Oleh Alfian Rizki Maulana Pengertian Menurut Pengurus besar Persatuan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2015, Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya Gangguan Sistem Pertahanan Tubuh pada Penderita Diabetes Mellitus Pasien diabetes mellitus dilaporkan memiliki penurunan sistem imun setelah terganggunya pengontrolan kadar gula di dalam tubuhnya. Ada beberapa gangguan fungsi yang dapat ditemukan pada penderita diabetes mellitus adalah sebagai berikut : Penurunan Mobilisasi PMN Penurunan Jumlah Monosit Penurunan Kadar Komplemen Penurunan Kadar Immunoglobulin Glikosilasi dan AGEP Cell Mediated Immunity Penurunan Mobilisasi PMN Polimorfonuklear atrau granulosit dibentuk di dalam sum-sum tulang dan beredar di dalam aliran darah selama 2-3 hari, sedangkan monosit atau makrofag dapat bertahan hidup selama beberapa bulan hingga tahun. Granulosit dapat juga dapat ditemukan di luar pembuluh darah. Granulosit bersamaan dengan antibodi dan komplemen berperan dalam proses inflamasi akut. Netrofil yang merupakan salah satu bagian dari granulosit berperan dalam fagositosis. Adanya penurunan jumlah neutrofil menyebabkan terjadinya kerentanan terhadap infeksi. Penelitian yang dilakukan oleh Perllie et al mengenai penurunan sistem imun pada pasien diabetes mellitus, didapatkan pasien diabetes mellitus memiliki kecepatan mobilisasi PMN yang lebih lambat ketimbang kontrol pada saat dilakukan sayatan kecil pada sampel. Penelitian ini juga didukung oleh Mowat dan Baum di mana indeks kemotatik PMN pada diabetes mellitus ikut menurun. Selain terjadinya penurunan daya kemotatik sel PMN, pada penderita diabetes mellitus dengan asidosis diabetika ditemukan defek fagosit dalam menelan dan intracellular killing bacteri. Normalnya, sel fagosit akan bergerak menuju mikroba dan mengikatkan dirinya pada permukaan mikroba melalui komplemen atau antibodi. Selanjutnya akan internalisasi mikroba ke dalam fagosom yang nantinya akan melebur mikroba dengan oksigen radikal bebas. Ketika asidosis diabetika dikoreksi, perbaikan fungsi fagositosis terjadi walaupun tidak sebaik kontrol. Gangguan fungsi adherence sel PMN pada pasien diabetes mellitus mengakibatkan antigen sulit untuk difagositosis. Semakin baik kontrol gula pasien diabetes mellitus, semakin baik pula fungsi adherence sel PMN. Fungsi adherence membantu perlekatan PMN dengan kompleks antigen-antibodi-komplemen. Penurunan Jumlah Monosit Monosit merupakan sel progenitor dalam sumsum tulang. Monosit akan berproliferasi dan bermaturasi kemudian masuk ke dalam peredaran darah. setelah 24 jam, sel monosit akan bermigrasi dari peredaran darah dan menuju ke tempat tujuan untuk berdifierensiasi sebagai makrofag. Makrofag akan membelah membentuk protein dan bertahan sampai beberapa bulan yang kemudian disebut fixed macrophage yang nantinya akan berubah nama sesuai dengan lokasinya seperti sel kuffer di hepar dan makrofag peritoneal bebas di dalam cairan peritoneum. Fungsi monosit sebagai fagosit, antiviral, antitumor, presentasi antigen ke limfosit, aktivasi limfosit dan produksi komponen komplemen, modeling dan perbaikan jaringan, aktivasi sistemik sebagai respon terhadap infeksi, serta aktivasi vaskulatur sel epitel. Penurunan jumlah total dari monosit yang beredar di dalam plasma akan menurunkan fungsi dari sistem imun tubuh seseorang. Pada penderita diabetes mellitus, terjadi penurunan jumlah total monosit yang beredar pada plasma. Penelitian Geisler et al., pada 20 pasien diabetes mellitus yang dijadikan responden penelitian, 14 pasien dengan kadar gula yang tidak terkontrol mengalami penurunan fungsi fagositosis terhadap Candida Albicans. Monosit pada pasien diabetes mellitus mengalami penurunan aktivitas reseptor lectinlike yang diperlukan untuk mengenali komponen dinding mikroorganisme. Penurunan Kadar Komplemen Aktivitas komplemen pada DM, baik kualitas maupun kuantitas menurun. Menurut beberapa penelitian, , kadar C4 pada penderita diabetes mellitus baik tipe 1 dan 2 menurun sebesar 25 %. Penderita diabetes mellitus yang bergantung pada insulin dilaporkan mengalami penurunan kadar komplemen yaitu jenis Ciq dan C3. Pada penderita diabetes mellitus tipe 1 mendapatkan bahwa kadar C3 untuk yang mengidap diabetes mellitus kurang dari satu tahun cenderung menurun dan meningkat pada penderita yang telah sakit 1–3 tahun dan lebih 5 tahun. Kadar C4 menurun pada penderita yang mengidap kurang dari 1 tahun dan cenderung turun pada penderita yang telah mengidap antara 1–3 tahun. Pola tersebut dihubungkan dengan ICA (islet cell antibody) yang bersifat mengikat komplemen. Sementara itu pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 juga didapati penurunan dari komplemen C3 dan C4. Kadar komplemen yang menurun cenderung menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi hal ini disebabkan penurunan fungsi kemotaksis. Komplemen merupakan salah satu molekul dari sistem imun yang befungsi dalam inflamasi, opsonisasi partikel antigen dan menimbulkan kerusakan membrane patogen. Komplemen merupakan molekul dari sistem imun non spesifik larut dalam keadaan tidak aktif, tetapi setiap waktu dapat diaktifkan oleh berbagai bahan seperti antigen, kompleks imun dan sebagainya. Penurunan Kadar Immunoglobulin Dalam serum orang dewasa normal, IgG merupakan 75 % dari imunoglobulintotal. IgG merupakan imunoglobulin utama yang dibentuk atas rangsangan antigen. Di antara semua kelas imunoglobulin, IgG paling mudah berdifusi ke dalam jaringan ekstra vaskular dan melanjutkan aktivitas antibodi di jaringan . Kadar IgG dan IgA dalam serum menurun pada penderita diabetes mellitus. Namun masih mempunyai respon cukup untuk infeksi-infeksi tertentu misal infeksi oleh virus coxsackie, sehingga fungsi fagositosis menurun. Roio et al, melakukan penelitian terhadap diabetes mellitus tipe 1 dengan membandingkan kadar IgG dan IgA pasien dengan gula darah terkontrol dan tidak terkontrol. IgG pada pasien dengan gula darah tidak terkontrol mengalami penurunan secara signifikan dibanding dengan pasien dengan gula darah terkontrol, sedangkan IgA terjadi penurunan pada pasien dengan gula darah terkontrol dibanding yang tidak terkontrol . IgG memiliki sifat opsonin yang efektif karena sel fagosit, monosit, dan makrofag mempunyai reseptor untuk fraksi Fc dari IgG sehingga dapat mempererat hubungan antara fagosit dengan sel sasaran. Opsonin dalam bahasa Yunani berarti menyiapkan untuk dimakan. Selanjutnya proses opsonisasi tersebut dibantu oleh reseptor untuk komplemen pada permukaan fagosit. IgG juga berperanpada imunitas seluler karena dapat merusak antigen seluler melalui interaksi dengan sistem komplemen atau melalui efek sitolitik Killer cell ( sel K ), eosinofil, neutrofil, yang semuanya mengandung reseptor untuk Fc dari IgG. Sel K merupakan efektor dari antibody Dependent Celluler Cytotoxicity ( ADCC ). ADCC tidak hanya merusak sel tunggal, tetapi juga mikroorganisme multiseluler seperti telur skistosoma. Peranan efektor ADCC ini penting pada penghancuran kanker, penolakan transplan dan penyakit autoimun, sedang ADCC melalui neutrofil dan eosinofil, berperan pada infestasi parasit. Kadar IgG meninggi pada infeksi kronis dan penyakit autoimun. Cell Mediated Immunity Banyak penelitian yang mengungkap adanya defek CMI ( Cell Mediated Immunity ) pada pasien DM. Mac Cuish et al, dalam penelitiannya menemukan bahwa terjaid penurunan transformasi limfosit terhadap rangsang PHA ( phytohemagglutinin ) pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali. Speert dan Silva menemukan limfosit pada anak yang mengalami ketoasidosis mengalami penurunan respons terhadap mitogen, dan akan kembali baik bila kelainan metabolik tersebut dikoreksi. Jumlah limfosit T menurun terutama CD4 (Th) menurun mengakibatkan rasio CD4 : CD8 menurun. Kelainan ini oleh karena kadar insulin berkurang atau aktivitas insulin menurun. Suatu bukti kemunduran limfosit T pada diabetes mellitus adalah tampak kurangnya respons pembentukan antibodi spesifik setelah diberi vaksin, misal hepatitis B. Keadaan ini disebabkan karena aktifitas fagosit terganggu, kurang fungsi pengenalan ( recognition ) terhadap antigen. KESIMPULAN 1. Diabetes mellitus merupakan penyakit dengan prevalensi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan masih sedikit kesadaran dari penderitanya di Indonesia untuk memeriksakan dirinya.
2. Penderita DM mengalami penurunan jumlah PMN,
monosit, immunoglobulin, glikolisasi dan AGEP, serta gangguan dalam hal cell mediated immunity sehingga pada pasien DM rentan terjadi kerusakan jaringan akibat inflamasi atau infeksi