MENTAWAI
MANAJEMEN BENCANA
GEOLOGI
MITIGASI
Mitigasi bencana di Mentawai
menggunakan strategi tata ruang yakni
rencana zonasi berbasis mitigasi sebagai
upaya mitigasi dampak kerusakan
akibat bencana. Dengan konsep zonasi
yang memperhatikan aspek
kebencanaan, diharapkan dapat
meminimalkan segala kerugian yang
dapat ditimbulkan oleh bencana
tersebut. Konsep perencanaan zonasi
kawasan aman tsunami terbagi dalam
tiga zona, diantaranya yaitu:
ALPINE SKI HOUSE
TOPIC
ZONA
KONSERVASI
zona konservasi berfungsi sebagai
kegiatan langsung berhubungan dengan
laut, hutan mangrove, pertambakan,
prasarana kelautan dan perikanan. Zona
ini terdapat di sepanjang garis pantai
dengan batas area dampak kerusakan
akibat tsunami. Berdasarkan informasi
tempat yang menerima dampak tsunami
di kepulauan ini, tsunami memiliki
jangkauan mencapai 200 sampai 300
meter dari garis pantai. Oleh karena itu
zona ini memiliki batas rata – rata 200
sampai 300 meter dari garis pantai. ALPINE SKI HOUSE
TOPIC
ZONA
PENYANGGA
Zona ini merupakan fungsi kegiatan
yang tidak secara langsung
berhubungan dengan laut, tetapi
berkaitan dengan produksi hasil laut
dan perikanan seperti permukiman
nelayan, industri hasil perikanan,
wisata bahari, dan lain-lain. Zona ini
harus terlindungi oleh penghalang
tsunami buatan maupun alami, baik
yang berupa tembok penghalang,
saluran pengendali maupun
tetumbuhan penghalang. ALPINE SKI HOUSE
TOPIC
ZONA BEBAS
Zona bebas berfungsi untuk kegiatan yang
tidak berhubungan langsung dengan laut,
seperti perkotaan, perindustrian,
pemerintahan, perdagangan dan jasa.
Kegiatan-kegiatan ini menciptakan munculnya
perkembangan penduduk. Kegiatan-kegiatan
ini juga berperan penting dalam skala luas,
seperti kelistrikan, telekomunikasi,
pemerintahan, logistik, dan lain-
lain.Berdasarkan informasi, tsunami yang
terbentuk rata-rata memiliki tinggi gelombang
antara 10-15 meter. Oleh karena itu zona ini
selayaknya berada di atas ketinggian 25 meter
diatas permukaan laut.
ALPINE SKI HOUSE
RECOVERY SEKTOR EKONOMI
SEKTOR PERKEBUNAN
• Penanaman kembali di wilayah
terkena dampak bencana, untuk
tanaman kelapa, pinang dan pandan
laut;
• Penanaman kebun bibit rakyat;
• Pembukaan lahan perkebunan,
termasuk penamaman, pengadaaan
benih, pupuk dan peralatan, serta
kegiatan pendampingan
SEKTOR PERIKANAN
• Rehabilitasi dan rekonstruksi pelabuhan
laut;
• Rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan
prasarana perikanan tangkap, termasuk
pengadaan perahu motor, kapal nelayan
dan pengadaan peralatan;
• Rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah
pesisir;
• Pengembangan usaha minat pedesaan
(PUMP)
SEKTOR PETERNAKAN
• Pengadaan bibit ternak, beserta
pakan, dan obat hewan;
• Pengadaaan peralatan kesehatan
hewan;
• Sosialisasi usaha peternakan
SEKTOR PETERNAKAN
• Pembangunan kembali pasar
lingkungan, kios dan warung
• Tsunami di Kepulauan Mentawai terjadi pada 25 Oktober 2010 menyusul terjadinya gempa bumi dengan
magnitudo 7,7 SR pada pukul 21:42 mengakibatkan 286 orang dilaporkan tewas dan 252 orang lainnya
dilaporkan hilang. Seiring dengan terus dilakukannya pencarian Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Sumatera Barat mencatat jumlah korban meninggal dalam bencana gempa dan tsunami di
Kepulauan Mentawai mencapai 445 orang
• Penanganan bencana tsunami di Kepulauan Mentawai diawali dengan mitigasi yang menggunakan strategi
tata ruang, yakni zonasi yang dibagi menjadi tiga zona; zona konservasi, zona penyangga dan zona bebas
• Dampak Tsunami tahun 2010 terhadap pantai Barat Mentawai berupa perubahan garis pantai yaitu abrasi
parah pada pulau kecil dan hilangnya kawasan serta beberapa jenis mangrove.Tsunami ini juga
mengakibatkan hilangnya Pulau Sibigu karena gelombang tsunami di pulau tersebut sangat besar.