Anda di halaman 1dari 65

Case Report

Demam Dengue + Diabetes Melitus Tpe II + Hipertensi Stage ll

Thya Zethyanan Gustiva (1410070100045)

Preseptor
dr. Boy Hutaperi, Sp. PD
Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah
Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Muhammad Natsir Solok
Demam Dengue
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah
Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
DEFINISI disebabkan oleh virus genus Flavivirus famili
Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe
yaitu den-1, den-2, den-3 dan den-4 melalui
perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti.
EPIDEMIOLOGI

Menurut WHO, dengue adalah penyakit virus yang yang paling umum
ditularkan oleh nyamuk ke manusia, yang dalam beberapa tahun
terakhir telah menjadi masalah kesehatan utama masyarakat
internasional. Secara global, 2.5 miliar orang tinggal di daerah di mana
virus dengue dapat ditransmisikan. Penyebaran geografis antara vektor
nyamuk dan virus telah menyebabkan epidemi demam berdarah secara
global dan kedaruratan demam berdarah dengue dalam 25 tahun
terakhir dengan perkembangan hiperendemisitas di pusat-pusat
perkotaan daerah tropis.
ETIOLOGI

• Demam dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk


dalam genus Flavivirus,terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-
2, DEN-3 dan DEN-4 yang semua nya dapat menyebabkan demam
dengue, keempat terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam
dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan
Flavivirus lain seperti Yellow Fever, Japanese Encephalitis dan West
Nile virus.
• Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan
mamalia seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar dan primate. Survey
epidemiologi pada hewan ternak didapatkan antibody terhadap
virus dengue pada hewan kuda, sapi, dan babi. Penelitian pada
antropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada
nyamuk genus Aedes (Stegomyia) dan Toxorhynchites
PATOFISIOLOGI
Infeksi virus dengue

Asimtomatik simtomatik

Demam yang Sindrom demam Sindrom demam


tidak spesifik dengue dengue

Tanpa Perdarahan Sindrom syok


Tanpa syok
pendarahan abnormal dengue

Demam dengue Demam berdarah


dengue
GEJALA KLINIS

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat


asimtomatik atau dapat berupa demam yang tidak
khas,demam dengeu, demam berdarah dengue atau
sindrom syok dengue (SSD) dan sindrom dengue
diperluas
pada umumnya pasien mengalami fase demam
selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-
3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam,
akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan
jika tidak mendapatkan pengobatan adekuat.
• Diagnosis demam dengue
Demam dengue merupakan penyakit demam ade kuat
selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis yaitu:
• Nyeri kepala,mialgia, artralgia, ruam kulit,
manifestasi perdarahan (petekie, atau uji bendungan
positif), leukopenia,(leuko<5000), trombositosis
<150.000, hematokrit naik 5-10%
DIAGNOSIS

• Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan


bila semua hal ini terpenuhi:
– Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari.
– Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung
positif; petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa;
hematemesis dan melena.
– Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml).
– Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb:
• Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai
umur dan jenis kelamin.
• Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi
cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
• Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites,
hipoproteinemia, hiponatremia.
Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue

Derajat 1 : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-


satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet.
Derajat 2 : Seperti derajat 1, disertai perdarahan
spontan di kulit dan perdaran lain.
Derajat 3 : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi
cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau
kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin
dan lembab, tampak gelisah.
Derajat 4 : Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan
tekanan darah tidak terukur.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan yang umum dilakukan


demam dengue adalah hemoglobin,
Pemeriksaan hematokrit, jumlah trombosit, dan
hapusan darah tepi untuk melihat
Laboratorium adanya limfositosis relatif

• Foto thorak didapatkan efusi


plura, terutama pada
hematokrit, kanan apabila
Foto thoraks ada perembesan plasma
hebat
Diagnosis Banding

Diagnosis banding perlu dipertimbangkan


bilamana terdapat kesesuian klinis dengan
malaria, demam tifoid, campak, influenza,
chikungunya dan leptospirosis
PENATALAKSANAAN

Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama


dengan deviasi penyakit tropik dan infeksi dan divi hematologi dan
onkologi medik fakultas kedokteran universitas indonesia telah
menyusun protokol penatalaksanaan DD atau DBD pada pasien
dewasa berdasarkan kriteria:
• Penatalaksanaan yang benar tepat dengan rancangan tindakan
yang dibuat sesuai atas indikasi
• Praktis dalam pelaksanaanya
• Mempertimbangkan cost effectiveness.
• Protokol dibagi menjadi 5
• Protokol 1 : penanganan tersangka dewasa tanpa syok
• Protoklol 2: pemberian cairan pada orang dewasa di ruang rawat
• Rotokol 3: penatalaksanaan dengan peningkatan hematokrit >20%
• Protokl 4: penatalaksanaan perdarahan spontan pada dewasa
• Protokol 5: tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa
DIABETES MELITUS
TIPE 2
• Menurut American Diabetes
Association (ADA) tahun 2010,
Diabetes melitus merupakan suatu
DEFINISI kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-
duanya.
EPIDEMIOLOGI

World Health Organization (WHO) memperkirakan,


prevalensi global diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dari
171 juta orang pada 2000 menjadi 366 juta tahun 2030. WHO
memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di dunia
dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan
Amerika Serikat. Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes
mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah
penderita diabetes di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta.
Tetapi, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia
menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30%
dari penderita melakukan pemeriksaan secara teratur
PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS TIPE 2

Pola makan dan gaya hidup yang tidak


sehat serta jarang berolahraga

Sekresi insulin secara


Timbul obesitas
komplet dan terus

Penumpukan dari masa Kelelahan dari sel-sel


jaringan lunak beta

Berkurangnya tempat reseptor Peningkatan kerusakan


insulin di membran sel sel beta di pulau

Gangguan sekresi
insulin
Menurunkan jumlah reseptor
hiperglikemi
Insulin yang disekresikan oleh sel beta
tidak mampu bekerja

Terjadi penurunan sensitivitas afek


insulinpada sel target

Resistensi insulin

DIABETES MELITUS TIPE 2


GEJALA KLINIS DIABETES MELITUS

• Keluhan klasik DM:


Poliuria, polidipsia, polifagia, pruritus,
polineuritis.

• Keluhan lain:
Penurunan BB tanpa sebab, lemah badan, kesemutan,
gatal, mata kabur serta disfungsi ereksi  gejala
komplikasi DM
KLASIFIKASI DIABETES MELITUS
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :

Jika keluhan klasik


ditemukan, maka
pemeriksaan Pemeriksaan
glukosa plasma glukosa plasma Tes toleransi
sewaktu >200 puasa = 126 mg/dL glukosa oral
mg/dL sudah dengan adanya (TTGO).
cukup untuk keluhan klasik.
menegakkan
diagnosis DM.
Langkah Diagnostik Diabetes Melitus
Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Edukasi,
Perencanaan
Makanan/Terapi
Non Nutrisi Medik
Farmakologi
Kegiatan jasmani,
penurunan berat
DM badan
Obat Hipoglikemik
Farmakologi Oral (OHO), Obat
Suntikan
LATIHAN JASMANI

Latihan aerobik 3-5 x/minggu meningkatkan


sensitivitas insulin

Latihan bersifat kontinyu, reguler, intensitas bertahap

Latihan disesuaikan dengan keadaan fisik pasien

Hindari kebiasaan fisik santai

Contoh latihan: jogging, sepeda, renang jalan kaki


PENATALAKSAAN DIABETES MELITUS

DIABETES MELITUS FARMAKOLOGI

• Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan


latihan jasmani (gaya hisup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari
obat oral dan bentuk suntikan
Obat Hipoglikemik Oral

Peningkat
Pemicu sekresi sensitivitas Penghambat
insulin (insulin terhadap Penghambat absorpsi
secretagogue): insulin: glukosa: DPPIV
glukoneogenesis
: metformin inhibitor
sulfonilurea metformin penghambat
dan glinid dan tia glukosidase
zolidindion
Cara pemberian Obat antidiabetik oral (OHO)

• OHO  mulai dosis kecil dan ditingkatkan


bertahap sesuai respons kadar glukosa darah,
dapat diberikan sampai dosis optimal
• Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan
• Repaglinid, nateglinid: sesaat sebelum makan
• Metformin : sebelum /pada saat / sesudah makan
• Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama
makan suapan pertama
• Tiazolidindion: tidak bergantung makan
• DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama makan
dan atau sebelum makan.
Suntikan

Terapi
Agonis
Insulin Kombinas
GLP-1 i
PENCEGAHAN

• Pencegahan primer adalah


upaya yang ditujukan pada
kelompok yang memiliki
Pencegahan faktor resiko, yakni mereka
Primer yang belum terkena tetapi
berpotensi untuk mendapat
DM dan kelompok intoleransi
glukosA.
• Pencegahan sekunder adalah upaya
Pencegahan mencegah atau menghambat timbulnya
Sekunder penyulit pada pasien yang telah
menderita DM

• Pencegahan tersier ditujukan pada


Pencegahan kelompok penyandang diabetes yang
telah mengalami penyulit dalam upaya
Tersier mencegah terjadinya kecacatan lebih
melanjut
Ketoasidosis diabetik
(KAD)

Komplikasi Status Hiperglikemi


Akut Hiperosmolar (SHH)

Hipoglikemia

KOMPLIKASI
Makroangiopati

Komplikasi Mikroangiopati
Menahun

Neuropati
• HIPERTENSI STAGE 2
Hipertensi

Definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah


seseorang tekanan sistoliknya 140mmHg atau lebih
atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau
sedangmemakai obat anti hipertensi.
The sixth Report of The joint national Committee on
Prevention,detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan
tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam
kelompok yang terlihat seperti pada tabel berikut.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan
15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi
terkontrol.Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi
sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat
karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor
risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.Saat ini
penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.Dari
faktor resiko di atas yang sangat erat kaitannya dengan gizi
adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan diabetes
mellitus.
PATOFISIOLOGI
Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (control
jangka pendek) dan ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang
berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan –
perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer.Pada tahap
awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan
perifer normal. Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah
vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol
sehingga resistensi perifer meningkat.
Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan
tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi.
Yang dimaksud dengan reflex autoregulasi adalah mekanisme tubuh
untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh
karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-
kapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian
tahanan perifer.
Etiologi Hipertensi

Idiopatik Sekunder
Hipertensi
primer/ Hipertensi
sekunder
esensial

Akibat
Ada peranan
faktor genetik
penyakit
/obat
• Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah JNC 7

Klasifikasi Tekanan TDS (mmHg) TDD (mmHg)


Darah

Normal < 120 < 80

Pre hipertensi 120 – 139 80 – 89

Stage 1 Hipertensi 140 – 159 90 – 99

Stage 2 Hipertensi > 160 > 100


Faktor resiko

Keseimbangan
Faktor resiko Sistem saraf antara modulator
seperti: simpatis vasodilasi dan
vasokontriksi

Diet, asupan Endotel pembuluh darah


Tonus
garam, stres, berperan utama,remodeling
simpatis dari endotel & otot polos
ras

obesitas , Pengaruh sistem otokrin


Variasi yang berperan pada sistem
merokok, renin, angiotensin, &
diurnal
genetik aldosteron
Gejala Klinis
Kadang-kadang hipertensi berjalan tanpa gejala,
dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi
pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak
dan jantung.
- Epistaksis
- mudah marah
- telinga berdengung
- rasa berat di tungkuk
- sukar tidur
- dan mata berkunang-kunang.
Kerusakan Target Organ
1. Jantung
• Hipertrofi Ventrikel Kiri
• Angina atau infark miokardium
• Gagal jantung
2. Otak
• Stroke
• Transient ischemic attack (TIA)
3. Penyakit Ginjal Kronik
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
a. Gejala kerusakan Organ
• Otak dan mata : sakit kepala, vertigo,
gangguan penglihatan, TIA, deficit sensoris dan
motoris
• Jantung : palpitasi, nyeri dada,
sesak, bengkak kaki
• Ginjal : poliuri, Nocturia,
Hematuria
• Arteri perifer : ekstremitas dingin,
klaudikasio intermitten
Evaluasi Pasien Hipertensi
• Evaluasi bertujuan untuk
• Menilai pola hidup dan faktor risiko
Kardiovaskular dan adanya penyakit
penyerta
• Mencari penyebab kenaikan tekanan darah
• Mencari kerusakan target organ
Pemeriksaan Fisik
• Pengukuran TD rutin setelah 5 Menit
istirahat
• Konfirmasi tekanan darah di lengan kiri
• Pengukuran TD berdiri pd geriatri
• Pengukuran 24 jam
• Pengukuran oleh pasien
Pemeriksaan Penunjang
• Darah rutin
• Gula Darah ( sebaiknya Puasa
• Profil lipid
• Asam urat
• Faal ginjal
• Kalium serum
• Urinalisis
• EKG
• Funduskopi
Farmakoterapi
• Diuretik, terutama jenis Thiazide (Thiaz ) atau
Aldosterone Antagonist
• Beta Blocker (BB)
• Calcium Channel Blocker(CCB)
• Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
• Angiotensin II Receptor Blocker
TERAPI KOMBINASI
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Z
Usia : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : muaro paneh
No.MR : 146354
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Tanggal masuk : 13 maret 2019
Keluhan Utama :
• Demam sejak 4 hari sebelum masuk kerumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Demam dirasakan pasien sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk
Rumah Sakit,demam dirasakan pasien terus menerus.
• Pasien tidak mimisan
• Gusi tidak berdarah
• Sakit kepala seperti berdenyut-denyut
• Mual dan muntah tidak ada
• Bab dan Bak normal dan tidak berdarah
• Nafsu makan pasien menurun sejak 4 hari yang lalu
Penyakit Dahulu :
• Riwayat penyakit hipertensi ada sejak 2 tahun dan terkontrol
• Riwayat diabetes melitus ada sejak 2 tahun yang lalu dan terkontrol
• Riwayat jantung tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :


• Riwayat penyakit hipertensi ada yaitu ibu
• Riwayat diabetes melitus tidak ada
• Riwayat jantung tidak ada

Riwayat Psikososial :
•Seorang pasien perempuan berumur 64 tahun, alamat di muaro
paneh, memiliki anak 8 orang dan tinggal bersama anak pertama,
pasien minum kopi 1 kali dalam sehari, dan pasien merokok sejak 5
tahun yang lalu dan sudah berhenti
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Vital Signs
Kesadaran : Composmentis cooperatif
Tekanan Darah : 170/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 100 x/i reguler
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu : 37,8º C
Status Gizi
Berat Badan : 42 kg
Tinggi Badan : 153 cm
BMI : 17,9 (underweight)
STATUS GENERALISATA

Kulit : Ikterik (-), Sianosis (-)


Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah
di cabut
Wajah : Edema (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
pupil isokor kiri dan kanan
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal, stomatitis angularis (-
),atrofi lidah (-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pemebesaran KGB submandibula,
sepanjang M. sternocleidomastoideus, supra/infraclavicula
kiri dan kanan. Tidak ada deviasi trakea dan pembesaran
tiroid

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari di RIC V linea
midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas kanan : RIC IV Linea sternalis dextra
Batas kiri : 2 jari di RIC V Linea medioclavicularis
sinistra
Batas atas : RIC II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Irama murni, bising jantung (-)
– Paru-paru
• Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kiri dan
kanan
• Palpasi : Fremitus sama kanan dan kiri
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : suara napas vesikuler, rhonki
(-), wheezing (-)
– Abdomen
• Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit,
venektasi (-) , sikatrik (-)
• Palpasi :Dinding perut supel, nyeri tekan (-)
nyeri lepas (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Bimanual (-), Ballottement (-), nyeri
ketok CVA (-)
• Perkusi : Tympani
• Auskultas : Bising usus (+) normal
Ekstremitas

Superior
Inspeksi : Edema (-/-), sianosis (-/-), palmer eritem (-/-)
Palpasi : Perabaan hangat, pulsasi arteri radialis kuat angkat
Tes sensibilitas : Sensibilitas halus (+), sensibilitas kasar (+)

Refleks Fisiologis Kanan Kiri

Refleks Biceps + +

Refleks Triceps + +

Refleks Brachioradialis + +

Refleks Patologis Kanan Kiri

Refleks Hoffman-Tromer - -
Inferior
Inspeksi : Edema (-/-), sianosis (-/-)
Palpasi : Perabaan hangat, pulsasi A.Femoralis, A.Dorsalis pedis, A.Tibialis
posterior, dan A. Poplitea kuat angkat

Refleks Fisiologis Kanan Kiri

Refleks Patella + +

Refleks Achilles + +

Refleks Patologis Kanan Kiri


Refleks Babinski - -
Refleks Gordon - -
Refleks Oppenheim - -
Refleks Chaddoks - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah rutin (13 Maret 2019)


Hematologi
Hemoglobin : 14,0 g/dL
Hematokrit : 40,8 %
Leukosit : 6200.000/mm3
Trombosit : 140.000/mm3͎

Faal Ginjal
Glukosa darah sewaktu : 217 mg/dl
Ureum : 19 mg/dL
Creatinin : 0,75 mg/Dl

DIAGNOSIS KERJA
Demam dengue + DM tipe 2 terkontol + hipertensi stage II terkontrol
DIAGNOSIS BANDING
• Malaria
• demam tifoid
• campak
• influenza PENATALAKSANAAN
• Chikungunya Non Farmakologi
• leptospirosis •Bed rest
PEMERIKSAAN ANJURAN •IVFD RL 12 jam/kolf
PROGNOSIS
• Pemeriksaan glukosa
Quo ad vitam : Dubia
darah puasa Farmakologi
ad bonam
• Pemeriksaan glukosa • Lasix 2x1 amp
Quo ad fungtionam:
darah 2 jam post • Candesartan 1x16
Dubia ad bonam
prandial mg
Quo ad sanationam:
• Pemeriksaan ureum • Amlodipin 1x10
Dubia ad bonam
,kreatinin, kolesterol mg
total,kolesterol LDL, • Cefixime 2x100 mg
kolesterol HDL dan • Paracetamol 1x500
trigliserida mg
• Rontgen Foto thorax PA • Glimeprid 1x2 mg
• Elektrokardiogram
• Ekokardiografi
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planing
13/03/2019 - Demam sudah KU : sedang Demam Dengue - IVFD RL 12
tidak ada Kes : CMC + DM tipe II jam/kolf
- Mual dan muntah TD :120/70 Terkontrol + - Candesartan
tidak ada Nd : 85 x/i hipertensi stage 1x16 mg
- Sakit kepala Nf : 20 x/i ll terkontrol - Am;odipin
terasa berdenyut T : 36,6 0C 1x10 mg
- Nafsu makan masih - Cefixime
kurang 2x100 mg
- Badan terasa - Glimeprid
letih 1x2 mg
- Tampak bengkak
di perut sedikit
nyeri tetapi sudah
meletus
- BAK dan BAB
normal
EKG
ANALISA KASUS
Seorang pasien wanita berumur 63 tahun dirawat di
bangsal RSUD M.Natsir pada tanggal 12 maret 2019, dengan
diagnosa terakhir Demam dengue ec DM tipe ll terkontrol +
hipertensi stage ll. Diagnosa ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,dan pemeriksaan
penunjang
Pasein mengalami demam sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk
Rumah Sakit,demam dirasakan pasien terus menerus,Pasien tidak
ada mimisan, Gusi tidak berdarah, Sakit kepala seperti berdenyut-
denyut sejak 4 hari yg lalu , Mual dan muntah tidak ada, Bab dan
Bak normal dan tidak berdarah, Nafsu makan pasien menurun sejak
4 hari yang lalu
pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun dan
riwayat diabetes melitus sajak 2 tahun yang lalu
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Kesadaran
Composmentis cooperatif, Tekanan Darah 170/90 mmHg, Frekuensi
Nadi 100 x/i reguler, Frekuensi Napas 20 x/menit, Suhu 37,8º C,
pada pemeriksaan jantung, pemeriksaan paru dalam batas normal
•Pasien diberikan terapu non farmakologi yaitu Bed rest
IVFD RL 12 jam/kolf, Farmakologi , Candesartan 1x16 mg, Amlodipin
1x10 mg , Cefixime 2x100 mg, Paracetamol 1x500 mg, Glimeprid
1x2 mg
Pemeriksaan anjuran yaitu pemeriksaan laboratorium, Pemeriksaan
glukosa darah puasa, Pemeriksaan glukosa darah 2 jam post
prandial, Pemeriksaan ureum ,kreatinin, kolesterol total,kolesterol
LDL, kolesterol HDL dan trigliserida, Rontgen Foto thorax PA,
Elektrokardiogram, Ekokardiografi
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, W.Aru dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi V.
Jakarta: Internal Publishing
2. Sudoyo, W.Aru dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 edisi V.
Jakarta: Internal Publishing
3. Sudoyo, W.Aru dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 edisi V.
Jakarta: Internal Publishing

Anda mungkin juga menyukai