantages
n Widely available n Greater risk of side
effects and complications
n Effective
n 1-4 days hospital stay
n Long lasting
n 1-3 days catheter
n 4-6 week recovery
Complication of TURP

• Immediate complication
bleeding
capsular perforation with fluid extravasation
TUR syndrome
• Late complication
urethral stricture
bladder neck contracture (BNC)
retrograde ejaculation
impotence (5-10%)
incontinence (0.1%)
Open Simple Prostatectomy

• “too large prostate” -- >100 gm


• Combined with bladder diverticulum or
vesical stone surgery
• Suprapubic or retropubic method
Minimally invasive therapy
• During the last decade, numerous amounts of
minimally invasive therapy modalities have been
developed to challenge the traditional surgery of
TURP
• The aim of these therapies is to achieve results
similar to TURP but with minimal anesthesia,
complication, risk and hospital stay.
Minimally invasive therapy for BPH
• Transurethral balloon dilatation of the prostate
(TUBDP)
• Transurethral Incision of the Prostate (TUI)
• Intraprostatic stent
• transurethral microwave thermotherapy (TUMT)
• transurethral needle ablation of the prostate (TUNA)
• Transurethral electrovaporization of the prostate
(TUVP)
• photoselective vaporization of the prostate (PVP),
• Cryotherapy
• Transurethral ethanol ablation of the prostate (TEAP),

Anda mungkin juga menyukai