Anda di halaman 1dari 30

PERAN POKJA AMPL /SANITASI

PROVINSI DALAM PELAKSANAAN STBM

Oleh:
Eduard F. Tefa
Analis Rencana Program dan Kegiatan Bidang Infrastruktur dan Kewilyahan
Bappeda Provinsi Jawa Barat
Bandung, 8 April 2019

BAPPEDA PROVINSI JAWA BARAT


Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(AMPL) / Sanitasi
Mengapa pokja ?
• Sektor AMPL ditangani oleh beberapa pihak
o Lemahnya Koordinasi Program AMPL
o Ego sektoral/proyek
o Isu keberlanjutanpascaproyek
 Perlu pelibatan dan koordinasi yang lebih baik untuk menjawab
tantangan pembangunan AMPL
• Otonomi daerah
• AMPL belum menjadi salah satu prioritas pembangunan
• Perlu ada penggalian sumber pendanaan alternatif
• Proyek memiliki batas waktu pelaksanaan yang selanjutnya diserahkan
kepada daerah
• Memastikan sarana berkelanjutan dan sejalan dengan upaya pemenuhan
layanan oleh daerah
Siapa?

• Seluruh pemangku kepentingan program AMPL daerah (multi pihak)


• Unsur pengambil keputusan dan pejabat/staff operasional
• Yang memiliki kepedulian dan keterpanggilan terhadap isu AMPL
Kerangka Kelembagaan AMPL

REGULATOR BUILDER

WADAH
KOORDINASI

OPERATOR USER/ PUBLIC

5
Peran Pokja AMPL
• Memiliki fungsi dan peran advokasi untuk memastikan sektor AMPL menjadi isu bersama dan
menjadi program prioritas
• Motor penggerak koordinasi antar program AMPL
• Melakukan serangkaian pertemuan koordinasi untuk memastikan program AMPL:
• Direncanakan dengan tepat
• Dilaksanakan/dikelola secara efektif
• Berorientasi pada proses menuju keberlanjutan

• Menjadi focal point pengarusutamaan pembangunan AMPL-BM


• Inisiator dalam memformulasikan, mendorong dan mengawal kebijakan nasional menjadi
kebijakan di daerah (Regulasi-Perencanaan strategis, RPJMD).
• Katalisator antara pihak pusat dan pengambil kebijakan di daerah.
• Berfungsi sebagai pemegang mandat fasilitasi operasionalisasi kebijakan AMPL di daerah,
Prinsip
• Pokja AMPL bukan pelaksana program/proyek AMPL
• Pokja AMPL merupakan wadah koordinasi, untuk memastikan
pelaksanaan pembangunan AMPL efektif dan berkelanjutan
• Bersifat cair dan colegial
• Setiap anggota pokja mengemban misi keberlanjutan program
AMPL melalui peran masing-masing dinas yang diwakili
Perbedaan Pokja dan Tim Teknis Proyek

POKJA AMPL Tim Teknis Proyek

 Dibentuk bukan sebagai  Sebagai kelengkapan/syarat sebuah proyek


kelengkapan proyek tertentu  Masa kerja berdasarkan umur proyek
 Memiliki tugas administrasif sebagaimana
 Inklusif dan bersifat lintas tuntutan proyek
program/proyek (multi SKPD)  Keanggotaan sesuai dengan dinas yang
 Tidak dibatasi berdasarkan umur menangani proyek/program yang sedang
proyek dilaksanakan
 Memiliki fungsi dan peran  Eksklusif
advokasi untuk memastikan sektor
AMPL menjadi isu bersama dan
menjadi program prioritas
Perspektif Peran Pokja AMPL/Sanitasi Daerah
Program Pokja AMPL Program Umum

Mendorong terjadinya sinergi dan Mendorong daerah memiliki Renstra Mendorong AMPL menjadi salah
Memastikan strategi layanan AM dan
koordinasi antar program AMPL AMPL; strategi layanan AM dan SSK satu kebijakan dan prgram prioritas
SANITASI dilaksanakan sesuai rencana
secara berkelanjutan yang operasional dlm RPJMD

Memastikan seluruh pelaku Menjadi inisiator dan memfasilitasi Mendorong pimpinan daerah dan Memastikan Strategi dijalankan dengan
program AMPL memiliki visi Pemkot memiliki strategi pemb Sanitasi pengambil kebijakan untuk menjadikan efektif
SANITASI Kota yang sama & AM yang konkrit dan dijadikan acuan sektor sanitasi dan AM menjadi isu
prioritas Memastikan seluruh program berada
pada arah yang tepat

Identifikasi isu strategis AMPL Mendorong seluruh pihak memiliki Memastikan strategi dijabarkan ke dalam
kepedulian terhadap isu sanitasi dan AM program masing-masing SKPD (masuk
Kajian eksisting AMPL dalam RKPD)
Kajian “real demands”

Pelaksanaan Program Penyiapan Strategi Sanitasi Kota


yang mencakup aspek layanan air minum
Pamsimas/PPSP
Penyiapan Action Plan
Format Kelompok Kerja AMPL/Sanitasi

Pokja ampl Jejaring ampl


Membentuk Pokja AMPL/Sanitasi
 Menyamakan visi antar pelaku mengenai pembangunan AMPL
 Menyamakan misi apa yang akan diemban oleh Pokja AMPL
yang akan dibentuk
 Menyepakati pihak/siapa saja pelaku yang perlu dilibatkan
dalam Pokja AMPL
 Menyepakati program prioritas yang menjadi tupoksi Pokja
AMPL
 Menyepakati struktur organisasi
 Menyepakati mekanisme kerja Pokja dalam konstelasi
pembangunan AMPL daerah
DIPAYUNGi oleh SK Gubernur No. 500/Kep. 66-Org/2014
tentang 37 PROGRAM DAN KEGIATAN UNGGULAN PROVINSI JAWA BARAT
Keg.16 - Sanitasi Lingkungan Kabupaten/Kota

Hibah LN
PENGGABUNGAN POKJA AMPL DAN POKJA SANITASI

DRAFT SK Pokja AIR MINUM DAN SANITASI (AMS)

PENYESUAIAN STRUKTUR ORGANISASI POKJA SANITASI SESUAI SURAT


EDARAN MENDAGRI
PENYESUAIAN PERGUB SOTK
DALAM PROSES PENANDATANGANAN OLEH GUBERNUR
Pembangunan Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(AMPL) / Sanitasi
rujukan Indonesia Universal Akses
Setiap masyarakat Indonesia baik yang tinggal di perkotaan maupun kawasan perdesaan sudah memiliki
akses 100% terhadap sumber air minum aman dan fasilitas sanitasi layak pada tahun 2019
(Dokumen Teknokratik RPJMN 2015-2019)

Indikator 100%
Indonesia bisa memenuhi 85% Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan memenuhi 15% kebutuhan dasar

Sektor Air Minum


setiap warga bisa mendapatkan akses sebanyak 60 liter/orang/hari

Sektor Sanitasi
tersedianya sistem air limbah setempat sebesar 60%,
sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota sebesar 5%,
fasilitas pengurangan sampah di perkotaan sebesar 20% ,dan
sistem penanganan sampah di perkotaan sebesar 70%
SDG’s Target 6
Komitmen PU-Ciptakarya
6.1 Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua
6.2 Pada tahun 2030, mencapai akses sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan menghentikan

100-0-100
praktik buang air besar di tempat terbuka, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok
masyarakat rentan
6.3 Di akhir tahun 2030 diharapkan dapat meningkatkan Kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan, pembuangan 100% akses air minum
limbah, meminimalisasi produksi limbah berbahaya, mengurangi air limbah yang tidak diolah, meningkatkan daur ulang
(recycle), dan penggunaan kembali (reuse) secara substansial.
0% permukiman kumuh
100% akses sanitasi
TARGET SDGs GOAL 6
YANG BERKAITAN DENGAN SANITASI DAN AIR MINUM

TARGET SDGs GOAL 6 DI INDONESIA?

GOAL 6.1
AKSES AIR MINUM AMAN
Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi
semua.

“Menjamin ketersediaan dan manajemen GOAL 6.2


air bersih serta sanitasi yang AKSES SANITASI DAN OPEN DEFECATION FREE (ODF)
berkelanjutan untuk semua” Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata bagi semua,
dan menghentikan praktik buang air besar di tempat terbuka, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
kaum perempuan, serta kelompok masyarakat rentan.
TARGET SECARA GLOBAL…
GOAL 6.3
Orang mendapatkan akses

100% air minum dan sanitasi yang


AMAN DAN
BERKELANJUTAN
KUALITAS PENGOLAHAN LIMBAH
Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi,
menghilangkan pembuangan, dan meminimalkan pelepasan material dan bahan
kimia berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah yang tidak diolah, dan
secara signifikan meningkatkan daur ulang, serta penggunaan kembali barang daur
ulang yang aman secara global.
AKSES SANITASI AMAN, LAYAK DAN DASAR
PERCEPATAN AKSES AIR MINUM DAN SANITASI AMAN DAN
BERKELANJUTAN
PENDEKATAN/STRATEGI
KOLABORASI/KOMITMEN PENDEKATAN PENDANAAN
TARGET RPJMN
AKSES PAMSIMAS
KOTAKU STBM-
UNIVERSAL (Air minum
(Kota Tanpa PERUBAHAN Dana Desa
SPM dan sanitasi
2019 Kumuh) PERILAKU
perdesaan)
LIMBAH DOMESTIK
DAN AIR MINUM
DAK Air
KAB/KOTA Minum,
PPSP
SEHAT Sanitasi dan
Perumahan
AKSES
RPJMD LAYANAN
TARGET SDGs SANIMAS
PROVINSI LIMBAH Pengembangan
GOAL 6 (Sanitasi SBS/ODF DOMESTIK
Perkotaan) CSR
PASKA ODF

Merupakan Peran POKJA untuk memastikan “KETERPADUAN DAN KOLABORASI” dari tiap program dan sumber
pendanaan yang ada
Cara Baru RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2023
Kolaborasi Pemangku
Kepentingan pembangunan
melalui implementasi Penerapan Dynamic Sinkronisasi Aplikasi dan
pendekatan Pentahelix - Government sebagai Interkoneksi Data dalam
ABCGM (Academic, inovasi penyelenggaraan Sistem Informasi
Business, Community, pemerintahan daerah; Pembangunan Daerah.
Government, and Media);

Kolaborasi Pendanaan Pendekatan Spasial dan


Pembangunan dari APBN, APBD a-Spasial melalui
Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, Dana 6 Wilayah Pengembangan;
Masyarakat/umat, Pinjaman Daerah,
CSR, KPBU dan Obligasi Daerah;
Indikator Kinerja Utama (IKU) Gubernur Kondisi
terkait Urusan Bidang Air Minum dan Sanitasi Akhir
Kondisi
Awal 2019 2020 2021 2022 2023
Indeks Kebahagiaan 69,58
70-71 70-71 71-73,5 71-73,5 73,6-76 73,6-76
(Poin) (2017)

Angka Harapan Hidup 72,47


73,67 – 74,87 74,87 – 76,07 76,07 – 77,27 77,27 – 78,47 78,47 – 79,67 78,47 – 79,67
(AHH) (tahun) (2017)

Indeks Kualitas n/a


Lingkungan Hidup 49,76 49,98 50,20 50,42 50,64 50,64
(2017)
(IKLH) (Poin)

Indeks Penggunaan Air n/a


1,1923 1,1910 1,1834 1,1822 1,1811 1,1811
(Persen) (2017)

Indeks Risiko Bencana


166 165 164 163 162 161 161
(IRB) (Poin)
CASCADING RPJMD-RENSTRA DISPERKIM 2018-2023
RPJMD RENCANA STRATEGIS
No. Kondisi Awal TARGET
SASARAN RPJMD 2018 - 2023 (IKU INDIKATOR Program Perangkat
Indikator Outcome SATUAN 2019 2020 2021 2022 2023
GUBERNUR) SASARAN Daerah 2017 2018
K K K K K
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
MISI : 3
TUJUAN 2
1 Meningkatnya kualitas lingkungan Indeks kualitas Program Pembinaan dan 1 Cakupan Pelayanan Air Limbah Domestik Persen 67.01 70.74 70.67 73.33 76 78.6 81.33
hidup dan pengendalian dampak lingkungan hidup Pengembangan
perubahan iklim untuk Infrastruktur Permukiman 2 Cakupan Pelayanan Penanganan Persampahan Persen 67.11 67.87 69 71 73 75 77
kesejahteraan masyarakat
3 Cakupan Pengurangan Sampah Persen N/A N/A 3.49 5.9 8.31 10.72 13.13
Program Pembinaan dan 1 Persentase Luas Kawasan Permukiman Kumuh Persen 76.91 66.91 62 57 52 47
Pengembangan Kawasan 71.91
Permukiman 2 Persentase Prasarana dan Sarana yang Persen 45 50 31.73 22.11 24.03 16.34 5.79
dibangun dan dikembangkan
Program pengelolaan dan 1 Indeks kepuasan masyarakat terhadap Persen 80.65 80.95 80 80 80 80 80
pelayanan perumahan Pelayanan UPTD P3JB (Pengelolaan dan
Pelayanan Perumahan Jawa Barat)
Program Pembinaan dan 1 Peningkatan Kualitas Rumah Layak Huni Persen 93.04 98.46 98.77 98.08 99.38 99,69 100
Pengembangan
Perumahan 2 Fasilitasi Penyediaan Rumah Layak Huni Persen 91.02 91.32 91.63 91.94 92.25 92.57 92.88
3 Prosentase Penanganan Hunian Rumah untuk Persen 3.7 3.7 100 100 100 100 100
Pendukungan Pelaksanaan Program
Pemerintah dan Pasca Bencana
4 Prosentase Layanan Pembinaan Teknis Persen 100 100 100 100 100 100 100
Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Program Pertanahan 1 Persentase tertib tata kelola pertanahan Persen 5.65 12.90 21.77 42.74 62.10 80.65 100.00
melalui pemenuhan urusan wajib sesuai
konkuren
2 Meningkatnya ketersediaan air Indeks Program Pembinaan dan 4 Cakupan Pelayanan Air Minum Persen 73.17 76.85 78 80 82 84 86
untuk menunjang produktivitas pemakaian air Pengembangan
ekonomi dan domestik (IPA) Infrastruktur Permukiman
3 Meningkatnya ketangguhan Indeks risiko Program Pembinaan dan 5 Pengurangan luasan Genangan di Permukiman Persen N/A N/A 85 70 55 40 25
terhadap bencana bencana Pengembangan
Infrastruktur Permukiman
PENDEKATAN STBM
Perangkat Hukum Dukungan untuk STBM
• RPJMN 2014-2019: Terkait target Akses Universal untuk air minum dan sanitasi 2019
• Instruksi Presiden No. 3 tahun 2010: Program Pembangunan yang Berkeadilan
• Renstra Kementerian Kesehatan 2014-2019: Target pelaksanaan STBM di 45.000 desa
• Peraturan Menteri Kesehatan No. 61 Tahun 2017: Juknis penggunaan dana DAK non
Fisik untuk sektor kesehatan
• Peraturan Menteri Kesehatan No 3 Tahun 2014 tentang STBM
• Surat Edaran Menteri Kesehatan No. 132 Tahun 2013 Tentang verifikasi pelaksanaan
STBM
• Peraturan/Keputusan Bupati/Gubernur di 103 kabupaten dan 23 provinsi: tentang
prioritas pelaksanaan STBM
• Peraturan Menteri PU dan PR No 21 Tahun 2017 : DAK Infrastruktur
• PP No. 2 Tahun 2018 : Tentang Standard Pelayanan Minimal
Sumber : Paparan Kemenkes pada Pertemuan Kick Off Nasional Program PPSP
28 Maret 2019
PERMENKES No.3 tahun 2014 tentang STBM

Pengembangan
media KIE STBM Demand Pemicuan
Creation

Dukungan
kebijakan Pemda Wirausaha
Strategi sanitasi

Berbagi STBM Pengembangan kredit


pembelajaran
Enabling Supply mikro
Environment Creation

Pembiayaan : APBN/D,
Donor, CSR, sumber lain yg Pilihan Teknologi
tidak mengikat Tepat Guna Sarana
Sanitasi
Monev
Sumber : Paparan Kemenkes pada Pertemuan Kick Off Nasional Program PPSP
28 Maret 2019
Tugas dan Fungsi Stakeholder dalam Memfasilitasi
Penyelangaraan STBM di Setiap Tingkatan
a. Advokasi kebijakan program, koordinasi dan penyediaan bantuan
teknis
b. Penyiapan NSPK, modul pelatihan, sistem monitoring dan evaluasi

a. Advokasi program, pendanaan dan koordinasi


b. Menyiapkan panel pelatih master STBM propinsi
c. Pemantauan dan fasilitasi pembelajaran
d. Bekerjasama dengan lembaga riset pasar untuk mengembangkan strategi pemasaran &
komunikasi perubahan perilaku

a. Mengelola dan memantau program


b. Advokasi dan komunikasi kepada Bupati/ Walikota dan DPRD untk pendanaan dan
dukungan program.
c. Mengorganisir pelatihan fasilitator CLTS Memfasilitasi wirausaha sanitasi melayani
konsumen warga ekonomi rendah.
d. Memfasilitasi wirausaha sanitasi

a. Memicu masyarakat & melakukan pendampingan tindak lanjut pasca


pemicuan.
b. Memantauan , melaporkan data secara regular ke kabupaten, verifikasi ODF.
c. Melakukan fasilitasi kepada masyarakat dalam memilih teknologi sanitasi.
d. Melakukan fasilitasi di antara masyarakat yang dipicu dan wirausaha
26
sanitasi

Sumber : Paparan Kemenkes pada Pertemuan Kick Off Nasional Program PPSP
28 Maret 2019
Keterlibatan Peran dan Fungsi Pelaku

Sumber : Paparan Kemenkes pada Pertemuan Kick Off Nasional Program PPSP
28 Maret 2019
Satu DEKADE STBM

• 29 juta (BPS, 2017) hingga 31 juta (WHO / UNICEF, 2017) masih melakukan praktek BABS.
• RPJMN 2019 menuntaskan BABS pada tahun 2019.
• Monev STBM (per 28 Okt) tercatat 15,622 desa/kelurahan diverifikasi sebagai desa/kel SBS.
• Tantangan untuk mempercepat dan scale-up STBM dengan memastikan kualitas serta keberlanjutan
perubahan perilaku SBS di Indonesia secara inklusif baik di perdesaan maupun perkotaan.
• Perlu dikembangkan progam/sistem pemantauan paska ODF
(Hasil Study Pemda Kabupaten Alor dan Unicef-Review STBM (STBM Award, Oktober 2018)
• Masyarakat miskin rawan kembali ke perilaku BABS
• Pertumbuhan yang cepat di wilayah perkotaan dan penduduk Indonesia, sehingga meningkatnya
kebutuhan untuk Air dan Sanitasi yang memiliki implikasi kesehatan masyarakat secara signifikan.
• Pedoman STBM saat ini tidak secara eksplisit mencakup konteks perkotaan.
• Kemajuan substansial hanya pada pilar 1 (Stop BABS), belum memantau pencapaian pilar4-5 STBM

Sumber : Paparan Kemenkes pada Pertemuan Kick Off Nasional Program PPSP
28 Maret 2019
Pelaksanaan STBM
dalam Program Citarum Harum
Quality Statement, Indicator Impact, dan Indicator Outcome
Program Quality Statement Indicator Impact Indicator Outcome

Penanganan Limbah Cair Berkurangnya beban pencemar Total coliform memenuhi baku • Jumlah desa di lokasi fokus yang telah
Domestik bakteri coli mutu ODF (Open Defecation Free)
100 % pada tahun 2021 di 629/ 754 Desa sasaran
program dan 1200 Desa di Tahun 2022
• Akses Sanitasi Layak
100 % pada tahun 2022 di 629/754 Desa sasaran
program dan 1.200 Desa di Tahun 2023
Pengelolaan Sampah Sungai Citarum bersih dari Tidak terdapat sampah di Sungai Persentase pengelolaan sampah di
sampah Citarum desa prioritas DAS Citarum
Hubungan Masyarakat Sungai Citarum bebas sampah Masyarakat sudah ber-PHBS Jumlah desa prioritas di DAS Citarum yang
dan limbah domestik terintervensi oleh kampanya PHBS

Sumber : Paparan Rencana Aksi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum
Bappeda 2019
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai